***
"Bagus, pulang jam segini dan nggak ada kabar sama sekali!"
"Gue lupa bawa handphone, Kak."
"Alesan! Kemana aja tadi?!"
"Ke rumah temen doang kok. Lagian gue udah balik juga."
Yohan menghela napas nya kasar. Bagaimana ia bisa meninggalkan gadis ini sendirian. Ia jadi bimbang dengan keputusannya untuk pulang ke rumah orang tuanya.
"Ka, boleh gue minta tolong. Tolong jangan kaya gini lagi ya, gue khawatir kalo Lo kenapa-napa di luar."
"Apa-apaan sih, Kak. Nggak usah khawatir gitu deh sama gue. Sebelum Lo dateng kan gue sendirian. Gue baik-baik aja kan? Chill aja lah." Jawab Mika dengan gelak tawanya. Namun Yohan hanya menatap gadis itu. Entah mengapa perasaannya tidak nyaman saat meninggalkan adiknya sendiri. Seakan adiknya itu akan berada pada masalah yang besar.
"Janji dulu sama gue. Lo nggak akan pulang malem lagi! Gue cuma takut, dulu emang Lo nggak kenapa-napa tapi nggak ada yang bisa jamin kedepannya Lo bakal baik-baik aja, dek." Mika sedikit melunak mendengarkan perkataan Yohan.
"Lo pergi besok ya?" Yohan menatap sendu gadis itu dan hanya membalasnya dengan anggukan.
"Wah, pasti Tante seneng banget. Lo nggak usah khawatirin gue di sini. Gue baik-baik aja dan akan selalu baik-baik aja."
"Baik-baik aja?"
"Iyaa." Ucap Mika meyakinkan
"Kalau gitu kasih gue satu alasan biar gue tenang ninggalin Lo di sini." Mika tidak tahu saja jika Yohan sedang memancingnya.
"Kak, beneran gue baik-baik aja di sini. Gue punya banyak temen kok. Mereka baik-baik."
"Siapa? Temen Lo cuma Justin kan?"
"Enak aja, gue punya banyak. Lo aja yang nggak tau. Justin itu partner gue kalo gabut aja. Selain dia ada kok."
"Harvey misalnya? Gue nggak tau dia, kan?"
"Iya dia salah satunya." Mika menjawabnya spontan membuat Yohan tersenyum miring.
Mika yang tersadar mengubah ekspresinya dengan wajah yang tiba-tiba gugup.
"Kak, Lo..."
"Kenapa?"
"Lo tau Harvey dari siapa?"
"Nggak penting gue tau dari siapa, dia adik dari orang yang Lo pernah ceritain sama gue kan? Dia cowok yang selalu Lo bawa tiap peringatan Om sama Tante kaya yang di bilang Tante Saras dulu, kan? Dia juga orang yang nyakitin Lo kan?"
"Kak, Lo salah paham. Dia nggak nyakitin gue kok."
"Lalu? Selingkuh di depan mata Lo sendiri itu bukan hal yang bisa disebut menyakitkan?! Dia cowok brengsek yang jadi penyebab Lo ngurung diri di kamar selama beberapa hari. Bahkan..." Yohan mengambil tangan Mika dan membuka gelang yang menutupi bekas bekas luka dari apa yang Mika lakukan dulu.
"Ini?"
"Kak, ini bukan karena Harvey!"
"Terus? Karena siapa Lo lakuin ini semua?"
"..."
"Lo tau, saat gue tau fakta siapa cowok yang jadi penyebab Lo nangis, ngurung diri di kamar beberapa hari? Itu buat gue ngerasa gagal jadi Kakak Lo tau, nggak? Gue merasa harusnya gue lebih awal buat pulang tanpa nunggu kuliah gue selesai, harusnya gue bisa ambil pendidikan di sini aja sambil jagain Lo dari cowok brengsek kaya Harvey!" Mika yang mendengarnya berusaha menahan tangisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVENGE : I'm Sorry
FanfictionFIKSI 100% "Gimana cara gue bisa bahagia kalo Lo nggak ada disamping gue Kak?" (Harvey Dewangga) "Lo harus janji Lo nggak akan pernah lakuin hal yang bisa ngerugiin diri Lo sendiri, ayo janji!" (Rachel Tan) "Udah suka sama gue belum?" (Mikayla) - - ...