Bab 30 ~ EXTRA CHAPTER

27 3 0
                                    

Vendra buru-buru menyelesaikan pekerjaannya. Dia sudah terlambat untuk menghadiri acara makan malam yang diadakan di restoran Rachel saat ini, bahkan dia sudah berpikiran mungkin teman-temannya telah pulang sekarang.

3 tahun yang lalu, Vendra melamar pekerjaan di kementerian luar negeri sambil melanjutkan S2-nya di jurusan Hubungan Internasional. Lalu 6 bulan lalu setelah dia lulus dengan gelar master, dia melamar pekerjaan sebagai dosen muda di kampusnya yang dulu. Jadi sekarang Vendra merangkap sebagai pegawai pemerintah di kementerian dan juga seorang dosen muda. Dia banyak digandrungi oleh mahasiswi di kampus, namun Vendra hanya menanggapi semua itu dengan sikap biasa saja. Dia menerima jika ada yang memberikan coklat atau bunga atau kado lainnya, namun dia tidak menerima pengakuan perasaan dari para mahasiswinya -- dengan alasan tidak ingin memberi harapan palsu katanya.

Hari ini Vendra berusaha menyelesaikan pekerjaannya lebih cepat dari biasanya, karena dia ingin berkumpul bersama teman-teman lamanya dan juga karena ada Erlin disana. Memikirkan bagaimana dia akan kembali bertemu Erlin saja sudah membuat hatinya jedag-jedug bukan main.

Dia tiba lima menit sebelum matahari tenggelam. Saat membuka pintu restoran, Vendra menjadi pusat perhatian teman-temannya dan juga para pegawai Rachel. Auranya sangat berbeda dari saat mereka masih SMA.

"Makin cakep aja mantan lo." Celetuk Aretha. Dia sampai pangling saat melihat Vendra, pikirnya itu adalah orang lain dan bukan Davendra Daniel yang dia kenal waktu SMA.

"Widih bapak menteri udah sampai!" Vendra menggaruk tengkuknya, dasar Yudhi kampret.

"Gue bukan menteri." Gumamnya, dan Yudhi hanya bisa menertawainya. Dia berhasil membuat sahabatnya itu salah tingkah sekarang. "Apa kabar?" Sapanya untuk semua orang yang ada dimeja itu.

"Baik." Jawab mereka kompak. Vendra tersenyum kecil lalu duduk disebelah Erlin.

Benar apa yang dipikirkannya saat dijalan tadi, Erlin semakin cantik dan hal itu membuat Vendra tidak berhenti menyunggingkan senyum. Dia senang bisa melihat mantan kekasihnya itu lagi, walau enam tahun belakangan status mereka sudah berbeda.

Gilang menyenggol Vendra yang terlihat tampak sumringah disamping Erlin. "Ajak bicara kek, daripada lo senyum-senyum terus kayak gitu." Bisiknya.

Jujur saja Vendra merasa agak sedikit canggung sekarang, apalagi mereka berdua sudah lama tidak ada komunikasi. Vendra yang sibuk dengan pekerjaan dan kuliahnya waktu itu membuat dia hampir tidak pernah membuka aplikasi sosial media apapun di ponselnya. Dia mengetahui kabar Erlin dari Hendry yang dengan setia memberitahunya setiap kali mereka bertemu. Hendry juga menunjukkan foto-foto Erlin selama di Korea kepada Vendra.

"Hai." Sapanya ditengah kecanggungan itu. Teman-teman mereka yang lain hanya tersenyum gemas melihat keduanya yang saling berinteraksi lagi.

Erlin tersenyum, dia senang disapa duluan oleh Vendra. "Hai. Apa kabar?"

"Baik." Kini Gilang dan Yudhi yakin, senyum itu tidak akan pernah luntur dari wajah Vendra -- bahkan mungkin sampai besok pagi, wajahnya akan tetap menampakkan senyuman itu, senyum yang berbeda dari biasanya. "Lo gimana?"

"As you see." Hening lagi. Jika dulu Vendra pandai mencairkan suasana canggung diantara dirinya dan juga Erlin, sekarang dia malah terjebak diantara kecanggungan itu sendiri.

Aretha yang gemas melihat keduanya bahkan sampai meremas jari-jarinya. "Udah ya sapa-sapaan canggungnya, sekarang kita makan dulu. Kita makan sambil ngobrol deh, biar lo berdua gak canggung-canggung amat. Gemes gue!" Yang lainnya mengangguk setuju. Dan biar Vendra juga Erlin tidak merasa lebih canggung lagi, mereka berusaha mencairkan suasana dengan membuat obrolan-obrolan dengan topik yang beragam.

Adolescence [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang