***
Setelah keluar dari rumah sakit, Harvey merenungkan semuanya kembali. Haruskah ia bertahan untuk keluarganya?
Pintu kamar itu diketuk oleh wanita rapuh baya yang tidak lain adalah sang mama. Wanita itu tersenyum dan membawa senampan makanan dan juga minuman untuk putranya.
"Hei, Mama bawain sesuatu buat kamu." Harvey hanya menatap mamanya yang masih betah dengan senyumannya.
"Kamu duduk aja, biar mama suapin. Mama rindu suapin putra mama makan." Wanita itu menyendokkan makanan dan mangarahkannya ke mulut Harvey. Harvey membuka mulutnya dan menerima suapan dari mamanya.
"Enak?"
"Makanan Mama selalu enak." Wanita itu terkejut mendengar suara putranya. Mengusap surai putranya yang mulai panjang.
"Kamu dulu selalu rebutan dengan kakak kamu. Kamu selalu ngambek kalau mama suapin Rachel sedangkan kamu yang lebih kecil makan sendiri."
"Aku inget, dan setelah Mika dateng dia yang rebut suapan mama." Harvey tersenyum lembut. Senyum yang jarang sekali pemuda itu keluarkan.
"Kamu rindu sama dia?"
"Dia nggak pernah keluar dari pikiran aku, Ma. Dia selalu ada di sana." Harvey menundukkan kepalanya.
Wanita itu tersenyum. Mika juga bagian dari keluarga kecilnya. Dia tentu saja menyayangi gadis malang itu. Namun takdir berkata lain. Mereka harus kehilangan gadis yang penuh dengan keceriaan itu untuk selamanya.
"Ma?" Seakan tersadar dari lamunannya wanita itu kembali menatap putranya.
"Iya, sayang?"
"Maafin, Harvey. Maafin semua kesalahan Harvey yang buat mama terluka. Harvey bukan anak yang baik buat Mama."
"Mama selalu maafin semuanya. Asal kamu jangan coba-coba lagi buat tinggalin Mama, okay?"
"Harvey janji akan berubah. Harvey janji akan berubah demi mama. Harvey nggak punya siapapun lagi selain mama sama papa." Wanita itu memeluk putranya erat. Akhirnya ia dapat mendengar kalimat itu dari putranya. Bukan lagi kalimat putus asa namun kalimat yang berisi keyakinan putranya untuk melanjutkan hidupnya.
"Terima kasih, sayang. Mama seneng kamu mau lanjutin hidup kamu."
"Jadi, son. Apa kamu mau juga untuk melanjutkan perusahan kecil kita? demi papa." Atensi ibu dan anak itu teralih pada sosok pria paruh baya di dekat pintu kamar. Harvey tersenyum samar.
Mungkin ini emang waktunya dirinya untuk mengambil alih usaha ayahnya, perusahan yang masih terbilang kecil itu.
"Satu tahun lagi kamu lulus dari kuliah kamu kan? Kamu udah bisa mulai bantu-bantu papa mulai sekarang. Papa senang kamu mau berubah." Diusapnya kepala sang putra. Wajah yang begitu mirip dengannya. Putra kecilnya Harvey Dewangga telah kembali.
***
Harvey mulai memunculkan sedikit demi sedikit perubahan. Namun tidak dengan sosok Derrick dalam dirinya. Menghilangkan nyawa bukanlah hal yang sulit baginya. Dia hanya berubah dan bangkit dari keterpurukannya selama tiga tahun ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVENGE : I'm Sorry
Fiksi PenggemarFIKSI 100% "Gimana cara gue bisa bahagia kalo Lo nggak ada disamping gue Kak?" (Harvey Dewangga) "Lo harus janji Lo nggak akan pernah lakuin hal yang bisa ngerugiin diri Lo sendiri, ayo janji!" (Rachel Tan) "Udah suka sama gue belum?" (Mikayla) - - ...