Bab 16

11 3 0
                                    

Setelah dari makam mamanya, Rachel pergi ke rumah Erlin karena tadi Erlin mengundangnya untuk ke rumah katanya ada pesta kecil untuk ulang tahun kakaknya.

"Yuk masuk Hel."

Erlin mengajak Rachel masuk ke dalam rumah, kini mereka benar-benar sudah menjadi sahabat. Rachel juga diterima begitu hangat di keluarga Erlin, Vendra dan juga kedua temannya juga turut hadir disana untuk meramaikan suasana, ah dan tentu saja Aretha.

Bunda Erlin memperlakukan Rachel selayaknya anak sendiri, beliau juga sampai menyuruh Rachel menginap dulu di rumah dan tentu saja diiyakan oleh Rachel setelah dibujuk oleh Aretha dan juga Erlin.

"Malam ini kita nonton film horor yuk, gue pengen banget nonton film horor hari ini." Ujar Erlin

"Boleh tuh boleh. Bikin bioskop mini ala-ala gimana?" Rachel memberi saran.

"Boleh tuh."

Sarannya disetujui oleh Erlin dan Aretha. Rachel merasa sangat nyaman berada diantara kedua gadis itu karena mereka menerimanya dengan senang hati, tidak ada kecanggungan diantara mereka.

Malam pesta piyama mereka menjadi sangat menyenangkan dengan kehadiran Rachel, banyak hal yang berubah dalam hidup Erlin setelah mengenal gadis itu. Mungkin memang dia kehilangan Daiva sebagai seseorang yang sudah lama bersamanya, namun dia kembali mendapatkan seorang sahabat dengan kehadiran Rachel diantara hubungannya dan juga Daiva yang meregang.

Daiva, yang hadir secara diam-diam di rumah Erlin hanya bisa meremas jari-jarinya sendiri. Rachel ke rumah mereka sejak pulang dari makam, padahal Daiva sudah memperingatkan Rachel untuk tidak mendekati Erlin.

Sepertinya otak Daiva telah dicuci oleh seseorang untuk membenci Erlin. Sekarang, apapun yang dilakukan oleh gadis itu semua pasti salah di hadapan Daiva. Dia melupakan setiap kenangan yang dia lewati selama kurang lebih 5 tahun bersama Erlin.

🦌🦌🦌

Sore ini Erlin harus rela berpisah sementara waktu dari Vendra, tidak akan yang berangkat dan pulang sekolah bersamanya selama dua minggu ke depan dan tidak ada juga yang akan tiba-tiba datang ke rumahnya sambil membawa makanan.

Erlin akan sangat merindukan Vendra.

"Nanti aku kabarin ya kalau sudah sampai disana." Ucap Vendra sambil mengelus rambut Erlin yang sudah mulai memanjang.

Erlin mau menangis rasanya, padahal dia baru-baru pacaran dengan Vendra, tapi mungkin karena waktu yang sering mereka habiskan bersama yang membuat Erlin sedikit merasa berat.

Vendra mengusap air mata Erlin yang mulai menetes dari sudut mata, "udah jangan nangis, gak bakalan selingkuh kok disana." Kekeh Vendra

Erlin memukul lengan pemuda itu, dia tidak berpikiran kearah sana karena dia percaya pada Vendra.

"Sakit." Ringis Vendra

"Makanya otaknya jangan mikir macam-macam!" Erlin mengalihkan pandangannya kearah lain, nah kalau begini ngambek deh tuh anaknya.

Vendra terkekeh, dia merasa sangat gemas dengan tingkah Erlin, selalu ada saja tingkah Erlin yang menggemaskan saat bersama dirinya.

"Semoga kamu menang lomba lukis ya." Ucap Vendra tanpa mengalihkan pandangannya dari Erlin.

Erlin menghadap Vendra kembali, dia bahkan lupa kalau besok ada lomba melukis.

"Aku kok bisa lupa kalau ada lomba melukis besok ya?"

"Kebanyakan mikirin aku kayaknya."

Erlin berdecih, kenapa Vendra jadi sangat menggelikan seperti ini tingkahnya.

Adolescence [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang