Part 20 : Kebenaran (?)

207 23 0
                                    

***

"Kania? Kakak boleh masuk?" Ketukan pintu membuat seorang gadis yang masih dirundung duka itu menoleh, namun raganya enggan untuk sekedar membuka pintu yang terkunci dari dalam itu.

"Kania? Please, kakak mohon tolong dengerin kakak. Buka ya pintunya?"

"Kakak harus bilang sesuatu yang penting sama kamu."

"Kania, kakak mohon."

Ceklek.

Rayyan melihat kondisi adiknya sangat berantakan itu pun menariknya ke dalam dekapan.

"Kak, papa kenapa ninggalin kita?"

"Kania mau papa, Kak."

"Kania, liat kakak!" Gadis itu mendongak menatap manik hitam sang kakak.

"Kakak, nggak akan biarin orang yang nyebabin papa meninggal merasa puas bikin keluarga kita kaya gini."

"Maksut kakak apa?"

"Ini adalah hal yang mau kakak sampaiin sama kamu tempo hari." Wajah pemuda itu tampak serius membuat Kania semakin penasaran apa yang sebenarnya kakaknya itu ingin katakan.

"Kak, kenapa?" Pemuda itu terdiam sebentar, menghela napasnya sebelum menceritakan semuanya kepada sang adik. Semuanya?

Tidak. Pemuda itu tidak mengatakan semua fakta yang ada. Pemuda itu pikir jika adiknya tau yang sebenarnya, gadis itu akan kecewa kepadanya. Untuk itu ia hanya menceritakan tentang apa yang dilakukan Harvey kepada keluarganya agar gadis itu bisa menjauhi Harvey. Ia tidak ingin adiknya sampai terlibat dalam masalahnya.

Kalimat-kalimat itu keluar dari mulut Rayyan. Kalimat yang ia rangkai dengan sedikit bumbu agar Kania percaya kepadanya tanpa menaruh curiga.

Gadis itu tidak berhenti menangis saat mengetahui semuanya, hatinya sangat terluka mengetahui fakta yang baru saja ia dengar. Setega itukan pemuda itu padanya? Apa salahnya? Kenapa dia melakukan hal sekeji ini kepada keluarganya?

"Kakak kehilangan ingatan kakak, itu yang buat kakak nggak ngenalin dia. Harusnya kakak bisa cegah dia sebelum bertindak sejauh ini." Ujar pemuda itu dengan penuh penyesalan.

"Kak? Kenapa dia tega sama aku, kak?" Tangisan gadis itu kini bertambah pilu. Gadis itu menangis dipelukan hangat sang kakak. Dia Kania, saat ini gadis itu benar-benar kecewa. Dia menyesal menaruh hati pada sosok kejam seperti Harvey.

"Kakak minta maaf sama kamu, ini semua salah kakak. Harusnya kakak tau lebih awal, mungkin papa masih bisa sama kita."

Gadis itu tiba-tiba terdiam. Rayyan yang tidak merasakan pergerakan apapun dari adiknya melepaskan pelukannya. Hanya tatapan kosong di sana. Entah apa yang gadis itu pikirkan saat ini.

"Kak? Dia udah bikin papa ninggalin kita buat selamanya. Memangnya apa hak dia buat lakuin itu semua? Kalau dia bisa buat dia berhak, aku juga bisa kan, Kak?" Rayyan menajam, apa yang baru saja ia dengar dari mulut adiknya. Gadis dengan tatapan kosong itu terlihat menyedihkan. Jejak air mata yang belum kering kini kembali basah.

"Maksut kamu apa, Kania?"

"Dia bunuh Papa. Dia bikin papa pergi. Dia bikin orang yang aku sayangin pergi buat selamanya. Dia juga harus ngerasain hal yang sama kan, Kak?" Sepertinya Rayyan melakukan kesalahan yang fatal karena tidak menceritakan semua hal yang terjadi.

"Kania, dengerin kakak. Kakak minta kamu cukup jauhin Harvey. Jangan lakuin apapun. Kamu ngerti, kan?"

"DAN BIARIN PEMBUNUH ITU HIDUP BEBAS!? GITU MAKSUT KAKAK!?"

REVENGE : I'm SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang