Bab 1

96 4 2
                                    

Hari baru di setiap pagi selalu disambut dengan hangat oleh Erlin. Gadis 17 tahun itu sangat menyukai pagi di sebuah hari yang baru, dia bisa menyapa semua makhluk yang ada di alam ketika pagi menjelang.

Saat tukang bubur ayam langganan keluarganya lewat di depan rumah, Erlinlah yang menyapa dengan sangat ceria -- membuat tukang bubur tersebut jadi sangat menghafal watak gadis itu.

"Selamat pagi mamang. Bagaimana pagi hari ini?"

Sambil menyendok bubur ke mangkuk, sang mamang berbalik dan tersenyum kearah Erlin.

"Baik sekali non. Bagaimana dengan non Erlin?"

"Seperti biasa, aku selalu baik-baik saja."

Bunda keluar dengan membawa beberapa mangkuk lagi terkekeh mendengar percakapan anak daranya dengan mamang tukang bubur langganan mereka.

"Erlin tiap hari makin ceriwis ya bu?"

"Iya mang, makin hari dia makin bawel juga."

Mereka tertawa bersama ketika melihat Erlin yang memanyunkan bibirnya.

"Ini bu, buburnya. Selamat menikmati."

"Terima kasih, mang. Semoga jualan mamang laku terus ya."

"Terima kasih kembali bu, saya permisi."

Erlin membantu bundanya membawa 2 mangkuk bubur ayam. Bunda memang selalu membeli bubur ayam dalam porsi cukup banyak, soalnya Daiva sering sarapan di rumah mereka sebelum berangkat ke sekolah.

"Kak, bangun pagi tuh cuci muka dulu kek biar segar ini malah rebahan lagi di sofa."

Bunda memukul pelan kaki anak sulungnya itu agar segera bangun dan melakukan apa yang beliau katakan.

"Masih ngantuk bun."

"Iya makanya itu bunda suruh cuci muka biar segar."

Erlin meletakkan bubur di meja kemudian menghampiri kakaknya yang masih berusaha mengumpulkan nyawa.

"Mau gue bantu gak kak?"

"Apaan? Jangan macam-macam lo!"

"Enggak kok, satu macam aja."

Erlin mengusap wajah Hendry dengan tangan yang sudah ia basahi sehingga membuat Hendry berteriak kesal pada adiknya.

"Erlin!!"

🦌

Saat Daiva memasuki rumah Erlin dan melihat Hendry yang duduk dengan wajah kesal, akan selalu timbul pertanyaan dibenaknya.

Ada cerita apa lagi di rumah keluarga Danapati dipagi hari?

"Muka lo kenapa kusut gitu bang?"

Hendry melirik Daiva dengan tatapan kesal -- membuat Daiva memilih mengatupkan bibirnya.

"Kelakuan cewek lo tuh!"

"Daiva bukan pacar gue ya kak, kita itu b.e.s.t.i.e." jelas Erlin yang hendak keluar dengan menenteng sepatunya.

"Kiti tih bistii. Gak percaya gue!"

Daiva cuma bisa tertawa saat sepasang saudara itu saling menjahili lagi.

Sejak masuk SMP Daiva memang langganan main di rumah Erlin, semua itu karena Erlin yang terus menempel padanya dan selalu memintanya untuk mengantar-jemputnya.

Adolescence [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang