📝 12

7.3K 447 5
                                    

Happy Reading gais!💜

📝 📝 📝

Pagi tadi setelah Airel mendapat telpon dari Ayah yang mengabari bahwa sang Bunda masuk rumah sakit dikarenakan terjatuh dari tangga, Airel buru-buru menghubungi Anton untuk mencari tiket balik ke Jakarta pada jam yang paling cepat.

Rachel dapat melihat wajah panik lelaki itu, bahkan kalau saja Rachel masih tertidur pulas diatas kasur sudah dipastikan ia akan ditinggal. Menginggat lelaki itu yang buru-buru menyiapkan keperluan untuk pulang tanpa membersihkan tubuh dan berganti pakaian. Masih dengan mengunakan piyaman tidurnya!

Sempat tertawa kecil melihat kejadian itu, namun, Rachel menahan. Tidak sopan kalau ia tertawa dalam situasi seperti ini.

"Udah?" Tanya Rachel kearah Airel yang terduduk diatas kasur.

Airel mengangkat sebelah alisnya, bermaksut menanyakan arti pertanyaan yang Rachel berikan.

"Udah mandinya?"

"Sudah." Jawab Airel.

"Pakai bajunya sudah?"

Airel mengernyit bingung, apa Rachel tidak melihat bahwa dirinya sudah mandi dan berpakaian rapi?

Rachel mendekat kearah Airel, berdiri dihadapan lelaki itu dan tangan tak sopan Rachel memegang kedua pundak Airel. "Panik boleh, tapi harus liat kondisi juga. Coba kalau tadi saya engga ngelarang kamu keluar kamar? Bisa-bisa kamu ke Bandara dengan baju tidur."

Airel tersadar, merutuki sifat panik yang terkadang tidak dapat ia kontrol, apalagi prihal sang Bunda.

"Tarik nafas, terus buang pelan-pelan." Perintah Rachel, menyuruh Airel untuk mengikutinya.

Setelah melihat Airel mengikuti perintahnya Rachel tersenyum puas. "Gimana? Tenangan?"

"Sedikit."

"Besok, kalau lagi panik. Lakuin kaya tadi. Tarik nafas terus buang pelan-pelan." Ingat Rachel, lalu menepuk pundak Airel pelan. "Tenang ya, Bunda pasti engga kenapa-kenapa. Apalagi sekarang di rumah sakit. Pasti udah ditangani oleh Dokter dengan benar." Lanjut Rachel pelan. Lalu memasang senyum kearah Airel.

Airel menatap perempuan dihadapannya, ini pertama kali seorang Airel ditenangkan oleh seorang perempuan selain Bunda dan kakak perempuannya.

"Yaudah, ayo siap-siap ke Bandara, Anton pasti sudah nunggu dibawah." Ajak Rachel menginggat sosok Sekertaris Airel yang memang ikut ke Bali.

📝 📝 📝

Sesampainya di Jakarta, Airel langsung berangkat menuju rumah sakit diikut oleh Rachel yang senantiasa disamping lelaki itu.

Ruangan VVIP disalah Satu rumah sakit terkenal itulah yang menjadi tujuan Airel dan Rachel sekarang.

Sesampainya didepan kamar, Airel membuka pintu. Menampilkan Bunda yang tertidur diatas kasur dan Ayah yang sedang duduk diatas sofa dengan memegang sebuah iPad.

"Assalamualaikum." Salam Airel diikuti Rachel dibelakang, lalu menghampiri sang Ayah terlebih dahulu.

"Waalaikumussalam." Ayah menyambut Airel hangat, "Maaf ya, Ayah ganggu liburan kalian berdua."

Rachel meringis, tersenyum canggung. Bagian mana kata berlibur. Toh, dirinya hanya menemani Airel dipertemuan dengan rekan bisnisnya.

"Bunda gimana?" Tanya Airel, tidak memperdulikan ucapan sang Ayah sebelumnya.

"Sudah ditangani oleh Dokter, tidak ada luka serius kecuali kakinya. Harus dipasang Gips." Jawab Ayah dengan menunjuk kaki Bunda yang ditumpuk diatas beberapa bantal.

Mas AirelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang