05. Flashback [2]

1.3K 130 0
                                    

Sebelum membaca, biasakan vote dan follow dulu, saya yakin kalian tahu cara menghargai siapapun, termasuk penulis
Masih part flashback ya
________________°•°________________

Lalu lalang manusia terus terlihat di tujuh pasang mata pemuda tampan itu. Tak ada kata sepi yang terselip di sudut manapun tempat ini. Sesak dan panas yang di rasa, keramaian terus meningkat sejak tujuh pemuda itu menapakkan kakinya di stasiun Blimbing ini. Walaupun angin malam kota Malang itu sangat dingin, tapi karena mereka selama keluar dan masuk kereta berdesakkan, jadi otomatis mereka juga merasa kepanasan.

Tanpa menunggu lama lagi si sulung memimpin di depan untuk membawa keenam adiknya keluar dari stasiun yang padat itu. Diantara mereka hanya empat orang yang membawa koper, yaitu Renjun, Haechan, Jeno, dan Jisung. Sedangkan Mark, Jaemin, dan Chenle menitip barang bawaan pada saudara nya.

"Bang, ini kita di jemput siapa sih? Ga mungkin kan kita jalan kaki ke tempat mbah uti? Jauh breh!" Haechan mengeluh karena sudah hampir lima belas menit mereka berdiam di halte depan stasiun untuk menunggu jemputan.

Saudaranya yang lain ikut mengangguk sambil menatap sang kakak sulung yang sibuk dengan ponselnya untuk menghubungi seseorang.

"Sabar dulu Chan, ini abang masih telpon mas Eunwoo buat jemput!" Mark memutar bola matanya malas dengan keluhan Haechan sejak sepuluh menit yang lalu.

Sebenarnya mereka bisa memesan taksi ataupun menghentikan mobil berwarna biru yang sedari tadi berkeliaran di depan stasiun untuk mengangkut pelanggan, tapi mereka enggan. Bukan manja, hanya saja mereka tidak ingin membuang-buang uang yang telah di berikan oleh kedua orang tuanya untuk saku selama mereka di Malang.

Lagipula jika mereka ingin naik taksi, mereka harus memesan setidaknya dua atau tiga mobil untuk mengangkut mereka yang segitu banyaknya, belum lagi barang bawaan mereka.

Tiiiinn tiiiinn

Mereka bertujuh terlonjak kaget. Tentu saja. Siapa yang tidak kaget jika tiba-tiba mobil yang berada di dekat halte tempat mereka berdiri tiba-tiba membunyikan klakson nya dengan keras. Apalagi Renjun yang memiliki penyakit turunan dari sang ibu sampai berjongkok dan menutup kedua telinganya.

"WOY KALO MAU CARI MASALAH JANGAN DISINI BAZENG! MASA BERANTEM DI STASIUN? DI STADION DONG?!" Kalian tahu yang berteriak ini siapa? Iya Haechan.

Pemuda berkulit tan itu menendang bemper mobil mahal tadi dengan keras seraya berteriak. Emosi juga si Haechan. Dia sudah capek-capek setelah perjalanan jauh 12 jam dan baru sampai malah di suruh menunggu jemputan, belum lagi ini mobil cari masalah. Makin naik tuh darahnya.

"HEH MAS EUNWOO, YOSHI! KELUAR KALIAN!" Si mungilnya Gevanendra berteriak tiba-tiba menyebut nama dua sepupunya membuat keenam saudaranya terkejut.

"HAH? MAS EUNWOO? YOSHI?" Gevanendra kompak seolah mereka berpikiran yang sama.

Ternyata dari tadi si sulung kedua mengamati mobil ini, karena menurutnya mobil ini sangat familiar di otaknya. Merasa sudah di kenali, dua orang yang sedari tadi ada di dalam mobil keluar untuk menemui pasukan Gevanendra.

"Mas Ren kok bisa tau sih?!" Yoshi memasang wajah sebal nya pada si sepupu. Sedangkan Renjun menatap keduanya datar dan menunjuk plat mobil Alphard yang di gunakan dua anak dari pamannya itu.

"Lain kali kalo mau jadi penguntit itu tutupin dulu plat mobilnya, pinter dikit kek jadi manusia, goblok ojo di pek dewe!" Sarkas Renjun membuat dua orang itu mendengus kesal.

Ts : bodoh jangan di ambil sendiri!

"Ga pernah berubah ya Ren, omongannya selalu nyelekit!" Eunwoo, sang adik dari ayahnya Gevanendra menjawab sambil menyatukan kedua alis tebalnya, sedangkan Renjun hanya mendecih pelan.

THE GEVANENDRA'S | NCT DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang