📝 7

7.4K 464 3
                                    

Happy Reading!💜

📝 📝 📝

"Hai." Sapa Rachel setelah memasuki Mobil Airel. Pagi ini, Airel memang benar menjemputnya, tetapi tidak didepan Rumah Rachel, melainkan di depan perumahannya.

Dikarenakan harapannya semalam agar dirumah tidak ada siapa-siapa tidak terkabul, akhirnya Rachel menyuruh untuk Airel menjemputnya didepan perumahan tanpa masuk.

Bersyukur lelaki itu menyetujui dan tidak banyak bertanya sampai sekarang. Setelah Rachel masuk kedalam mobil, Airel hanya diam lalu melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang membelai padatnya Ibu Kota.

"Mau kemana?" Tanya Rachel akhirnya, ia malas untuk menebak-nebak akan dibawa kemana dirinya pergi oleh Airel.

"Kantor imigrasi, buat paspor."

Singkat. Padat. Jelas. Namun mampu membuat Rachel mengangga tidak percaya, ngapain Airel mengajak dirinya untuk membuat Paspor?

"Ngapain?" Tanya Rachel kembali, kini tubuhnya sudah sedikit memiring kearah Airel yang sedang menyetir.

Airel mengetuk ketuk jemarinya pada stir mobil, "Hari Jumat dan Sabtu tolong kamu ambil cuti. Temani saya perjalanan Bisnis."

"Minggu ini?" Tanya Rachel memastikan.

Airel mengangguk sebagai jawaban.

Sedangkan Rachel mendesah ditempatnya. "Nggak bisa kalau minggu ini. Saya nggak bisa ambil cuti dadakan kaya gini, udah kaya tahu bulet aja."

"Kenapa?"

"Sekarang aja hari Selasa, lalu dua hari lagi saya harus cuti, bisa dipecat saya yang ada. Pengajuan minimal seminggu sebelumnya." Jawab Rachel, lalu memikirkan wajah Pak Nata yang melarangnya sudah membuat Rachel malas.

Kenapa dia harus berusaha yang jelas-jelas ia tahu jawabannya?

Airel menganggukan kepalanya, "Kalau begitu biar saya saja yang meminta izin."

📝 📝 📝

Setibanya di tempat kerja setelah membuat paspor seperti yang Airel jelaskan, Rachel tidak dapat duduk dengan tenang ditempatnya. Kata-kata Airel yang mengatakan bahwa lelaki itu yang akan meminta izin selalu menghantui Rachel.

Bagian mana lelaki itu bisa meminta izin? Memangnya sekarang Rachel sedang bersekolah sehingga meminta izin cuti saja harus diwakilkan oleh wali?

"Kenapa?" Tanya Dini, perempuan itu peka dengan teman sebelahnya yang sedari tadi duduk dengan gelisah.

"Kalau gue ajuin cuti buat Jumat sama Sabtu diizinin nggak ya, Kak?" Tanya Rachel hati-hati. Pak Nata sedang tidak ada di tempatnya, entah kemana, Rachel tidak memusingkan itu.

"Ya enggaklah! Lu tau sendiri kalau mau cuti itu seminggu sebelumnya." Jawab Dini.

Rachel mendesah ditempatnya, sudah dibilang tidak akan bisa. Ngapain dia pusing-pusing memikirkan hal yang diketahui jawabannya?

Tapi perkataan Airel tadi masih menghantuinya. Bagaimana kalau lelaki itu benar meminta izin untuk dirinya? Tapi gimana cara Airel meminta izin? Masa lewat Pak Nata? Memangnya mereka saling kenal? Ah sudahlah. Rachel jadi pusing seketika.

"Lo bisa deh izin cuti mendadak." Kata Dini, kepala Rachel mendadak menoleh kearah Dini dengan cepat. "Asal lo jadi istri keduanya Pak Nata." Setelah itu ketawa Dini pecah.

Sudah bukan hal rumrih lagi bahwa Pak Nata suka menggoda Rachel dengan godaan menawarkan Rachel sebagai istri keduanya. Walaupun Rachel tahu hanya becandaan saja tapi terkadang Pak Nata suka kelewatan yang dimana membuat beberapa teman kantornya menyimpulkan bahwa Pak Nata benar-benar suka sama Rachel.

Mas AirelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang