Bab 4

23 4 0
                                    

Baru kali ini Vendra melihat Erlin tidak datang bersama Daiva namun bersama orang lain, awalnya Vendra kira yang mengantar Erlin adalah pacarnya tapi ternyata itu adalah kakak Erlin.

"Ingat jemput gue entar."

"Lo kan bisa pulang sama Daiva atau Aretha. Gue mau ngeband sama anak-anak entar sore!"

"Ya gue samperin lo ke studionya kak Kun, sampai lo gak ada gue aduin lo ke ayah."

Hidup Erlin dan Hendry tidak akan pernah tenang tanpa saling mengancam, dan perdebatan mereka di depan gerbang sekolah pagi ini sangat mengundang atensi Vendra.

"Rese banget punya adek! Iya entar gue jemput! Puas lo?!"

"Gitu dong jadi kakak. Bye, hati-hati di jalan lo."

Vendra terkekeh saat Erlin malah memukul helm bagian belakang Hendry, bukan mencium punggung tangannya seperti yang Vendra biasa lakukan dengan adiknya.

"Ingat mas, kalau suka ya gasskeun!"

Gilang, sahabat Vendra yang suka muncul tiba-tiba dimanapun dan kapanpun. Vendra sudah beberapa kali memperingatkan sahabatnya itu namun tetap saja diulang -- mana suaranya melengkinh pula kayak lumba-lumba.

"Lo aja sono yang ngegas si Ningsih!"

"Dih, tanpa gue gas dia juga bakalan mau sama gue. Emang elo?"

Vendra memutar bola matanya malas. Iya dari mereka bertiga memang hanya Vendra yang diam-diam suka, sedangkan Gilang sama Yudhi akan mengejar gadis yang mereka suka. Yang satunya tebar pesona diawal, yang satunya mendekati secara perlahan tapi pasti.

"Entar diambil orang loh, Ndra."

"Siapa yang ambil?"

"Ya oranglah! Mana gue tahu siapa yang bakal ambil!?"

"Masuk kelas sono lu! Jangan apel mulu di kelas 2."

"Suka-suka gue. Jomblo syirik aja."

Baru juga Vendra akan membalas, eh Gilang sudah melarikan diri lebih dulu -- memang gesit anak itu, pantas saja selalu diikutkan dalam lomba lari antar sekolah dan kabupaten.

Saat ini Vendra tengah berjalan tepat dibelakang Erlin. Kalau kalian membayangkan akan ada adegan sweet yang tidak disengaja diantara mereka berdua, maka kalian salah besar.

Tidak ada adegan seperti novel, yang ada Vendra malah mendengar suara Aretha dan Erlin saling bersahutan.

"Cakep, tapi sayang bar-bar."

Nah satu lagi yang modelnya kayak jalangkung, Yudhi. Dia itu sebelas-dua belas dengan Gilang, datang tak dijemput pulang tak diantar. Bisa nongol tiba-tiba entah dari mana, terus nanti hilang juga.

"Bar-bar gitu dia gebetan gue!" Protes Vendra

"Iya tahu gue. Gak perlu dijelasin juga gue sudah tahu, Ndra."

"Nice, pinter."

"Emang gue pintar, gak kayak lu!"

Sabar Vendra, teman-teman kamu memang gak ada yang benar otaknya, diantara mereka cuma kamu yang cukup waras.

"Gue mau ngantin dulu, bye!"

Tumben pamit. Biasanya juga langsung ninggalin aja, atau tidak pas Vendra lagi bicara orangnya sudah hilang entah kemana. Ajaib kan teman-teman Vendra?

Saat tiba di koridor lantai 3, Vendra berpisah dari Erlin -- dia tidak lagi berjalan dibelakang gadis itu karena dirinya berbelok ke kelasnya.

🦌

Adolescence [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang