Part 16 : untitled

266 42 3
                                    

"Hei!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hei!"

Seorang pemuda yang memejamkan matanya mulai membuka sedikit demi sedikit kelopak matanya. Tatapannya tertuju pada seorang gadis berparas cantik yang sangat ia rindukan setiap detik dalam hidupnya.

"Kak Rachel? Ini beneran Lo kan?" Gadis itu hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

"Sini!" Gadis itu merentangkan kedua tangannya pada pemuda yang mulai menangis melihatnya. Tak butuh waktu lama pemuda itu merengkuh tubuh yang ada didepannya.

Jika ini hanya mimpi ia tidak ingin bangun kembali, ini adalah saat-saat yang ia tunggu selama ini. Memeluk kakaknya dan menangis dengan keras.

"Kak, kenapa Lo pergi tinggalin gue? Kenapa Lo pergi cuma karena cowok brengsek kaya Rayyan?"

"Harvey." Panggil gadis itu

"Lo nggak sayang sama gue? Gue adek Lo satu-satunya, adek yang Lo sering marahin karena rebut mainannya Mika, gangguin Mika. Kenapa Lo tinggalin gue? Ayo marahin gue, gue udah sakitin dia." Air mata tak berhenti mengalir dari mata Harvey bak sungai yang mengalir deras.

"Hei, liat gue." Harvey mendongak melihat wajah pucat kakaknya. Keadaan pucat seperti ini saya tak menghalangi betapa wajah itu bersinar. Kecantikan kakaknya tidak pernah luntur sedikit pun.

"Gue mau Lo berhenti, ini nggak baik Harvey. Lo bisa rugiin diri Lo sendiri dan orang lain."

"Gue lakuin ini semua demi Lo, Kak."

Gadis itu hanya menggelengkan kepalanya.

"Itu jahat Harvey. Gue nggak mau adek gue jadi jahat."

"Nggak, mereka yang jahat sama Lo. Gue cuma bantu buat kasih karma buat mereka, kak."

"Lo bukan Tuhan, Harvey. Lo nggak berhak hukum mereka. Berhenti ya?"

"Gue bakal berhenti kalo Lo pulang. Ayo pulang, Kak. Gue—" Pemuda itu tak berhenti menangis.

"Gue butuh Lo. Mika butuh Lo, Papa sama Mama juga butuh Lo. Semua orang butuh Lo kak. Ayo pulang." Gadis itu menyeka air mata adik kecilnya itu. Adiknya tumbuh dengan baik dan menjadi seorang pemuda yang sangat tampan.

"Masa cowok nangis sih? Nggak malu?" Harvey menggelengkan kepalanya.

"Gue bakal nangis terus sampe Lo pulang, Kak." Gadis itu tersenyum dengan cantik.

"Nggak malu sama Mika?"

"Nanti gue bakal jewer dia kalo ngejekin gue nangis."

"Jagain Mika ya?"

"Kenapa Lo malah ngomongin Mika sih, Kak. Ayo pulang." Raung Harvey seperti anak kecil yang tidak dituruti permintaannya. Dengan suara yang berat pemuda itu merengek dengan keras. Mungkin anak kecil saja kalah dengan rengekan pemuda ini.

"Jangan gegabah mengambil keputusan, pikirkan semuanya sebelum bertindak. Gue nggak mau Lo sampe nyesel nantinya, Harvey."

"Gue bakal selalu ada di samping Lo. Liat Lo pake kalung dari gue kan. Kalo Lo kangen sama gue tinggal liat kalung itu."

REVENGE : I'm SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang