Bab 21

17 3 0
                                    

Bab ini panjang banget, lebih panjang dari part sebelumnya.

So, sebelum membaca aku harap kalian bakal nikmatin cerita dari bab ini dan hope you like it guys.

🦌🦌🦌

"Bangsat! Lo mau bawa gue kemana anjing?!"

Erlin meronta saat Ryuna kembali menyeretnya entah kemana. Kalau sampai ada bagian tubuh Erlin yang terluka nanti, benar-benar Erlin tidak akan memaafkan Ryuna.

"Ryuna Anjani!!"

"SHUT UP!!" Ryuna mengatur napasnya, lalu menatap nyalang Erlin. "Lo gak bisa diam apa? Gue capek nyuruh lo diam tahu gak?!"

"Gue gak bakal diam sampai lo lepasin gue!"

"GAK AKAN! Gue gak bakal lepasin lo!"

Apa ada sesuatu yang bisa Erlin gunakan untuk melempar Ryuna meskipun tangannya terikat? Dia benar-benar lelah diseret kesana-kemari oleh gadis gila itu.

"Mau lo tuh apa sih sebenarnya? Hancurin persahabatan gue? Well, good job, you did it!"

Tawa sumbang Ryuna membuat Erlin ingin menutup rapat telinganya. Kalau dia berhasil keluar dari tempat itu, Erlin akan segera memeriksakan telinganya ke dokter THT.

"Beside that, gue mau hubungan lo sama Vendra juga rusak!"

"What?! Are you crazy?"

"Iya gue gila!! Gue makin gila karena lo jadian sama Vendra! Harusnya yang jadian sama dia itu gue bukan lo!"

"Cewek sinting!"

Ryuna tiba-tiba mendekat dan mencengkram kedua pipi Erlin kuat.

"Andai lo gak jadian sama Vendra, mungkin sekarang lo gak ada disini. Harusnya sejak awal lo gak nerima dia, Erlin!"

Erlin tidak berkata apa-apa. Dia membiarkan Ryuna berkata apapun yang dia inginkan.

"Harusnya lo gak pernah hadir di kehidupan dia! Dan seharusnya gosip itu bisa bikin kalian putus!" Erlin masih geming. Dia ingin membiarkan Ryuna terus berbicara, tapi dirinya juga merasa jengah dengan gadis itu. Dan dugaannya ternyata memang meleset tentang teror itu, dia tidak menyangka sama sekali bahwa Aretha yang melakukan hal itu. Tapi untuk gosip murahan yang mengudara saat itu, dugaannya tidak sepenuhnya meleset. Dia memang mencurigai Ryuna, tapi tidak memiliki bukti atau bahkan alibi untuk menuduh gadis itu.

"Lantas kenapa lo gak ngutarain perasaan lo? Kenapa lo malah nyelakain orang lain?! Harusnya dari awal lo jujur sama perasaan lo!!" Erlin berteriak. Jujur saja, dia sudah sangat muak dengan situasi ini. Dia lelah, dan Ryuna terus menyiksa batinnya dengan mengatakan hal-hal yang menurutnya gila.

"How about you Erlin? Emang lo jujur sama perasaan lo sendiri? Lo suka sama Daiva tapi lo juga gak jujur sama perasaan lo sampai sahabat lo ngelakuin hal yang sama dengan apa yang gue lakuin sekarang! Sadar Erlin! Lo juga sama dengan gue! Bedanya gue gak munafik kayak lo!"

"AARRGGHHH!!!!"

Suara teriakan itu seharusnya kedengaran sampai di lantai di mana Hendry berada, walaupun Erlin agak tidak yakin dengan hal itu.

"HAHA! Lo pikir suara lo bisa kedengaran sama yang lain? Sayangnya gak bisa Erlin! Bokap gue rancang ruangan ini kedap suara dan gak bakal ada yang tahu kalau lo ada di sini."

Okay, sepertinya basa-basi yang dilakukan keduanya sudah cukup. Tanpa Ryuna sadari ikatan di tangan Erlin sudah terlepas. Gadis itu lupa kalau Erlin adalah anggota Pramuka sejak SD, melepas simpul seharusnya hal yang mudah untuk Erlin.

Adolescence [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang