Part 8 : Position

469 80 10
                                    

⚠️ Warning ⚠️Banyak kata kasar bertebaran(Tidak untuk di contoh)Tulisan masih berantakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⚠️ Warning ⚠️
Banyak kata kasar bertebaran
(Tidak untuk di contoh)
Tulisan masih berantakan

•••

"Harvey? Kamu udah pulang, sayang?" Wanita paruh baya itu menghampiri putranya yang baru saja pulang.

"Iya, Ma."

"Yaudah sekarang kamu bersih-bersih, makan, terus temuin Papa kamu. Dia tadi nyariin kamu."

"Papa udah pulang, Ma?"

"Udah, dia ada di gazebo belakang rumah. Nanti kamu susul aja ke sana ya."

"Hmm."

Wanita itu mengelus rambut anaknya dan baru sadar ada perubahan di sana."Kamu ganti warna rambut ya?"

"Iya, pengen coba hal baru aja."

"Warnanya bagus dikamu, tapi Mama tetep lebih suka warna alami rambut kamu. Tapi nggak papa, anak mama ini tetep ganteng pake warna apapun." Pemuda itu tersenyum mendengar kalimat yang dilontarkan sang Mama.

"Harvey ke kamar dulu, Ma."

Pemuda itu berjalan menuju kamarnya untuk membersihkan tubuhnya sebelum ia menemui sang Papa. Tetapi ditengah jalan ia berhenti di sebuah pintu, Harvey memutuskan untuk membuka pintu itu dan masuk ke dalamnya.

Sebuah kamar yang menjadi saksi bisu kakaknya meregang nyawa. Ia membenci ruangan ini tetapi juga sangat merindukannya.

Harvey membaringkan tubuhnya di ranjang kamar itu. Ia memejamkan matanya untuk menetralkan emosinya yang meningkat saat memasuki kamar ini.

"Kak?, Lo pasti marah sekarang."

"Maaf. Gue nyakitin adik kesayangan Lo. Gue tetep harus lakuin rencana ini, tapi gue juga nggak tega buat tinggalin dia. Keadaan kaya gini yang buat gue terpaksa harus nyakitin dia."

"Lo tau, Kak?. Saat gue liat dia cutting, gue takut—takut kalo dia ninggalin gue kaya Lo yang ninggalin gue."

"Gue nggak tau apa yang buat gue takut dia ninggalin gue. Karena gue yakin gue belum ada perasaan sama dia. Apa karena dia lakuin hal sama yang buat Lo pergi selamanya?"

"Untuk Kania, dia cewek baik. Tapi kayaknya hidupnya jauh dari keberuntungan. Orang tuanya strict parah dan gue?—gue cuma manfaatin dia buat balas dendam."

"Kadang gue nggak tega sama dia saat liat gimana keluarganya perlakuin dia. Tapi apa yang keluarganya lakuin sama Lo bikin gue makin bersemangat buat hancurin mereka."

"Terutama Rayyan, cowok bego yang kehilangan ingatannya tapi berpikir seolah-olah cuma keluarganya yang bersalah tentang penderitaan Lo." Pemuda itu tertawa teringat bagaimana Rayyan meluapkan kekecewaannya pada ibunya tanpa tau ia juga terlibat.

Harvey menghentikan tawanya saat ingatannya kembali pada kejadian di cafe malam ini. Harvey melihat bagaimana Mika dengan Justin semakin dekat. Dan juga—siapa pemuda yang membawa Mika pergi dari cafe itu. Ia tidak pernah bertemu pemuda itu sebelumnya, karena ia tau Mika tidak memiliki teman selain Fatima dan juga gadis itu hidup sebatang kara setelah neneknya meninggal.

REVENGE : I'm SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang