Bab 13

17 3 0
                                    

"Lu mau ngapain ke sini sih? Ganggu kita lagi nongki banget."

"Suka-suka gue dong, kan ini juga rumah gue!"

Mulai deh mulai, kalau ayah atau bunda dengar perdebatan Hendry dan Erlin pasti keduanya sudah kena semprot lagi.

"Masuk kamar lagi lo sono!"

"Gue kesini ada urusan sama Vendra ya bukan sama lo, jadi lo aja sana yang masuk kamar."

"Cih alasan!"

Erlin menatap sinis kakaknya, memang sehari saja mereka itu tidak bisa akur. Kalau akur itu berarti ada sesuatu diantara mereka berdua, entah ada rahasia yang harus disimpan atau keduanya memang lagi janjian untuk akur.

"Ada apa Lin?"

"Gue mau jawab yang tadi."

Gilang dan Yudhi saling tatap, wah berani juga Erlin menjawab di depan Hendry dan di depan mereka berdua -- tapi kan agak memalukan kalau misalnya dia menolak cinta Vendra.

Vendra hanya mengangguk, dia kemudian berdiri dan mengajak Erlin untuk pergi kearah ayunan namun ditolak oleh gadis itu.

"Gue jawab disini aja, mau lanjut lukis lagi soalnya."

"Oh ya udah oke."

Erlin menarik napas dalam, dia sebenarnya juga malu jika harus menjawab di depan teman-teman Vendra dan kakaknya, pasti habis ini Hendry akan mengganggunya.

"Iya."

"Iya apa Lin?" Tuh kan emang malu-maluin kalau jawab di depan Gilang dan juga Yudhi, mereka malah gangguin Erlin sekarang.

"Dih gue gak jawab lo berdua. Udah itu aja, lo pasti ngerti maksud gue apa."

Setelah itu Erlin membalikkan badan dan berlari ke dalam rumah, pipinya pasti sangat merah. Ah, kenapa juga dia harus mempermalukan diri sendiri seperti tadi.

Vendra masih mencerna jawaban Erlin tadi, otaknya memproses agak lama karena ada Gilang dan juga Yudhi disini ditambah dengan Hendry.

"Lang, jawabannya iya, Lang. Berarti si Erlin-"

"Nerima cinta Vendra, Yud!"

Dua pemuda itu bertos ria, sementara Hendry hanya menatap mereka dalam kebingungan -- antara senang dan juga apa ya, tidak bisa dideskripsikanlah perasaan seorang kakak ketika mendengar adiknya menyatakan perasaan secara langsung di depannya; tapi mungkin lebih ke malu.

"Kejar Ndra!"

"Eitssss! Sini lu." Hendry melambai-lambaikan tangannya memanggil Vendra untuk berbalik.

"Iya bang?"

"Mau kemana?"

"Ke Erlin bang."

"Kagak, duduk sini lu mau gue sidang dulu lo."

Vendra menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, perasaannya jadi tidak enak kalau begini.

Jadi sore ini Vendra menjadi terdakwa dan Hendry adalah hakimnya, lalu Gilang menjadi jaksa penuntut umum dan Yudhi adalah pengacara Vendra.

Pemuda itu banyak bertanya pada Vendra, seperti apa yang Vendra sukai dari Erlin dan kenapa Vendra bisa menyukai Erlin. Lalu jika nanti ada masalah dalam hubungan mereka, Vendra akan bersikap bagaimana.

Sebenarnya Hendry hanya ingin memastikan bahwa adik satu-satunya itu mendapatkan pasangan yang benar-benar dapat memperlakukannya dengan baik, seperti yang sudah ayah lakukan pada anak perempuannya itu.

Dan setelah melalui sesi wawancara serta sidang yang cukup panjang, Vendra akhirnya diizinkan untuk bertemu Erlin. Dengan satu syarat, Vendra tidak boleh macam-macam kalau berduaan dengan Erlin kalau tidak mau dijadikan 'pengganti' Hendry.

🦌

Rachel menghampiri Aretha yang sedang duduk sendiri di kelas, tumben saja hari ini Erlin tidak terlihat bersama Aretha.

"Ta."

"Eh Rachel, ada apaan?"

"Gue mau ngomong sama lo, boleh?"

"Boleh kok boleh, duduk-duduk, lo mau ngomong apa?"

Rachel menceritakan pasal teror yang dikirim pada dirinya kepada Aretha, sebenarnya dia tidak mau menceritakan soal ini pada Aretha namun melihat Daiva yang terus-terusan menyalahkan Erlin atas teror itu membuat Rachel menjadi cukup geram dengan sifat kekasihnya itu.

"Daiva emang sayang banget sama lo, Hel. Cuma ya gitu juga yang gue sayangin dari dia karena tiba-tiba mutusin persahabatannya dengan Erlin, padahal kejadian waktu itu aja Erlin jelas-jelas gak ngelukain lo secara fisik. But, I will say sorry for that, Erlin emang agak keterlaluan waktu itu karena langsung ninggalin lo."

Rachel menggeleng, dia sudah melupakan kejadian waktu itu dan sama sekali tidak mengambil hati atas sikap Erlin pada dirinya. Dia hanya menganggap Erlin masih menyesuaikan diri dengan keputusan Daiva, dan sebenarnya Rachel pun tahu kalau Erlin menyukai Daiva.

"Gue bisa paham kok sama perasaannya Erlin."

"Thanks." Aretha tersenyum tulus. "So dari kapan lo dikirimin teror kayak gitu?"

"Dari dua minggu yang lalu. Gue awalnya gak mau kasih tahu Daiva soal teror ini, cuma pas dia main ke rumah dia dapat kardus yang berisi tikus mati di depan rumah gue. Gue gak tahu siapa yang ngirim, tapi Daiva selalu naruh curiga ke Erlin. Udah berapa kali juga gue bilangin ke Daiva buat gak sembarang naruh curiga ke orang apalagi ini Erlin sahabat dia sendiri, tapi dia sama sekali gak mau dengerin gue, Ta."

Aretha jadi bingung kalau begini, tapi mendengar Daiva yang selalu menyalahkan Erlin membuat Aretha juga tidak bisa diam begitu saja. Tidak seharusnya Daiva menyalahkan Erlin atas teror ini, bisa saja kan ada orang lain yang melakukannya. Lagipula Erlin bukan orang gila yang akan melakukan itu hanya karena cemburu, Erlin masih cukup waras untuk melakukannya.

"Mau bicara dengan Erlin gak? Lo jelasin ke dia,"

"Enggak dulu kayaknya Ta. Gue mau cari tahu dulu soal ini, dan pastiin kalau Daiva gak bisa nyalahin Erlin lagi."

Aretha mengangguk menyetujui, dia juga akan turut membantu Rachel untuk menemukan dalang dibalik teror itu.

Lagi. Sore ini sepulang dari sekolah Rachel kembali mendapatkan teror itu. Kali ini agak berbeda, tapi Rachel merasa lebih takut dengan teror kali ini.

Di dalam kardus yang dikirim ke rumah Rachel terdapat burung merpati yang sudah mati, juga terdapat kertas berisi ancaman di dalamnya yang ditulisi dengan darah.

Rachel menutup kotak itu kembali lalu membuangnya di tempat sampah yang berada agak jauh dari rumah, namun sebelum itu Rachel memotretnya dengan kamera ponselnya untuk disimpan sebagai bukti. Daiva tidak boleh melihat itu karena pemuda itu pasti akan semakin menuduh Erlin setelah ini.

🦌🦌🦌

Adolscence

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Adolscence

_6 Juni 2022_

Adolescence [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang