Bab 2

38 3 0
                                    

"Fans lo kelewat bar-bar, Dav!" Protes Aretha pada Daiva.

"Ya elu juga yang salah Ta! Udah gue ajak ke tribun depan ruang guru lo malah gak mau."

Daiva berada diantara dua gadis itu dan dia hanya bisa menyaksikan perdebatan mereka soal tribun serta fans bar-bar Daiva.

"Udahlah, mending kita ngantin sekarang. Gue yang traktir."

Daiva kembali menyeret dua gadis itu ke kantin, kalau tidak mereka akan terus berdebat di lapangan mengenai masalah tadi -- tidak akan ada habisnya jika Aretha dan Erlin berdebat.

Di kantin Daiva sempat mencuri pandang pada seorang gadis dan hal itu diperhatikan oleh Aretha juga Erlin.

"Dia kayaknya suka sama tuh cewek." Bisik Aretha pada Erlin.

"Belum tentu."

Aretha mencibir. Halah Erlin! Aretha tahu kalau Erlin menyukai Daiva, tapi gadis itu tidak pernah mau untuk jujur.

"Saran gue sih, mending lo confess sebelum dia confess ke itu cewek."

Erlin langsung menatap tajam Aretha.

"Apaa? Gue tahu ya kalau lo suka sama Daiva."

Erlin berdecak, padahal dia sudah bilang entah berapa kali kalau dia sama sekali tidak memiliki perasaan pada Daiva -- mereka pure berteman.

"Matamu mengisyaratakan segalanya, sayang. Kamu gak bisa bohong sama aku." Ledek Aretha

Kalau mereka tidak sedang di kantin, mungkin Erlin akan membalas Aretha sekarang juga.

Tiba-tiba gadis itu menghentikan langkahnya membuat Erlin semakin kesal terhadap dirinya.

"Kenapa lagi sih Ta?"

"Lo harus lihat ini, Lin."

Aretha menarik Erlin untuk melihat apa yang ada dihadapan mereka.

Yaps, Daiva mendatangi gadis yang tadi dilihatnya, sontak seluruh kantin menjadi heboh karena itu.

Gadis itu bukan siswa populer seperti Aretha dan Erlin, dia hanya siswi biasa.

"Jangan sakit hati, bestie." Aretha menepuk punggung Erlin kuat, sontak Erlin mendorongnya.

"Sakit bangke!"

"Sakitan mana dengan hati lo?"

Tolong carikan Erlin lakban, dia harus segera menutup mulut Aretha rapat-rapat setelah ini karena sudah bisa dipastikan Aretha akan terus mengganggu dan menggodanya.

Dan lagi, kenapa Daiva harus langsung menghampiri gadis itu sih? Kenapa harus di kantin? Kenapa harus di depan Erlin? Kan Erlin tidak siap kalau begini.

"Mending kita makan sekarang ya, Ta. Gue belum mau ketularan gila dari lo."

"Minding kiti mikin sikiring yi, Ti, gii bilim mii kitilirin gili diri li. Alasan lu tai kuda!"

"Buruan Etha!"

Nah kalau Erlin sudah memanggil Aretha dengan panggilan Etha, berarti Aretha harus segera menghentikannya.

"Okay bos!"

Disudut lain, seseorang memperhatikan Erlin dan Aretha sejak ia memasuki kantin. Gadis berambut pendek itu mencuri perhatian Davendra sejak di lapangan tadi.

"Diliatin mulu, Ndra."

"Gas dong, Ndra kalau berani."

Gilang dan Yudhi memang berisik, Vendra jadi sering merasa tidak nyaman dengan mereka berdua. Mereka bertiga sudah bersahabat sejak masuk SMA, tapi Vendra sering merasa lelah dengan kelakuan dua sahabatnya itu.

Adolescence [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang