📝 31

7.8K 459 14
                                    

Happy Reading!💜

📝 📝 📝

Hari ini adalah hari pertama Rachel kembali bekerja, tentu diantar oleh Karel dengan mobil dikarenakan keadaan Rachel yang tidak memungkinan untuk mengendarai motor.

Rachel turun dari mobil dibantu oleh Karel dengan hati-hati. Sebenarnya Karel masih sedikit khawatir dengan kondisi Rachel yang harus mengunakan tongkat dan memulai kerja kembali.

"Yakin bisa masuk sendiri kedalem?" Tanya Karel kesekian kalinya karna dari dirumah dan perjalanan, pertanyaan itu yang selalu Karel tanyakan ke Rachel.

"Mas Karel udah nanya itu terus menerus." Rachel berdecak sebal kearah Karel yang sedang mengaruk lehernya.

"Mas cuman khawatir. Takut kamu kenapa-kenapa." Jelas Karel.

"Gabakal kenapa-kenapa. Banyak yang jagain nanti. Udah gih sana pergi. Hush!" Usir Rachel dengan mendorong tubuh Karel pelan.

"Yaudah. Mas kerja dulu. Pulang nanti dijemput lagi ya. Kabarin kalo udah mau pulang!"

"Siap!"

Lalu tak lama kemudian mobil Karel pergi dari lobby Mall.

Rachel berjalan memasuki Mall dengan perlahan-lahan, sebenarnya Rachel sedikit risih dengan tatapan orang-orang yang berpasan dengannya. Seperti tidak pernah melihat seseorang mengalami musibah saja.

"Eh Rachel kenapa?!" Salah satu Sales lelaki dengan gaya perempuan menghampiri Rachel yang baru masuk kedalam store.

Rachel menghentikan jalannya, lalu melirik beberapa sales yang kini juga ikut menghampiri Rachel dengan penasaran.

"Ini abis akrobat." Jawab Rachel lalu tertawa kecil.

"Serius, lo kenapa kak?"

"Nggak sengaja ditabrak waktu itu." Jelas Rachel.

"Tapi udah gapapa? Gimana sih ibu bos." Reza bersuara.

"Alhamdulillah. Udah sana kerja. Malah nyamperin gue. Gue mau masuk nanti disangka telat lagi." Pamit Rachel lalu berjalan meninggalkan beberapa Sales disana.

Sesampainya Rachel di area tempat kerjanya, beberapa temannya sudah sibuk melayani customer. Customer Aipple service sangat rajin-rajin. Sebelum Mall buka sudah ada yang datang.

Rachel kembali melangkah masuk kedalam pintu karyawan dan berjalan kearah kursi kerjanya.

"Yaampun. Gak tega banget gue liat anak bayik kaya gini! Udah gak bisa pecicilan lagi dia." Sarah datang menghampiri Rachel yang baru saja duduk.

"Iya ya. Gabakal bisa lari-lari lagi nih anak. Apalagi jingkrak-jingkrak." Tambah Dini, membantu Rachel meletakan tongkatnya dengan benar.

Rachel menanggapi dengan tertawa kecil, memangnya sebegitu aktifkah dia sampai dibilang seperti itu?

"Kasian banget sayang gue." Ucap Pak Nata yang baru datang dan melihat Rachel duduk dengan kaki diperban, serta tongkat yang diletakan disamping Rachel.

"Suami lo dateng." Bisik Dini geli.

"Amit-amit ya Allah. Gue gamau jadi istri kedua!" Rachel mendelik sebal kearah Dini.

"Anak bayik. Duduk diam ya hari ini. Mamak mau lanjut kerja. Kalau ada apa-apa bisa minta tolong bibi ya!" Kata Sarah dengan menepuk pundak Dini seakan akan memberitahu bahwa Dini adalah Bibi yang dimaksud.

"Kurang ajar kau Sarah!"

"Hih. Bibi gaboleh bantah. Saya pecat baru tau rasa."

"Kalau ada apa-apa, minta sama Mas aja ya, Rachel." Pak Nata bersuara, menawarkan diri dengan nada genit.

Mas AirelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang