Sebelum membaca, biasakan vote dan follow dulu, saya yakin kalian tahu cara menghargai siapapun, termasuk penulis
Gimana kabarnya hari ini?
______________°•°______________
"Duh ini abang sama dua bocah kemana seh? Bilangnya ke kita tadi suruh cepetan, sendirinya malah telat!" Tentu kalian tau siapa yang menggerutu ini. Iya bungsunya triplets alias Haechan.Sepuluh menit yang lalu adzan Maghrib sudah berkumandang, Renjun dan triplets pun sudah melaksanakan shalat Maghrib. Sekarang empat anak laki-laki itu sedang menunggu kedatangan si sulung dan duo bungsu yang sedari tadi tak kunjung menampakkan batang hidungnya.
"Sabar elah Chan, kali aja mereka berhenti dulu di jalan buat sholat. Kayak gatau abang aja lu!" Jeno menyahuti ucapan kembarannya dengan nada jengah, terlalu bosan mendengar kebiasaan saudaranya itu jika menunggu terlalu lama.
"Tau tuh njir. Panas kuping gue dari tadi denger lu ngedumel mulu." Kembaran Haechan yang satu lagi ikut menyahut dengan nada kesal. Renjun? Anak manis itu hanya diam sambil mengotak-atik laptopnya.
Akhirnya setelah memutuskan untuk menunggu lebih lama lagi, lima belas menit kemudian mobil Audi A6 milik Mark terlihat dari kejauhan. Empat anak Gevanendra yang sedari tadi menunggu di lobi kantor langsung berdiri dengan mata berbinar.
"Assalamualaikum, udah lama mas?" Mark memasuki kantornya dengan sedikit tergesa diikuti Chenle dan Jisung di belakangnya. Si sulung mengulurkan tangan untuk di cium oleh adik-adiknya yang diterima dengan baik oleh sang lawan. Namun,
"Waalaikum salam, YA IYALAH! LUMUTAN ECHAN NUNGGUIN ABANG DISINI, MANA LAGI LAPER!" Nah kan, si beruang ngegas.
Mark yang mendapat teriakan dari adiknya hanya meringis kecil sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Para bodyguard yang berjaga di malam hari hanya menggelengkan kepalanya melihat interaksi manis tujuh bersaudara itu.
"Udah lah, ayo berangkat! Keburu malem." Jeno berusaha mengalihkan pembicaraan agar mulut kereta kembarannya tidak semakin berlari, tapi tunggu dulu,
Dug!
"Adoh mas! Sakit njir!" Pemuda Samoyed itu memegangi dahi mulusnya yang baru saja terkena pukulan maut dari laptop kakak mungilnya.
Renjun hanya menatap datar adiknya yang mengadu kesakitan. "Emang udah malem Jenong, gini nih kalo pas imunisasi lu nya malah kabur ke pasar ikan. Gobloknya natural."
"Udah lah njir, ngapa jadi berantem gini sih. Ayo buru berangkat!" Mark akhirnya buka suara untuk mengakhiri perang yang akan segera terjadi antara anak ke dua dan sulungnya triplets itu. Jika tidak, mungkin lima menit kemudian keduanya sudah saling mengacungkan sapu dan wajan.
Tujuh bersaudara itu akhirnya memasuki dua mobil yang berbeda. Chenle dan Jisung memasuki mobil Audi Mark lengkap dengan si pemilik mobil sebagai supir, sedangkan triplets menaiki mobil keluaran terbaru dari Tesla yang di miliki Renjun, dengan Jeno sebagai pengendali kemudi. Dua mobil mahal itu menyusuri jalanan malam kota Bandung menuju tempat makan malam yang sudah mereka sepakati.
Tiga puluh menit berlalu, empat pasang roda mobil itu berhenti di depan sebuah warung sederhana yang terletak di pinggiran kota Bandung, tapi tak jauh dari tempat gedung kantor Gevanendra berdiri.
Tujuh penumpang dari dua mobil mahal itu turun bersamaan membuat atensi para pengunjung di sekitar warung tadi teralihkan. Lagipula siapa yang tidak terpikat akan visual yang Gevanendra miliki? Bukan hanya satu Gevanendra, tapi tujuh pemuda itu tampil begitu mempesona dengan style yang sederhana tapi sangat modis.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE GEVANENDRA'S | NCT DREAM
Teen FictionTidak ada apa-apa, ini hanya menceritakan keseharian tujuh pemuda dengan ikatan darah yang mengaitkan antara mereka satu sama lain Mark, Renjun, Jeno, Jaemin, Haechan, Chenle, Jisung WARNING ⚠️ - SLOW UPDATE - NCT DREAM BROTHERSHIP (NOT BXB) - HARS...