Sebelum membaca, biasakan vote dan follow dulu, Lia yakin kalian tahu cara menghargai siapapun, termasuk penulis
_______________°•°_______________Sepulang dari warung pecel tadi, para Gevanendra segera beringsut pulang karena malam semakin larut. Kali ini mereka bertukar mobil. Mark bersama Renjun dan duo bungsu menaiki mobil Tesla milik Renjun, sedangkan triplets menaiki Audi A6 milik si sulung. Dua mobil mahal itu melaju pelan di jalanan Bandung dengan kaca yang sepenuhnya terbuka, sekedar menikmati angin malam yang menenangkan.
Di mobil Renjun, keadaan begitu hangat dengan pembicaraan kecil yang menemani, sedangkan Jisung dan Chenle malah tidur lebih dulu. Memang sudah melebihi batas waktu begadang dua bocah SMA itu.
Berbeda lagi keadaannya di mobil Mark. Rusuh tak tertolong. Tiga anak kembar itu menghidupkan musik dangdut Jawa dengan judul Ngamen 1 yang di nyanyikan oleh pedangdut Eny Sagita dengan suara yang keras. Jeno yang berperan sebagai supir pun juga menikmati musik sambil menyetir dan menganggukkan kepalanya sesuai irama.
Jangan tanya soal dua kembaran Jeno yang lain. Haechan dan Jaemin sudah tak tertolong. Kursi di samping supir yang harusnya untuk satu orang malah di duduki oleh kelinci dan beruang itu. Haechan menekan tombol pembuka atap dan melompat-lompat di atas kursi, sedangkan Jaemin melepas hoodie nya dan memutarkannya seiring lagu berjalan. Beruntung keadaan jalan sangat sepi, karena waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam, jadi Jeno tak begitu harus menanggung malu atas tingkah kembarannya.
Sampai akhirnya musik terpaksa berhenti tiba-tiba karena ponsel Jeno yang di gunakan untuk bluetooth musik berbunyi pertanda ada panggilan masuk. Tentu saja hal itu membuat Haechan dan Jaemin misuh-misuh. Beruang dan kelinci itu kembali duduk namun tetap membiarkan atap mobil terbuka.
Jeno sedikit melirik ponselnya untuk melihat siapa yang menelpon, namun Jaemin lebih dulu menyahut ponselnya.
"Arjun, Jen. Angkat kaga?" Ucap Jaemin setelah pemuda itu mengetahui siapa yang menelpon kembarannya malam-malam begini.
"Angkat, loundspeaker!" Jaemin segera melaksanakan apa yang di perintahkan saudaranya. Haechan pun turut mendekatkan telinganya ke ponsel kembarannya.
"Halo bos!"
"Hmm"
"Tutup atap mobil lu, anak-anak Z'Fire bersenjata lengkap!"
Jeno melirik spion mobil lalu mengeraskan rahangnya. Tangan kirinya bergerak menekan tombol penutup atap dan pelindung mobil.
"Usahain mereka ga melebihi gue, mobil abang gue di depan!"
"Siap, jangan lengah bos! Mereka bawa pasukan."
"Hmm."
Setelah panggilan terputus, ekspresi tiga anak kembar itu langsung berubah drastis, tatapannya sama-sama menajam. Bahkan Jaemin meremat kursi mobil yang di duduki nya hingga sobek.
"Hubungi mas Ren, suruh abang cepetin jalannya dan suruh tim lu kawal mobil mas Ren sampe rumah! Lawan kita kali ini ga main-main, mereka ga boleh terlibat!" Jeno menoleh sejenak pada Jaemin setelah menyelesaikan ucapannya. Jaemin mengangguk mengerti lalu mengotak-atik ponselnya.
Kalau kalian tanya kemana Haechan, pemuda itu sudah sibuk dengan ponselnya sejak panggilan terputus tadi. Jeno mempercepat laju mobilnya setelah melihat mobil Renjun sudah jauh dan aman di kawal oleh pasukan Jaemin.
Perlu di ketahui di geng Dreamies Jeno, Jaemin, dan, Haechan memiliki pasukan masing-masing yang di pimpin sendiri oleh tiga anak kembar itu.
Tim Jaemin berperan melindungi dari luar, tim Jeno berperan langsung di lapangan tempur, dan tim Haechan berperan di bagian strategi. Tapi jika mereka di serbu seperti ini, tiga tim itu akan bersatu dengan kekuatan dari tim Jeno, kelincahan dan persenjataan dari tim Jaemin, dan kecerdasan berperang dari tim Haechan.
"Jen, jalan Kenangan, luas dan sepi!" Jeno mengangguk sekilas lalu semakin melajukan mobilnya dengan cepat menuju tempat yang di arahkan kembarannya, karena tempat yang di katakan Haechan cukup jauh dari tempat mereka berada saat ini.
Tak lama panggilan di ponsel Jeno kembali masuk, ternyata dari si sulung Gevanendra yang mungkin sudah mengetahui apa yang terjadi.
Jaemin mengangkat panggilan itu dan me-loundspeaker panggilannya.
"Halo bang?"
"Abang ga mau ada luka! Bang Yuta, bang Sehun, sama bang Tae otw!"
"Maaf bang, kita harus turun lagi."
"Hmm."
Panggilan terputus. Wajah Jaemin tampak lesu. Padahal ia berjanji untuk brother time bersama saudaranya malam ini, tapi ia malah harus turun ke lapangan tempur.
"Jen, dari jumlah kita kalah, mereka banyak backing-an. Tapi dari kekuatan kita masih mampu, tetep di lanjut?"
"Lanjut. Mereka harus liat Dreamies yang sebenarnya!" Haechan mengangguk lalu kembali fokus ke ponselnya.
"Pasukan Nana di timur, pasukan Jeno di barat, gue di Utara, suruh mereka gerilya! Nanti bang Yuta, bang Sehun, sama bang Mppi bagian backing, gue udah atur sisanya." Haechan berbicara lancar begitu saja tanpa menatap dua kembarannya.
Jeno dan Jaemin berdecak kagum dengan strategi cerdas dan kecepatan berpikir kembarannya, walaupun di pelajaran sedikit lemot, tapi Haechan sangat jenius soal strategi perang.
Jaemin menepuk-- ah tidak, lebih tepatnya memukul bahu Haechan dengan senyum bangga. "Akhirnya ga sia-sia bunda lahirin lu item!"
"Gosah mancing ye kelinci! Gue lagi ga pengen perang sama lu sekarang!"
"Mancing apa tuuuuh?" Jaemin malah semakin gencar menggoda kembarannya sampai Jeno melempar ponselnya dan mendarat tepat di hidung Jaemin dengan keras.
"Jeno anjeng! Sakit bego!"
"Diem kelinci!"
"Ssstt, abang nelpon lagi!" Haechan meletakkan telunjuknya di depan bibir agar dua kembarannya itu diam.
"JENO CEPAT CARI TEMPAT SEPI, MOBIL ABANG DI PASANG BOM DAN WAKTUNYA TIGA MENIT DARI SEKARANG!!" Mark berteriak begitu panggilannya terhubung.
"Sial!" Jeno mengumpat dengan keras.
"ALLAHU!!" Jaemin mengucap, dan Haechan...
"TAI LEDIG SIA JURIG, GOBLOK!!"
Memang hanya Jaemin yang anak alim.
"Jen, tiga ratus meter dari sini, kecepatan 85/jam ga sampe dua menit sebelum bom meledak, lu sama Jaemin loncat keluar dan guling di aspal, inget jangan nabrak pembatas!!"
"Lu gimana anjing? Gosah ngadi-ngadi lu!"
"Gue gantiin lu nyetir blok! Ntar gue arahin ke sungai deket sini biar resiko kerusakan nya agak kecil."
"Malah mikir kerusakan si bego. Lu nya gimana item? Mau mati duluan lu?"
"Piker keri! Udah cepetan keluar sebelum kita bertiga mati barengan!!"
Jeno dan Jaemin terpaksa menuruti perintah Haechan. Karena kalau tidak, bungsu mereka itu akan semakin nekat dan membahayakan dirinya sendiri.
Mendekati tiga ratus meter dari tempat awal, Jeno dan Jaemin sama-sama membuka pintu mobil dan melompat keluar, Haechan segera bergerak menduduki kursi yang di tempati Jeno tadi dan mempercepat laju mobil. Mungkin jika mobil Mark adalah mobil murahan, akan mengeluarkan percikan api saking cepatnya.
Tiga puluh detik berlalu, Jeno dan Jaemin sudah dalam keadaan baik-baik saja, meski Jeno sempat terkilir tadi. Jeno merogoh saku celananya bermaksud mencari ponselnya.
"Sial! Hp gue di mobil, goblok! Na, telpon Echan!"
Jaemin melirik arloji silver nya. "Gaada waktu Jen, tinggal sepuluh detik!" Kemudian melihat mobil yang di kendarai kembarannya masuk ke aliran sungai besar.
"HAECHAN!" Teriak Jeno dan Jaemin.
BOOM!
_______________°•°________________
Nah loh di Echan kenapa tuh? Mobilnya meledug kali, awokawokawokawok
Have a nice day
KAMU SEDANG MEMBACA
THE GEVANENDRA'S | NCT DREAM
Teen FictionTidak ada apa-apa, ini hanya menceritakan keseharian tujuh pemuda dengan ikatan darah yang mengaitkan antara mereka satu sama lain Mark, Renjun, Jeno, Jaemin, Haechan, Chenle, Jisung WARNING ⚠️ - SLOW UPDATE - NCT DREAM BROTHERSHIP (NOT BXB) - HARS...