📝 29

7.4K 514 9
                                    

Happy 200k vote!💜

Timakacih sudah vote dan komen di cerita Mas Airel ini yaa!🥹

Aku tanpa kalian adalah butiran debu. Ceeelahh😖

So lansgsung ajaaaa yaaaaaa!!














Happy Reading bestie!💜


📝 📝 📝

Airel keluar dari kamar mandi setelah membersihkan tubuhnya. Kini Airel menggunakan celana pendek berwarna navy dengan kaus polos berwarna putih yang membuatnya terlihat lebih tampan.

Rachel melirik sedikit kearah Airel, lalu kembali fokus menatap layar televisi.

Setelah kejadian beberapa jam lalu, Rachel jadi sedikit malu dan merasa canggung pada Airel.

Airel sendiri terlihat biasa-biasa saja, bahkan lelaki itu sudah duduk di sofa dengan memegang iPad. Mengecek laporan yang Anton kirimkan.

Mungkin beberapa hari kedepan, selama Rachel dirawat dirumah sakit. Airel tidak akan masuk kerja, melainkan akan menjaga Rachel.

Rachel menguap tanda sudah mengantuk, ia ragu meminta tolong kepada Airel untuk menurunkan tempat tidurnya yang sekarang berdiri tegap.

Tetapi mau mencoba sendiri pun Rachel tidak bisa. Mau tidak mau memang harus meminta tolong.

Rachel berdehem. "P-pak Airel." Panggil Rachel pelan, setelah melihat Airel yang menatap kearahnya, Rachel kembali berbicara, "Boleh minta tolong turunin kasurnya? Saya mau tidur, ngantuk."

Airel meletakan iPadnya diatas sofa, lalu bangkit dan berjalan mendekat kearah Rachel.

Airel tidak langsung menurunkan kasur Rachel seperti yang dipinta, melainkan duduk diatas kasur dan menghadap perempuan yang kini tengah menatapnya dengan mata yang sayu.

"Panggil saya dengan sebutan yang benar." Pinta Airel.

Rachel mengernyit bingung. Perasaannya ia memanggil Airel dengan sebutan yang benar. "Itu bener kok." Balas Rachel.

"Salah. Yang bener itu seperti kemarin-kemarin kamu panggil saya didepan Bunda. Mas. Panggil saya Mas." Perintah Airel. Menekan kata 'Mas.'

Rachel mengangguk tanda menyetujuinya.

"Ayo ulangin."

"Apa?" Tanya Rachel tidak mengerti.

"Minta tolongnya, ulangin dengan benar."

Rachel menghela nafas dan mendelik sebal kearah Airel. "Mas Airel, saya minta tolong dong turunin kasurnya. Saya mau tidur." Ulang Rachel dengan menekan kata 'Mas' seperti yang Airel lakukan tadi.

Airel tersenyum lalu mulai menurunkan tempat tidur Rachel seperti yang dipinta. Setelah posisi Rachel sudah nyaman Airel melemparkan senyum kearah Rachel.

"Selamat tidur." Ucap Airel dan mencium Kening Rachel. Membuat sang empunya terdiam kaku bersamaan dengan jantung yang berdetak kencang.

Airel sialan.

📝 📝 📝

Hari keempat Rachel dirawat.

Beberapa teman terdekat Rachel silih berganti untuk menjenguk dan melihat kondisi Rachel. Tak banyak dari mereka semua pada saat menjengguk Rachel tidak dapat fokus atau bahkan terlihat canggung.

Mas AirelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang