Bab 19

15 3 0
                                    

Hari terus berlalu, kejadian yang sebelumnya ramai perlahan mulai tidak terdengar lagi. Berita itu perlahan-lahan menghilang, semua orang kembali tidak peduli pada hal yang sempat viral di akun instagram sekolah.

"Masih dapat teror, Hel?"

"Masih, tapi gak sesering sebelumnya sih bahkan sudah hampir sebulan ini gak dapat teror dari orang itu." Jelas Rachel.

"Bagus deh kalau sudah gak dapat lagi."

Mereka bertiga duduk di salah satu bangku yang ada di taman, mengacuhkan Vendra dan Daiva yang saat ini bertanding basket satu lawan satu di lapangan. Biarkanlah dua orang itu dengan ego mereka masing-masing.

"Capek gue lihat Vendra sama Daiva perang dingin terus kayak gitu." Keluh Yudhi yang kini ikut bergabung bersamaan dengan Gilang.

Erlin menyedot es teh boba yang tadi dibelinya, perhatiannya kini mengarah pada Yudhi dan Gilang. "Emang mereka kenapa sih sebenarnya? Kok bisa tiba-tiba duel gitu,"

Gilang menghela pelan, "gue juga gak tahu pastinya karena apa. Udah dari seminggu lalu mereka kayak gitu." Jelasnya.

Tidak ada yang tahu persis alasan keduanya tiba-tiba seperti itu, dan mereka juga memilih mengacuhkan. Hanya duel biasa antar remaja laki-laki, nanti kalau mereka lelah pasti akan berbaikan dengan sendirinya juga.

"Eh, lo semua perhatiin tuh cewek gak sih? Kayak mencurigakan gitu gerak-geriknya." Ujar Yudhi yang sedari tadi memperhatikan seorang gadis yang terus berlalu-lalang di hadapan mereka dengan membawa sebuah kotak ukuran sedang.

"Gue rasa biasa aja sih. Itu kan cuma kotak ya," jawab Rachel.

"Enggak Hel. Coba lo perhatikan lebih lamat lagi, lo gak ngerasa aneh dengan kotaknya?"

"Agak mirip sih," gumam Rachel. Dia memang merasa kotak itu mirip tapi entah kenapa dia juga merasa bukan gadis itu pelakunya, ada orang lain. "Tapi gue rasa bukan dia orangnya."

"Gak seru banget weh! Gue kan maunya main detektif-detektifan." Erlin itu memang rada aneh ya, omongannya membuat keempat orang yang ada disitu sampai speechless.

Aretha tidak segan menjitak kepala sahabatnya itu. Gadis itu kalau sudah aneh memang otaknya agak kebalik.

"Sadar neng!"

"Maaf." Ucapnya dengan nada sedikit lebih rendah. "Tapi memang benar kata Rachel, dia gak mencurigakan sama sekali. Gue malah curiga sama seseorang di kelas kita, Ta."

"Siapa?"

"Dia." Tunjuk Erlin menggunakan dagunya. Kali ini dia dalam mode serius. "Lo sadar gak sih kalau belakangan ini dia banyak muncul di sekitar kita? Padahal sebelumnya dia gak gitu. Apalagi semenjak Rachel jadian sama Daiva dan gue ribut sama Daiva, dia selalu ada."

Aretha, Gilang, Rachel dan juga Yudhi memperhatikan orang yang dimaksud oleh Erlin. Jika merangkaikannya dengan peristiwa yang terjadi belakangan ini, memang benar bahwa orang itu selalu muncul secara tiba-tiba.

"Kita ikutin dia pulang sekolah nanti. Gue rasa dia ada rencana setelah pulang sekolah." Erlin tersenyum miring. Hal itu membuat Gilang, Yudhi dan juga Rachel bergidik ngeri. Sejak kapan Erlin jadi terlihat menyeramkan seperti itu?

🦌🦌🦌

Erlin bersama Aretha dan juga Rachel membuntuti seseorang yang diduga adalah dalang dibalik teror yang dikirim pada Rachel dan juga foto dirinya serta Daiva yang berpelukan di taman.

Jika dugaan Erlin benar, maka dia tidak akan segan untuk membuat orang itu berlutut minta maaf. Kalau perlu, dia akan membuatnya keluar dari sekolah.

Adolescence [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang