23

1.1K 113 4
                                    

Hai
Hehehe ketemu lagi sama Lia dan tujuh bagong kesayangan kalian setelah lebih sebulan ngilang
Maaf Lia baru kedapatan problem yang agak sulit dan bikin Lia susah mikir untuk ngelanjutin cerita ini
Malah curhat:v
Enjoy deh, jangan lupa vote follow and comment yak
Lopyu tri tausen
______________________________

Hening. Kali ini suasana di rumah besar itu benar-benar hening. Yang terdengar hanyalah suara hewan-hewan malam yang seakan bosan melihat keenam pemuda itu terus diam dengan pemikiran nya sendiri, alhasil hewan-hewan malam itu berinisiatif mengeluarkan suara nya untuk mengisi keheningan di rumah itu. Pemikiran macam apa ini!

Tapi fakta nya memang begitu. waktu sudah menunjukkan pukul 20.30 tapi mereka sangat betah duduk di sofa ruang keluarga dan diam saja sesekali memandang satu sama lain tanpa berniat memulai pembicaraan. Tentu kalian tau apa sebabnya.

Iya, si bungsu alias Ajie Sungkar Gevanendra belum di temukan. Hati mereka gundah, gelisah, khawatir, lelah, dan takut bercampur menjadi satu. Bayangkan jika kalian berada di posisi enam pemuda itu. Salah satu adik yang sangat kalian jaga dan kalian sayangi, tidak ada kabar dari tadi siang sampai sekarang. Jejak nya pun tak di temukan sama sekali. Jisung seolah hilang di telan bumi.

Mungkin lidah Haechan sudah sangat gatal ingin berceloteh, akhirnya pemuda gembul itu membuka pembicaraan untuk pertama kalinya setelah hampir 3 jam mereka berdiam diri.

"Sampe kapan kita terus diam kayak gini? Sampe kapan kalian bakal terus terjebak sama rencana-rencana bodoh kalian yang ga bakal pernah di lakuin?"

Mark menatap adik ke empat nya itu dengan tajam. Sungguh baru kali ini Haechan berbicara tegas dan sangat menampar mereka. Bahkan mungkin ini pertama kali nya hinaan Haechan menyakiti hati mereka.

Haechan menangkap tatapan tajam dari si sulung dan membalas nya dengan wajah sinis khas nya. Ia merasa ucapan nya benar.

"Apa? Abang mau ngelak? Fakta bang! Echan tau dari tadi kalian semua cuma mikirin dan nyusun rencana tapi ga ada niatan buat ngelakuin. Bener kan?"

Kali ini Mark tak mampu menjawab. Memang benar adanya yang di ucapkan Haechan. Pemuda singa itu menunduk membuat Haechan memandang remeh pada kakak tertuanya.

"Cih, kemana otak jenius abang? Kenapa pas ada problem serumit ini otak jenius abang ga bekerja? Kenapa pas cuma sama kertas-kertas sialan itu otak abang cepet? Hah?!!"

"Shut up your fucking mouth, Haekal! He's your oldest bro! Ga sepantasnya lo berbicara kayak gitu ke abang!" Jeno angkat bicara saat Haechan mulai meninggikan nada suara nya. Ia rasa Haechan sudah keterlaluan.

"I don't give a fuck, Jen! Kenapa ga dari tadi abang izinin kita buat gerak keluar nyari Jie di saat kita udah punya rencana yang matang! Sekarang abang malah nyuruh kita diem di rumah tanpa ngelakuin apapun sedangkan kita ga tau sama sekali keadaan Jie di luar sana! Echan ga ngerti sama jalan pikiran abang!"

Jeno diam. Kali ini ia setuju dengan ucapan kembaran nya itu. Mata sipitnya melirik ke arah Renjun seolah meminta bantuan agar Haechan cepat tenang.

Tanpa ucapan apapun Mark pergi meninggalkan ruang keluarga menuju kamarnya. Mungkin ingin merenung dan menenangkan diri karena sempat terpancing dengan ucapan sang adik.

Sedangkan di ruang keluarga Renjun peka dan menangkap lirikan Jeno padanya. Pemuda mungil itu berdeham sejenak lalu memperbaiki posisi duduknya agar lebih nyaman.

"Kalian boleh keluar dan cari Jie. Abang biar jadi urusan mas. Tapi ada satu syarat, mas ga mau ada luka dalam bentuk apapun saat kalian pulang, mau berhasil atau ngga bawa Jie pulang, mas tunggu kabar baik nya."

Haechan merotasikan matanya sekilas lalu menyambar jaket nya dan pergi meninggalkan rumah. Jeno menggelengkan kepala melihat kelakuan kembaran nya yang saat emosi bersikap seolah acuh tak acuh terhadap sekitarnya.

Jaemin tersenyum lalu mengambil tangan Renjun untuk di cium nya, lalu mengikuti Haechan keluar mengendarai mobil pribadi nya.

Chenle memandang kakak samoyed nya dengan tatapan bingung. Karena Jeno tak bergerak juga dari posisinya dan hanya berkutat dengan ponsel.

"Kak Jen ga ikut a' Echan sama bang Na?"

Jeno menengok ke arah sang adik sejenak lalu menggeleng pelan seraya tersenyum kecil. "Nunggu waktu."

Chenle mengangguk kecil lalu meninggalkan ruang keluarga dan menuju kamarnya untuk belajar. Gatau kenapa juga liburan gini itu ikan Lele malah belajar. Orang pinter mah gitu, ga kayak Lia sama para readers. Liburan bukannya di gunain buat hal yang bermanfaat malah halu mulu kerjaan nya.

"Sampe kapan kamu disini Jen? Itu Nana sama Echan susulin, ntar kalap mereka!" Suruh Renjun karena melihat Jeno yang terlihat tenang-tenang saja sambil bermain ponsel.

"Jeno tau dari tadi mas Ren main hp bukan sekedar main, tapi mantau pasukan yang nyebar buat nyari Jie. Dan Jeno juga ngelakuin hal yang sama, bedanya Jeno mantau Nana sama Echan. Ntar kalo dah agak parah baru Jeno turun."

Renjun menggelengkan kepala nya tak habis pikir dengan otak cerdas Jeno. "Mas tau kamu cerdas, Jen. Pertahankan!" Setelah mengatakan hal itu Renjun ikut meninggalkan Jeno di ruang keluarga sendirian.

Bukan Jeno hanya memantau atau berleha-leha saja dan membiarkan dua kembaran nya di luar sana bekerja sendirian, tapi Jeno juga berperan dalam pencarian Jisung melalui koneksi nya.

Senyum di bibir tipis pemuda yang mirip anjing itu terbit kala melihat satu notifikasi pesan di ponsel nya, lantas mengambil jaket dan pergi menyusul dua kembaran nya menggunakan kuda besi kebanggaan nya.

Mark yang melihat satu-persatu adik kembarnya pergi dari atas balkon hanya tersenyum seraya terus merapalkan doa untuk keselamatan adik-adiknya. "Maafin abang, semoga Yang Kuasa selalu melindungi kalian."

Setelah ucapan itu berakhir, Mark membuka ponselnya dan menghubungi seseorang. "Ikuti mereka, jangan biarkan mereka sendirian!"

●○●

Di lain tempat yakni di kamar si pemuda lumba-lumba alias si ikan Lele, pemuda itu memang belajar dan membuka bukunya. Tapi fokusnya terpecah belah menjadi beberapa cabang. Ada yang fokus pada keselamatan adik satu-satunya yang belum di temukan, ada yang fokus pada keselamatan tiga kakak kembarnya yang masih di luar untuk mencari keberadaan si bungsu, ada juga fokus pada kondisi mental sang kakak sulung yang mungkin agak terguncang, ada juga yang fokus pada materi di depan nya yang sama sekali tidak bisa ia fahami.

Jujur Chenle agak pusing dan lelah menghadapi masalah di keluarga nya akhir-akhir ini. Di mulai dari pernikahan paksa Renjun karena mempertahankan perusahaan, lalu ke masalah perusahaan sang paman yang merembet juga ke perusahaan sang kakak, belum lagi masalah asmara nya yang mulai kacau, sekarang harus di hadapkan dengan masalah hilangnya adik kesayangan nya.

Tapi jangan kira Chenle diam saja karena ia tak ada sangkut pautnya dengan masalah-masalah yang menimpa keluarganya. Bahkan diam-diam pemuda itu juga membentuk satu pasukan khusus yang beranggotakan para sahabatnya yang memiliki keahlian khusus di bidang yang di perlukan. Kali ini Chenle mengerahkan seluruh pasukan itu untuk mencari sang adik. Diam-diam menghanyutkan si ikan Lele ini.

Karena frustasi akhirnya Chenle menutup bukunya dengan sedikit bantingan. Kepalanya sedikit ia benturkan ke meja dan menahan isakan yang mungkin akan keluar.

"Jie, ayo pulang!" Gumamnya.

___________________________
Mwehehehe
Cukup segini dulu, otak Lia ngebul sama para bagong lagi cape abis konser.
Jadi cukup segini dulu oke, jangan lupa vote follow and comment nya yang banyak
komenan Kalian itu biasanya jadi mood booster banget buat Lia
Love you all, see you in the next part

THE GEVANENDRA'S | NCT DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang