16

1.3K 128 17
                                    

Vote follow jangan lupa, udah di bilangin berkali-kali juga ya
Bandel banget, ntar di julidin Echan sama Injun mau?
_____________________

Keadaan rumah Gevanendra sekarang sedang sepi. Padahal penghuninya juga ada walaupun tidak lengkap. Triplets sudah hampir dua pekan ini sering tidak berada di rumah karena projek festival besar yang akan di laksanakan di universitas Neo Catalonia Tripatra seminggu lagi. Dan lebih epic nya lagi, triplets lah yang menjadi koordinator acara tersebut, jadi tiga anak kembar Gevanendra itu menjadi sok sibuk sekarang.

Sedangkan anak kedua alias Renjun, pemuda mungil itu sedang dalam perjalanan bisnis ke Yogyakarta untuk dua pekan mewakili Mark karena kondisi tubuh si sulung yang sedang tidak mendukung untuk melakukan perjalanan jauh. Alhasil untuk dua pekan ke depan rumah besar nan elegan ini akan terasa sepi.

Sekarang kita lihat dulu kondisi orang-orang di dalamnya. Terlihat Chenle dan Jisung yang sedang leyeh-leyeh di lantai tanpa karpet dengan pendingin ruangan yang di nyalakan hingga mencapai 18° Celcius. Saking panasnya Bandung hari ini. Mark juga ada di sana, tapi dengan posisi duduk yang benar di sertai kacamata kerja yang bertengger di hidung mancung nya, juga dengan sebuah layar PC yang menyala di pangkuannya. Sakit bukan penghalang untuk terus kerja ya pak CEO.

"Sumpah ini ga ada jasa pengecil suhu matahari apa gimana? Panas banget kayak simulasi Padang Mahsyar." Gerutu Jisung sambil mengipasi wajahnya dengan tangannya.

Chenle hanya diam di lantai sembari memejamkan matanya. Sungguh, Bandung panas hari ini sepanas hati kalian ketika melihat berita Army, EXO-L, NCTZen, dan fandom lainnya di adu domba.

Tak lama setelah Jisung menyelesaikan ucapannya, bel rumah berbunyi. Anak bungsu itu langsung berlari menuju pintu besar rumah untuk mengetahui siapa yang bertamu siang bolong begini.

Kemudian anak itu berjingkrak layaknya bocah lima tahun yang di beri permen.

"YEAYYY! KAK NAYA DATENG!!"

Mendengar nama seseorang yang di kenalnya di teriakkan oleh sang adik, Chenle ikut mendekati pintu.

"Lele kira kak Naya ga bakal dateng hari ini." Ujar pemuda itu sambil mempersilahkan Naya masuk.

"Kenapa Lele berpikiran gitu?" Tanya si guru.

"Ya kan Bandung lagi panas-panasnya kayak latihan di neraka. Kirain kakak takut kulit kakak kebakar ntar."

Naya terkekeh dengan jawaban muridnya itu. "Ga dong, lagian kamu lebih penting buat sekedar kulit yang ke bakar matahari."

"Yaudah kakak duduk dulu aja, Lele mau ambil buku-bukunya dulu."

Naya tersenyum sekilas lalu membiarkan Chenle pergi. Ia bingung untuk duduk dimana, sedangkan Mark dan berkas-berkasnya menguasai sofa terpanjang yang ada di ruangan itu.

Menyadari seseorang yang hanya berdiri dengan wajah bingung, Mark mendongakkan kepalanya. "Kenapa masih berdiri? Duduk aja Nay!"

Perempuan itu meringis mendengar ucapan Mark. Matanya bergerak kesana-kemari tak enak mengusir Mark dari posisi ternyaman nya. Seketika pemuda itu menyadari alasan Naya tak segera duduk sesuai instruksi nya.

"Hehe, maaf. Berantakan banget soalnya Renjun lagi ke Jogja, jadi ga ada yang bantuin." Ucap pemuda itu sambil mengemasi barang-barangnya.

"Eh, gapapa kok pak. Bapak lanjutin aja pekerjaannya. Saya bisa nungguin Chenle disini." Sanggah Naya membuat Mark berdecak.

"Udah berapa kali saya bilang, panggil Mahen aja Nay, toh kita seumuran. Saya jadi ngerasa tua banget kalo di panggil pak!"

"Ehehe, ga sopan atuh. Lagian saya disini sebagai guru pembimbing nya Chenle, bukan temennya bapak."

THE GEVANENDRA'S | NCT DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang