***
3 tahun berlalu...
Tiga tahun pemuda habiskan dengan menyalahkan dirinya sendiri atas semua yang terjadi. Aura yang dingin selalu terpancar dari wajahnya membuat orang lain pun enggan untuk sekedar bertegur sapa.
Harvey kini menjadi seseorang yang semakin tidak memiliki belas kasih. Bahkan dirinya tak segan menghabisi nyawa orang lain yang ia anggap mengganggu jalannya. Kalaupun ia tertangkap dan dihukum mati sekalipun ia tidak takut.
Jika kalian bertanya bagaimana dengan Deathstalker sekarang. Deathstalker masih ada dengan Aslan yang memegang kendali penuh. Harvey selalu melakukan tindakan yang membuat para anggota Deathstalker turun tangan untuk membersihkannya. Mereka tidak mungkin membiarkan polisi dapat mengendus perbuatan bejat Harvey diluar sana.
Mereka marah dengan kondisi Harvey sekarang. Harvey selalu dikuasai oleh emosinya. Menjadi semakin tempramental dari sebelumnya. Mulutnya mungkin terkunci rapat namun pisau ditangan pemuda itu melesat secepat cahaya.
Harvey mungkin terlihat semakin kuat dari luar. Pemuda itu tak terkalahkan. Namun jiwanya telah mati bersama gadis yang telah meninggalkannya tiga tahun yang lalu. Dia telah kalah dengan permainan yang bahkan belum sempat ia mulai. Dia mencintai gadis itu tanpa ia sadari telah jatuh begitu dalam dalam perasaan itu. Namun egonya selalu menyamarkan semuanya. Ambisi balas dendamnya membuatnya menutup mata akan cinta dari seorang gadis yang sering ia sakiti.
Mayat hidup. Mungkin itu adalah istilah yang pas menggambarkan kondisi Harvey saat ini. Kehidupan Harvey yang menjadi seperti orang yang tidak memiliki akal sehat membuat orang tua Harvey harus menelan pil pahit setiap harinya.
Harvey selalu mengunci dirinya di kamar Rachel dan keluar dengan kondisi yang memprihatinkan. Namun kali ini lebih parah dari sebelumnya, orang tua Harvey memergoki Harvey hampir menghabisi nyawanya sendiri dengan menenggak racun yang entah pemuda itu peroleh dari mana. Namun dengan kuasa Tuhan akhirnya nyawa Harvey berhasil diselamatkan.
Hal itu tentunya menggores luka lama yang dimiliki oleh orang tuanya. Bagaimana tidak, mereka kehilangan putri mereka dengan cara yang sama dan kini harus kembali menyaksikan bagaimana putra itu hampir menghabisi nyawanya sendiri.
"Harvey..." Panggil seorang wanita yang tidak lain adalah ibu dari pemuda yang kini memejamkan matanya.
"Sayang, Mama..." Seakan tak mampu melanjutkan ucapannya, wanita itu mencoba untuk mengatur napasnya.
"...Mama bawain makanan kesukaan kamu."
Harvey yang merasa terusik dengan usapan lembut dikepalanya kini membuka matanya perlahan. Dilihatnya sang Mama yang tersenyum lembut padanya membuat ia teringat akan senyum manis kakaknya yang baru saja ia temui di alam mimpi.
"Bangun yuk, Mama bawain Harvey makanan. Mama suapin ya?" Harvey masih dengan tatapan sayu penuh dengan luka.
"Kenapa? Kamu mau makanan yang lain? Biar mama siapin." Wanita itu mendekatkan kepalanya di samping kepala Harvey dan mengusapnya dengan penuh kasih sayang.
"Aku mau pulang, Ma." Wanita itu menegakkan tubuhnya. Melihat wajah tampan putranya yang kini terlihat sangat pucat.
"Kamu harus di rawat di sini dulu sampai kamu sembuh. Nanti kalau kamu sakit, gimana caranya kamu temuin Mika? Hmm? Kamu selalu percaya kan kalau Mika masih hidup? Jadi, kamu harus sehat dulu sebelum..." Wanita itu tak sanggup lagi meneruskan kalimatnya. Melihat sang Mama menangis tersedu membuat hati Harvey sedikit tersentil.
"...Ma, maafin Harvey."
Wanita itu mendekap putranya dengan erat. Tangisannya semakin meluap. Ia tidak bisa jika harus kehilangan buah hatinya lagi. Ia tidak akan bisa hidup tanpa putranya. Sungguh wanita itu tidak sanggup.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVENGE : I'm Sorry
FanficFIKSI 100% "Gimana cara gue bisa bahagia kalo Lo nggak ada disamping gue Kak?" (Harvey Dewangga) "Lo harus janji Lo nggak akan pernah lakuin hal yang bisa ngerugiin diri Lo sendiri, ayo janji!" (Rachel Tan) "Udah suka sama gue belum?" (Mikayla) - - ...