06. Flashback [3]

1.1K 110 0
                                    

Sebelum membaca, biasakan vote dan follow dulu, saya yakin kalian tahu cara menghargai siapapun, termasuk penulis
Masih part flashback aederaa, enjoy your flight
_______________°•°_______________


Pagi yang begitu cerah, namun sangat dingin. Iya, karena semalam hujan turun dengan derasnya. Rooftop pun kini terlihat sangat becek, namun ketujuh pemuda itu tak peduli. Mereka sama-sama memakai baju rajut tebal untuk menghalau udara dingin yang menusuk tulang.

Mark, Renjun, Jeno, Jaemin, Haechan, Chenle, dan Jisung berdiri menghadap ufuk timur yang mulai menampakkan secercah sinar pagi nya. Iya, setelah melaksanakan shalat subuh berjamaah, mereka langsung melesat ke rooftop, tak ingin melewatkan sunrise indah kabupaten Malang dari atap rumah sang nenek.

"Hari ini mau di rumah aja apa mau jalan-jalan?" Mark sebagai sulungnya Gevanendra memulai pembicaraan dengan menatap adik-adiknya menggunakan kacamata hitam.

"JALAN-JALAN!" Gevanendra kompak menjawab lantang, bahkan kawat besi yang membatasi antara pinggir atap dengan tanah ikut bergetar karena kerasnya suara mereka.

Mark menggelengkan kepala seraya menerbitkan senyum melihat antusiasme adik-adiknya. "GAMAU TAU POKOKNYA LELE MAU JALAN-JALAN!"

Jeno mengelus surai hitam tebal si pemilik suara lumba-lumba dengan sayang serta senyum manis yang menenggelamkan dua netra nya, matanya tetap fokus pada sinar matahari yang mulai panas di kulit.

"Iya Le iya, kita jalan-jalan nanti. Sekarang kalian mandi dulu, abis itu sarapan di bawah. Nanti kita ajak Haruto, Yoshi, sama mas Eunwoo juga!" Renjun menjawab sahutan Chenle dengan suaranya yang lembut.

"Kok Ruto di ajak juga sih mas?" Jisung menyahut dengan wajah kusut dan bibir yang di majukan. Merasa tak terima dengan jawaban sang kakak tentang ajakan Renjun untuk dua sepupunya itu.

"Icung ga boleh gitu, kita juga harus ajak mereka biar mereka seneng. Kan sepi kalo kita cuma bertujuh doang, kalo ada mereka kan jadi rame, nanti kalo Ruto nya ga di ajak Ruto nya jadi sedih. Icung mau Ruto sedih?"

Jaemin tersenyum lembut mengelus surai cokelat adik bungsunya itu dan memberikan sedikit pengertian pada Jisung. Lantas si bungsu menunduk dan menggelengkan kepalanya tanda tak setuju.

"Icung ndak mau Ruto sedih. Kalo Ruto sedih Icung ndak punya temen lagi. Abang ayo ajak Ruto juga!"

Lagi-lagi Mark hanya bisa tersenyum kala adiknya yang paling muda memeluk lengannya, menatapnya dengan tatapan anak kucing yang meminta makan pada ibunya dengan wajah memelas dan bibir yang mengerucut, manis sekali. Lama-lama Mark bisa diabetes jika terus-menerus di beri serangkaian asupan manis dari adik-adiknya yang tak akan berhenti.

"Iya nanti Ruto nya di ajak, dek. Abang Yoshi sama mas Eunwoo juga di ajak."

"Yeayy, sayang abang banyak-banyak!" Si bungsu memberikan sebuah kecupan di pipi kakaknya dan merapatkan tubuhnya pada Mark dengan senyum merekah. Kelima saudara yang lain menatap keduanya penuh gemas sambil menggigit pipi dalam.

"Sayang abang doang nih? Kakak, abang Na, abang Echan, Lele sama mas Njun ga di sayang?" Jeno menyahut dengan tangan yang di lipat. Air mukanya di buat seolah-olah murung karena tak mendengar kata sayang juga dari adik bungsunya.

"Ih ndak gitu kak Nono! Ayo peluk Icung, Icung sayang kalian semuanya!" Bocah SD itu merentangkan tangan kanannya untuk menerima pelukan dari kakaknya yang lain, sedangkan tangan kirinya masih melingkar di pinggang Mark dengan erat.

Kelima saudara yang lain langsung melesat untuk memeluk Mark dan Jisung bersama.

ʕ·ᴥ·ʔ

"Jadi kalian hari ini mau kemana?" Sang nenek mengawali pembicaraan pagi di meja makan ini dengan suasana yang hangat.

THE GEVANENDRA'S | NCT DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang