48. Depresi

14 2 0
                                    

Malam itu seperti mimpi buruk bagi Zechva, semuanya yang dia lakukan selama ini untuk mendapatkan kenyataan pahit, Belvin yang ia percaya ternyata adalah awal dari kehancurannya, Michel yang dia impikan untuk merubah setatus tak akan pernah terjadi, dia benar-benar hanya menganggap sahabat,

"Aku memang wanita bodoh dalam menjalani hidup" namun dia teringat  pesan Kevin untuk berjuang bersama Lion hingga dapat mengangkat piala kemenangan" Hiks,..hiks,..hiks,..." Tangis Zechva di kegelapan awan duka sore hari, gerimis hujan mulai turun,...

"Kehidupan Kevin sudah berakhir, sudah tak adalagi orang yang menghiburku"  teman-teman Lion juga sudah pulang, Zechva lemas tak berdaya dihadapan bunga makam yang wangi gerimis menyirami gundukan tanah merah dihadapannya, "Secepat inikah kau pergi?" Airmata Zechva bercampur dengan guyuran hujan semakin deras, menekukkan lututnya tertunduk lemas.

"Ayo pulang!" Suara berat laki-laki dengan mata bengkaknya membawa payung hitam, 

Aku tahu laki-laki ini jauh lebih terpukul dibanding diriku, raut wajahnya yang kosong hampa dan tak berekspresi tatapan matanya yang tajam meneduh sayu tak ada harapan, aku merasa kasihan menatap wajahnya, orang yang selalu melindungiku juga orang yang telah menghancurkan hidupku, aku bimbang harus terus kasihan atau membencinya.

...................................

Apartement Belvin.

Belvin masuk tanpa berbicara sepatah katapun, Zechva menatap punggungnya saat akan masuk kamar,... Royce yang mengantar kami langsung pulang.

"Ziva, bisakah besok kau menjemputku?" ini pilihanku, aku tak ingin tinggal disini lagi,

"Oke" pesan suara dari Ziva sudah ada balasan.

"Duuuuuaaarrrrrrrrrrr,......." Suara itu dari kamar Belvin, Ze masih ragu dengan suara itu, mengingat kejadian-kejaadian sebelumnya begitu mengerikannya, Ze berlari kesumber suara dan membuka kamar Belvin yang tak dikunci,..

Belvin mengobrak abrik ruang rahasianya, semua seolah seperti kapas berterbangan terhambur semua, Aku tahu dia sangat depresi, atas kepergian Adik kesayangannya yang selalu memberikn warna ceria, pada kenyataanya Ibu dan Adiknya terbunuh ditangan orang yang sama yakni ibu tirinya sendiri,

"Aaaaaaaaaa,......." teriakan-teriakan kemarahan diluapkan disana seolah ini kemarahan yang selama ini ia pendam, sesaat setelah ruangan itu berantakan di ambruk dihadapanku,

"Belvin,..!" Zechva

"Kau lihat,.. bagaimana dia membuat aku hancur?" Belvin

"Apa aku salah jika aku tidak ingin melihat dia dan anaknya bahagia?" Belvin dengan rambut yang takkaruan, "Bukankah kau melihatnya sendiri, dia merencanakan ini semua dengan sangat lancar, dia ingin aku gila, dan sekarang aku benar-benar gila kehilangan adikku, kau boleh membenciku, kau juga boleh meninggalkanku aku bahkan tidak pantas untuk mendendam," hhaaaaahhhhhh " Teriak Belvin mengepalkan tangannya memukul cermin dihadapannya.

"Draaaaaccckkkkk"

"Aaaaaaaa,...." Ze terkejut 

"Kenapa kau masih berdiam diri disitu?, kau pikir aku tertarik denganmu? kau target utama, aku hanya tidak ingin kau jatuh ditangan mereka dan mereka akan hidup bahagia" Belvin.

"Haruskah aku menodaimu?" Belvin menatap Zechva.

Zechva menangis melihat Belvin antara takut dan kasihan,

"Plakkkk" sebuah tamparan hebat mendarat dipipi Belvin,

"Kau boleh frustasi tapi aku bukan sebuah barang yang bisa kau hancurkan disaat kau hancur, ini membuatku muak" Zechva,

I'am Ready to LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang