Bab 18

7 3 0
                                    

Erlin berlari kearah taman sekolah begitu mendapat info dari Gilang dan juga Yudhi kalau Vendra berada di halaman sekolah sejak pagi. Pemuda itu hanya duduk diam di sana sambil menyumpal telinganya dengan menggunakan earbuds.

Erlin berdiri di depan Vendra yang memejamkan matanya, ia menghalangi sinar matahari yang menyilaukan. "Vendra."

Perlahan Vendra membuka matanya dan menatap Erlin yang berdiri di depannya. "Ngapain kesini Lin?"

Bukannya menjawab, Erlin malah berjongkok lalu menangis diantara kedua tangannya yang ia lipat diatas lututnya membuat Vendra menjadi bingung.

"Hey, kamu kenapa nangis?"

Tangisan Erlin malah semakin kencang dan hal itu membuat Vendra merasa bersalah, dia kemudian membawa Erlin ke dalam pelukannya untuk menenangkannya. "Jangan nangis lagi."

Setelah dirasa Erlin sudah cukup tenang, Vendra pelan-pelan bertanya padanya ada masalah apa sehingga membuat Erlin menangis. "Kamu kenapa nangis? Ada masalah?"

"Kamu yang kenapa menghilang?! Aku chat kamu gak pernah balas, aku cari ke kelas kamu gak ada, aku tungguin di rumah kamu gak datang! Kenapa kamu menghindar? Karena postingan di instagram sekolah? Vendra, aku bisa jelasin semuanya. Aku bisa jelasin ke kamu soal itu."

Vendra menarik napas panjang, sejujurnya dia memang kesal, marah dan kecewa pada Erlin. Dirinya sedang bertanding di daerah dan Erlin berduaan dan berpelukan dengan sahabat yang sudah menyakitinya, belum lagi postingan yang membuatnya semakin kesal. Rasanya dia ingin menonjok Daiva, tapi Vendra tidak ingin cemburu buta terhadap hal itu. Dia menunggu penjelasan dari Erlin sambil menenangkan dirinya.

"Maaf karena sudah bikin kamu nangis. Aku gak niat nyakitin kamu, Lin, aku juga gak niat bikin kamu khawatir apalagi sampai nangis kayak tadi, aku cuma pengen nenangin diriku beberapa hari ini."

"Sampai dua minggu lebih? Dave, aku tahu kamu marah, kamu kecewa sama aku, tapi aku bisa jelasin itu semua dan kalau kamu mau dengar penjelasan aku mungkin gak akan kayak gini."

"Iya sayang, maaf ya." Vendra kembali mengusap air mata Erlin yang menetes, dia juga kembali memeluk Erlin. Kalau begini Vendra jadi merasa sangat bersalah karena sudah menjaga jarak selama dua minggu dari Erlin dan menghilang tiba-tiba, semuanya karena foto yang dikirimkan padanya dan juga postingan itu.

"Jadi mau dengar penjelasan aku kan?" Vendra mengangguk. Tentu saja dia ingin mendengarnya, dia juga akan lebih percaya pada kekasihnya daripada foto sialan itu yang entah siapa pengirimnya.

Erlin menjelaskannya secara detail, mulai dari Daiva yang tiba-tiba berkunjung ke rumahnya dan juga Daiva yang memeluknya. Mereka berpelukan karena mereka sudah berdamai dengan masalah mereka, tidak ada lagi dendam dan juga rasa sakit yang berbekas. Erlin masih sayang pada Daiva, namun kini hanya sebatas sahabat dan tidak lebih.

"Aku percaya, Erlin.. hanya saja saat itu aku memang marah ketika seseorang mengirimkan foto kamu berpelukan dengan Daiva."

Kening Erlin mengerut, siapa yang melakukan itu? Siapa yang memfitnahnya dan membuat hubungan Erlin dengan Vendra menjadi seperti sekarang?

"Siapa?"

Vendra mengendikkan bahu, dia sendiri juga tidak tahu siapa orang yang mengirimkan foto itu. "Aku juga tidak tahu, tidak ada nama yang tertera di kontaknya."

Erlin hanya diam, dia sibuk dengan pikirannya. Apakah orang yang mengirim foto pada Vendra adalah orang yang sama dengan yang mengirim teror pada Rachel? Bisa saja begitu, tapi apa alasan dibalik dia melakukan itu, hal itu yang membuat Erlin penasaran.

"Sudah jangan dipikirkan lagi, biarkan saja. Aku minta maaf ya karena sudah curiga ke kamu."

Erlin tersenyum dan mengangguk. Dia memang kecewa pada Vendra, tapi ya mungkin ini salah satu ujian dalam hubungan mereka.

Adolescence [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang