6. Bread of life

60 4 0
                                    


Ketika di haruskan mengambil keputusan cepat namun sangat berdampak lebih lama untuk sebuah masa depan, aku masih menatap dinding kereta yang berembun memberikan nilai seni pada kaca, memudar sayup terbakar terik Matahari, suara bising mengelora dalam panca indra pendengaranku, bagaimana mungkin sebisining ini bahkan aku mulai merasa kasur ini membuat sakit seluruh badanku, sejenak ku tersadar aku telah tidak berada dalam kamar nyamanku, melainkan berada pada tempat yang asing, aku terbagun di tempat duduk dalam kereta yang biasa saja.

" Nona, apa anda akan memesan Coffe latte?"

Suara itu membangunkan lamunanku aku membalikkan wajahku menatap sayu ke arah laki-laki dengan membawa nampan dan secuan coffe latte yang menggoda hidungku, bagaimana bisa? aku merasakan kering kerontang tenggorokanku, aku juga sangat lapar keduanya terkoordinasi secara bersamaan, aku tak mendugannya sejenak baru tersadar jika aku tak sempat berfikir jernih.

"Mulai detik ini aku tidak menyukainya" Zechva

"Apa ada makanan gratis di kereta ini? " Tanya Zechva dengan polosnya,

"Kami tidak menyediakannya nona, tapi jika nona menginginkannya secara gratis, hanya ada air mineral saja" Jawabnya

"Berikan padaku!"

Hanya menganggukkan kepala dan melangkahkan kakinya kembali untuk menawarkan coffe latte ke penumpang yang lain.

"Brengsek,.. begitukah seorang laki-laki, memperlakukan seorang wanita?, setelah memberikan perhatian lebih dia akan meninggalkanmu tanpa jejak" Zechva membual sendiri, mengingat perilaku Michel selama ini yang membuatnya baper parah, namun saat dia sudah tak mampu membendung perasaannya, jawaban terbaiknya "akan mempertimbangkan kembali" bukankah itu penolakan secara tidak langsung.

Aku akan lebih berhati-hati dengan makhluk yang bernama laki-laki,

"Ach,.. sial dimana air putih itu lama sekali,.. ?" bahkan perasanku belum membaik, kenapa selama ini memprioritaskan aku jika akan berakhir seperti ini" Zechva melampiaskan bualannya pada laki-laki staff kereta,

Aku menghela nafas panjang sejenak hanya dapat menahan dan menelan ludah, aku merasakan sesuatu yang mengganjal di belakangku, setelah ku periksa, iya ini adalah tas hitam kecilku, ku coba mengoreknya, Iya aku sedikit menyesal karena memberikan uangku semua ke pemilik tiket karena terburu-buru, aku hanya menemukan kartu ATM dan kartu kredit yang sudah terblokir oleh ayahku, ternyata benar jangan mengambil keputusan dikala sedang terburu-buru, hasilnya akan sangat fatal, aku tipe orang yang anti meminta bantuan pada keluarga, melihat ponsel di genggamanku,.. Mencari nama Ziva, sambil menarik nafas panjang, aku mengorbankan gengsiku dan harga diriku di depan seorang adik.

"Hallo, Ziva"

" Kax Ze, kapan kakax akan pulang, aku sudah menyiapkan hadiah untukmu " Ziva dengan nada khasnya yang Ceria penuh semangat.

" Aku tidak pulang, bisakah kau kirimkan uang untukku,!! " Zechva.

"Kau akan pergi kemana? " Ziva mendengar dentuman kereta api dari dalam telfon.

" Aku sedang menuju kota Jakarta" Kata Zechva.

" Kirim alamat kantor cabang ayah yang ada di Jakarta!!" tambah Zechva.

"Kakak ke Jakarta?" Ziva bertanya memastikan.

Tut,.. Close,.. " Aku belum selesai bicara hpnya mati" Zechva lemas.

Dentuman suara rell menemaniku, aku masih tetap bertahan pada nasib, menatap langit-langit kereta sejenak mengangkat kaki walau sekedar meluruskan namun ini tidak terlalu buruk, aku sudah tidak dapat menerawang ada apa dihadapanku.

.........................

"Nona ini air mineralnya, aku memberimu tambahaan roti sobek jatah makanku untukmu, saya lihat nona kurang tenaga" (Kata staff itu kembali sambil membawa air putih yang di janjikan dengan bungkusan roti yang sudah mengering)

"Terima masih" Ucapku tanpa menghiraukan orang sekitar yang melihatku, aku mengambilnya dengan cepat, dan langsung meluncurkannya ke mulutku, aku mengunyahnya roti sobek tanpa selai yang sudah sangat susah untuk tersobek di mulutku.

Berarti setiap hari dia makan yang seperti itu, namun baru kali ini aku merasa roti sobek yang alot dan air putih ini merasa makanan paling enak karena aku sangatlah lapar, dan aku mampu menghabiskannya, padahal aku tipikal orang yang tidak menyukai roti,

bahkan aku memintanya secara gratis,.. Ini adalah hal yang memalukan sepanjang sejarah dalam hidupku,

Aku berharap tidak akan pernah bertemu lagi dengan staff kereta api tadi.

.....................

I'am Ready to LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang