Bab 26 : Janji

308 38 18
                                    

***

Gadis yang terbujur lemah di tempat tidurnya itu mulai menunjukan kesadarannya. Matanya perlahan terbuka menyesuaikan cahaya yang masuk. Gadis itu terdiam cukup lama saat menyadari di mana ia berada.

"Still alive?" Hembusan napas berat oleh gadis itu.

Air mata perlahan turun dari mata sayu itu. Tubuhnya yang masih terasa kaku terasa sulit untuk digerakkan. Pikirannya melayang saat ia menjadi barang pertukaran oleh pemuda yang sangat ia cintai.

Ceklek

"Anda sudah bangun? Mohon tunggu sebentar, saya akan panggilkan dokter." Ujar seorang perawat yang tersenyum manis kepada gadis itu.

Dan tak lama seorang pria dengan jas putihnya datang dan memeriksa kondisi Mika. Mika tak banyak berbicara, hanya sepatah dua kata yang ia ucapkan saat dokter bertanya.

"Kondisi anda sudah membaik, tapi masih harus tetap dirawat di sini untuk beberapa hari kedepan. Saya akan panggilkan keluarga anda."

Setelah dokter dan perawat itu keluar dari ruangannya, Mika kembali memejamkan matanya. Tidak ingin memikirkan siapa keluarganya yang dimaksud oleh dokter itu karena terakhir kali gadis itu ingat ia dalam kondisi terikat disebuah ruangan.

Setelah beberapa saat datang seorang pemuda menghampiri tempat tidur itu. Usapan di kening itu dapat Mika rasakan. Tapi ia tidak dapat mengenali usapan siapa itu.

'rasanya berbeda.'

Mata gadis itu terbuka. Hati kecilnya terselip rasa kecewa namun tidak dengan raut wajahnya. Raut wajah gadis itu datar tak berekspresi saat tau siapa pelaku yang mengusap kepalanya.

"Kamu udah sadar?"

Tak ada jawaban dari gadis itu. Mika yang merasa tidak kenal dengan orang yang ada di depannya ini mengalihkan pandangannya.

"It's okay, kamu masih butuh istirahat. Tapi, kalau kamu butuh sesuatu kamu bisa panggil aku. Aku tunggu di sofa itu. Kamu bisa istirahat lagi."

Hugo hendak menuju ke sofa yang pemuda itu maksud. Namun suara lemah itu menginterupsinya.

"Apa kita kenal sebelumnya?"

Hugo membalikan badannya dan tersenyum.

"Yes, we are."

"Bisa gue minta tolong?" Hugo mengerutkan dahinya.

"Sure."

"Tolong tinggalin gue sendirian di sini."

"Tapi.."

"Gue mohon."

Dengan berat hati Hugo menyetujuinya. Pemuda itu keluar dari ruangan itu. Sebenarnya dirinya khawatir melihat kondisi gadis itu, tapi apa boleh buat sepertinya gadis itu membutuhkan waktu sendiri.

Hugo sendiri juga telah memperketat keamanan agar ia tidak kecolongan. Berlebihan? Memang itulah Hugo.

***

Di ruangannya, gadis itu menangis dengan pilu. Kepada siapa sekarang ia berteduh. Ia tidak memiliki siapapun. Semua orang menginginkan gadis itu enyah dari kehidupan mereka.

Apa tandanya ia memang harus menghilang dari semua orang?

Itulah yang gadis itu pikirkan. Kepalanya masih berdenyut. Semua pikiran buruk kini bersarang dibenaknya.

"Ma, Pa, Nek, Kak Rachel...Mika pengen ikut kalian aja..."

"...Mika capek. Mika pengen pergi dari semua orang."

REVENGE : I'm SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang