30

536 60 55
                                    

Minju menghembuskan nafasnya kasar melihat jam diponsel. Pukul 20.22, sedangkan pukul 21.00 ia harus segera pergi ke sirkuit untuk memenuhi tantangan Jeno.


Gadis itu memarkirkan motor sport hitam milik kakaknya direst area SPBU setelah mengisi bensin. Ia masuk kedalam toilet umum untuk mencuci muka sejenak.


"Hhah" Minju tersenyum miris melihat pantulan wajahnya dari cermin besar didalam kamar mandi tersebut.



Masih memakai piyama kemarin malam. Bahkan gadis itu belum mengisi perutnya sedari kemarin membuat tubuhnya benar benar lemas. Tapi, ia sedang tidak nafsu makan sekarang. Rasanya Minju serba salah untuk melakukan sesuatu.




Drrtt drrttt


Minju memandang layar ponselnya dengan tatapan datar. Jaehyun menelepon. Pasti kakaknya sedang khawatir dan mencari keberadaan Minju.




'aku baik baik aja' begitulah pesan yang dikirimkan Minju ke Kakaknya.




"Oke Minju...lu harus menang balapan kali ini" desis gadis itu sambil menggeram. Lalu keluar dari toilet tersebut dan pergi melaju dengan motornya.


Isakan keluar dari bibir tipis gadis itu. Tangan kanannya menarik gas motor membuat laju motor tersebut semakin cepat.


Kini Minju dikendalikan oleh emosinya. Bahkan dia tengah berpikir,lebih baik ia mengalami kecelakaan sekarang saja dan mati.


Namun, otaknya masih waras untuk menghentikan niat bodoh Minju. Secara sadar ia memelankan laju motornya dan tanpa Minju sadari dia udah sampe disirkuit.



Minju turun dari motornya melepas helm. Lalu menyenderkan tubuh mungilnya ke motor.


Disaat seperti ini kenapa Minju harapin bantuan Jaemin? Bahkan Jaemin tak peduli sedikitpun dengan Minju sekarang.



"Berhenti ngarepin Jaemin, Minju" Gadis dengan rambut yang dibiarkan tergerai meremas kedua ujung piyamanya sambil menunduk.



Ia merutuki dirinya sendiri karena selalu memikirkan Jaemin.



"Hiks...Na tolongin gue" airmata yang sedari tadi Minju tahan akhirnya keluar juga. Namun tangisannya langsung berhenti ketika mendengar suara deruman motor yang mendekat kearah.



Minju mengusap kedua pipinya dengan kasar.

















"Lee Jeno"







Motor sport berwarna hitam doff berhenti tepat disamping Minju dengan jarak 1 m.



Minju memicingkan matanya melihat Jeno yang sedari tadi hanya diam melihat dirinya.







"Apa?! Lu pikir gue takut?"


"Lu pikir gue ga akan dateng?"


"Gue bukan pengecut kaya lu Lee Jeno!"












Minju menatap sengit laki laki yang masih duduk diatas motor sportnya. Bahkan, Jeno tidak melepas helmnya sama sekali. Laki laki itu hanya menatap datar Minju dari balik helm hitam tersebut.




"Gue ga akan biarin lu menang. Kita nikah? Cuma dimimpi lu Lee" desis Minju.



Setelah itu Minju langsung naik keatas motornya dan memakai helm lalu menyalakan mesin motornya menandakan ia sudah siap.



SERENDIPITY [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang