09

1.6K 136 0
                                    

Hello, annyeong haseyek yeorobun-deul
Kembali lagi bersama Lia kembarannya mbak Chaeryeong iTzEeEeEyYyY
2945 words, jangan enek

Sudah follow?
________________________________


Suara pertemuan antara alas sepatu dengan lantai terdengar begitu keras di sepanjang lorong ini. Terkesan buru-buru dan marah. Mark belum pernah semarah ini sebelumnya, bahkan ketika Haechan kembali tidur di ranjang rumah sakit pun ia tak se kalut ini. Marah, khawatir, cemas, dan kecewa menjadi satu.

Tadi saat ia baru saja memasuki ruangannya, pemuda dengan enam adik itu mendapat sebuah amplop berisi surat panggilan dari sekolah duo bungsu yang di titipkan pada Yeonjun, sekretaris nya.

Pemuda yang merupakan sahabat Mark sewaktu sekolah itu menyerahkan surat panggilan tadi yang membuatnya berada di tempat ini sekarang. Meeting pagi yang harusnya ia handle pun terpaksa ia berikan pada Renjun. Beruntung si muka manis tidak mencak-mencak marah karena tugas Mark harus ia kendalikan.

Jantungnya seolah dipacu dengan cepat, sulung itu takut adik bungsunya melakukan kesalahan fatal yang sampai membuatnya di panggil. Kakinya melangkah lebar menyusuri lorong demi lorong untuk menemukan ruangan yang menjadi tujuannya, ruang kepala sekolah.

Tatapan kagum dari siswa-siswi SMA internasional Cakrawala tak dipedulikannya sama sekali. Matanya terus menatap ke jalan di depannya. Tak peduli akan sarat memuja dari para murid-murid, yang penting urusan adiknya lebih utama.

Dari kejauhan nampak sebuah pintu yang diyakininya sebagai ruangan kepala sekolah lengkap dengan Chenle yang diam berdiri di samping pintu ruangan itu. Kepala anak itu tampak menunduk, dengan tangan yang di genggam di depan dadanya.

"Chenle, what did you do until i got called? Are you causing trouble?" Gawat. Chenle tau jika sang kakak sulung sudah menggunakan keahlian bahasa Inggris dan nada datarnya, berarti Mark sedang berada di puncak amarahnya.

Bagaimana tidak, selama Renjun dan triplets menempuh pendidikan di SMA, ia sama sekali tidak pernah di panggil melalui surat seperti kejadian ini. Renjun dan triplets tidak pernah melakukan hobi berbahaya mereka sambil mengaitkannya dengan kegiatan sekolah. Jika seperti ini, tentu saja Mark terkejut.

"CHENDRALA! ANSWER MY QUESTION!" Kali ini Chenle mengepalkan tangannya dengan erat. Kecewa. Kecewa dan tak menyangka Mark akan meninggikan suaranya di depan seluruh siswa-siswi SMA internasional Cakrawala. Tentu saja logat khas Kanada milik Mark menarik perhatian mereka.

Pemuda bersuara lumba-lumba itu semakin menundukkan kepalanya dengan punggung yang bergetar. Matanya mulai memanas dengan air yang siap terjun kapan saja.

Mark kembali akan membuka suara sebelum ia terhenti karena pintu ruangan kepala sekolah tadi terbuka tiba-tiba. Seorang guru perempuan keluar dengan wajah yang seolah merasa bersalah karena mengganggu perdebatan adik kakak itu.

"Permisi, dengan walinya ananda Chenle?" Guru itu menatap Mark dengan canggung.

"Saya kakaknya."

"Oh baik, silahkan masuk pak --"

"Mahen."

"Baik, silahkan masuk pak Mahen, anda telah di tunggu oleh bapak kepala sekolah di dalam. Chenle kamu ikut masuk ya!" Guru itu mempersilahkan keduanya masuk sembari membuka pintu lebar-lebar.

THE GEVANENDRA'S | NCT DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang