Bab 9

21 4 0
                                    

Saat Erlin pulang, dia melihat sebuah kantung plastik yang digantung di pagar rumahnya. Awalnya dia tidak mau mengambil -- mengira sampah, namun saat memperhatikan dengan lebih seksama kantung plastik itu masih bagus dan tidak ada tanda-tanda bahwa isinya adalah sampah.

Jadi Erlin mencoba mengintip sedikit dan ia cukup terkejut setelah melihat isi dari kantungan itu. Beberapa batang cokelat dan juga ada beberapa kotak susu ultra berbagai varian rasa, ada juga kinder joy dan 2 jenis ciki-ciki.

Wow! Siapa yang menggantung makanan-makanan sedap ini di depan rumahnya? Apakah disengaja?

Ah, mungkin Tuhan yang mengirim seseorang untuk memberikan itu pada Erlin, karena tahu kalau suasana hati Erlin hari ini sangat buruk.

"Thank you, God. I love you so much."

Erlin mengambil kantungan tersebut lalu membawanya masuk rumah -- hari ini dia akan sangat kenyang.

Tapi Hendry si manusia rese dengan seenak jidatnya masuk ke dalam kamar Erlin, dan saat ia melihat kantungan itu dimeja Hendry langsung memalak Erlin. Harus berbagi apalagi soal makanan, itulah moto Hendry.

"Gue gak mau bagi sama lo! Ini kan buat gue bukan buat lo!"

"Emang ada ditulis disitu 'buat Erlin. Hendry gak boleh'. Gak ada kan?"

"Pokoknya ini punya gue!"

"Bagi satulah sama gue! Pelit banget lo jadi adek. Atau gue aduin bunda nih lo nyolong cemilan di minimarket."

"Itu lo fitnah gue ya tai!"

"Ya biarin, suka-suka gue dong kan gue abang."

"Lo bukan Upin."

"Iya emang bukan, gue kan Ipin."

"Heh Ipin yang adek ya!?"

"Ya tapi gue sukanya Ipin bukan Upin! Lo aja yang Upin kalau mau."

"Oh berarti gue abangnya. Sana lo keluar dari kamar gue!"

Erlin mendorong Hendry keluar dari kamarnya setelah perdebatan panjang yang tak berujung. Perdebatan mereka itu memang selalu berakhir dengan hal-hal random.

"Oh gue aduin lo ke kak Ros! Kak Ros!"

Hendry berlari ke dapur sambil memanggil-manggil bundanya dengan sebutan kak Ros -- memang random sekali manusia itu, tapi Erlin heran kenapa dia harus terpancing oleh kerandoman seorang Angkara Hendry.

"Ada apa lagi ini kak?"

"Itu bun, Erlin gak mau bagi cemilannya. Hasil nyolong kali bun makanya dia gak mau bagi." Adu Hendry.

"Sembarangan! Enggak bun, ini aku nemu di depan pagar gak tahu siapa yang gantung."

Bunda menghela napas pelan, berusaha menenangkan dirinya yang tiba-tiba merasa pening karena diusik oleh kedua anak remajanya yang masih sering bertingkah seperti bocah 5 tahun.

"Coba diperiksa baik-baik dek, apa benar gak ada nama pengirimnya."

Erlin menurut, dia memeriksa kantung plastik itu sekali lagi. Ah, ternyata ada sebuah catatan kecil di dalamnya.

"Ada note-nya bun."

"Dibaca dulu dek, kalau emang itu buat kamu bawa aja ke kamar gak usah bagi ke kakak."

"Lah bunda kok gitu sih?" protes Hendry

"Kalian itu bukan bocah lagi, masalah cemilan doang bikin bunda pusing. Kalau mau ya minta di adekmu sana."

Hendry mencebikkan bibirnya, padahal tadi dia mencari pembelaan dengan berlari ke dapur tapi hasilnya malah seperti ini. Sudahlah mendingan beli cemilan sendiri, kalau minta di Erlin pasti dia tidak mau membaginya dengan berbagai macam alasan.

Adolescence [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang