100% Fiksi
***
Setelah membutuhkan waktu yang cukup lama akhirnya Harvey dan juga Justin sampai di markas dua Hugo. Tempat ini sangat berbanding terbalik dengan markas utamanya. Jika markas utama terlihat seperti sebuah unit yang mewah tidak dengan markas yang satu ini, ini terlihat seperti rumah lama tak berpenghuni. Tembok yang penuh lumut dan tanaman menjalar yang yang menguasai rumah ini.
"Ngga, Lo yakin Kania di dalem?"
"Nggak ada salahnya kita cek, kan?"
Tak ada langkah pelan-pelan dari Harvey. Pemuda itu melangkah dengan mantap menuju pintu utama markas itu.
Tendangan Harvey mampu membuat pintu tua itu terlepas dari engselnya. Justin yang melihatnyapun hanya ternganga.
Mendengar pintu utama ditendang seseorang dari luar, anak buah dari Hugo mulai keluar.
"Wah gercep banget Lo ya."
"Dimana Kania!"
"Loh kok tanya sama kita sih? Kan dia cewek Lo kan(?)"
"Nggak usah banyak bacot, panggil bos Lo ke sini!"
"Wow, kalem dong. Lo liat ini apa?"
Harvey memandang benda itu lamat-lamat. Tidak salah lagi, itu adalah pengontrol ledakan.
"Bawa yang dimau bos gue atau gue pencet tombol ini dan...boom, cewek Lo mati!"
Harvey ngeraskan rahangnya, seperti inikah permainan yang dilakukan oleh Hugo? Untuk sekarang ia tak dapat memikirkan apapun selain keselamatan Kania. Gadis itu masuk karena dirinya, maka ia juga yang harus mengeluarkan gadis itu.
"Bilang sama bos Lo, gue bakal bawa apa yang dia mau. Tapi kalo Lo tetep sakitin Kania, jangan harap gue kasih ampun!"
Justin dari tadi hanya diam ditempatnya sembari menatap sekeliling tentu saja terkejut dengan apa yang ia dengar.
"Oke, gue tunggu besok dijam ini. Sampe Lo nggak bawa apa yang bos gue mau, Lo tau kan apa selanjutnya!" Para pemuda itu sedikit tergelak dengan gertakan Harvey, sama seperti Hugo mereka hanya memandang lemah pemuda itu.
Harvey berlalu dari sana dengan langkahnya yang lebar. Sesorang mengikutinya dari belakang dengan langkah yang tak kalah cepatnya.
"Ngga! Lo gila hah? Lo mau korbanin Mika buat ini?!"
"Nggak ada jalan keluar lagi buat saat ini, Tin!"
"Tapi enggak buat korbanin Mika! Otak Lo di mana, hah?!"
"Tapi kalo gue nggak kasih apa yang Hugo mau dia bisa celakain Kania, Tin!"
"Dengan Lo kasih Mika ke Hugo bedanya apa? Kalo Lo bersih keras buat bawa Mika ke Hugo, gue yang akan bersih keras buat nentang Lo!"
"Tin!, Gue nggak tau harus ngapain sekarang selain kasih Mika ke Hugo. Gue yakin Mika bakal baik-baik aja karena sejak awal Hugo emang ngincer Mika. Tapi Kania? Nggak ada yang bisa jamin dia baik-baik aja di sana, Tin!"
"Emang punya jaminan apa Lo Mika baik-baik aja di sana? Hah? Punya jaminan apa Lo?" Justin mendorong bahu Harvey.
"Mika bisa jaga diri selama di sana, gue bakal lepasin dia setelah gue selametin Kania, Tin. Gue mohon sama Lo. Jangan halangin gue."
"Lo bego dan akan selalu bego, Ngga!"
Harvey tersulut emosinya. Perasaannya sedang tidak baik-baik saja dan Justin memancing amarahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVENGE : I'm Sorry
FanficFIKSI 100% "Gimana cara gue bisa bahagia kalo Lo nggak ada disamping gue Kak?" (Harvey Dewangga) "Lo harus janji Lo nggak akan pernah lakuin hal yang bisa ngerugiin diri Lo sendiri, ayo janji!" (Rachel Tan) "Udah suka sama gue belum?" (Mikayla) - - ...