Bab 5

25 3 0
                                    

Malam ini Vendra diseret paksa untuk menghadiri pesta ulang tahun Sofia, teman sekelasnya.

Siapa lagi yang memaksanya kalau bukan Gilang dan Yudhi? Katanya biar Vendra dapat cewek di pesta itu, soalnya teman Sofia banyak yang cantik-cantik -- biar gak ngestuck mulu di mbak crush juga.

Ia mulai merasa lelah melihat setiap manusia berjenis kelamin perempuan lalu lalang dihadapannya, Vendra ingin pulang tapi sayangnya kedua sahabatnya itu menyanderanya di tempat ini.

"Gue mau balik aja deh, capek gue disini."

"Janganlah! Masa baru sebentar lo udah mau balik sih."

"Bodo amat! Mending gue main sama Queensha di rumah daripada main sama lo berdua disini, nguras tenaga!"

Vendra mengambil kunci motornya dari dalam saku celana kemudian melenggang pergi meninggalkan Gilang dan Yudhi yang berteriak memanggilnya.

Saat di parkiran, Vendra tidak sengaja menubruk seseorang yang ternyata adalah Daiva. Ternyata pemuda itu juga diundang oleh Sofia, tapi datangnya tidak bersama Erlin.

Vendra yang tidak dekat dengan Daiva hanya mengacuhkan pemuda itu dengan menyalakan mesin motornya kemudian melaju pergi.

Pemandangan malam ini seperti biasa, indah. Vendra selalu suka pemandangan malam hari, rasanya lebih menenangkan dibanding siang hari.

"STOP!"

Vendra memandang tajam orang yang dengan gilanya membuat ia berhenti mendadak.

"Erlin." Gumamnya saat menyadari siapa orang itu.

Vendra melihat sekeliling, sedang apa gadis itu disini jam segini dan seorang diri.

Erlin menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ah, bisa-bisanya melakukan tindakan gila tadi, kalau seandainya Vendra terlambat mengerem bisa-bisa Erlin sudah tiba di rumah sakit.

"Sorry sebelumnya, tapi lo- bisa nganter gue pulang gak?"

Kening Vendra berkerut. Apa gadis itu tinggal di sekitar sini?

"Gue tinggal disekitaran sini, tapi udah larut malam terus gue gak bawa hp jadi gak bisa nelpon kakak gue buat jemput." Jelas Erlin. "Lo- mau kan anterin gue? Tenang, gue kenal lo kok. Lo Vendra kan anak IPA 1?"

Ah, ternyata Erlin mengenalnya, dia kira Erlin tidak mengenalnya tadi -- pantas saja dia bisa menghentikan Vendra seenaknya.

"Bisa. Naik."

Erlin langsung duduk di jok belakang dan memegang pundak Vendra, hal itu sontak membuat Vendra sangat terkejut.

"Ayo jalan, nanti gue tunjukin arahnya."

🦌

Vendra menatap sekeliling, ternyata Erlin tinggal tidak jauh dari rumahnya -- mereka hanya berbeda kompleks.

"Thank you tumpangannya."

Vendra tidak menjawab, dia sibuk dengan isi kepalanya -- kenapa selama ini dia tidak tahu kalau Erlin tinggal satu perumahan dengannya.

"Ekhem!"

"Oh- eh iya sama-sama. Lo tinggal disini?" Pertanyaan bodoh, padahal jawabannya sudah sangat jelas.

"Iya."

"Kita tetanggaan."

"Serius lo?"

Vendra mengangguk. "Tapi gue tinggal di kompleks sebelah."

"Wah pantas lo lewat di jalan tadi, ternyata kita searah. Salken ya."

Gadis itu ramah seperti yang Vendra duga selama ini, dia tidak cuek dan sangat ceria.

Adolescence [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang