33 (dikejar anjing)

568 47 18
                                    

Fahri kemarin membantu Ita dan Azkia mendapatkan kontrakan yang dekat dengan sekolah mereka. Selain itu, ia juga mencarikan pekerjaan untuk Ita agar mereka bisa mulai mandiri.

Pagi ini, Fahri berjalan kaki menuju sekolah karena angkot yang biasanya ia naiki tak kunjung datang. Bersama sahabat-sahabatnya, suasana pagi mereka penuh canda tawa.

"Ri, gua heran deh, kok hati lu bisa sebaik itu sih?" tanya Putra sambil melirik Fahri.

"Gua pernah di posisi Ita, jadi gua tahu gimana rasanya hidup dalam tekanan keluarga," jawab Fahri santai.

Ali yang sejak tadi diam tiba-tiba jadi sasaran pertanyaan. "Li, kapan lu nikahnya?" tanya Fahri.

"Habis lulus sekolah," jawab Ali dengan tenang.

"Eh, calon lu bohay apa tepos, Li?" celetuk Santo dengan penasaran.

Ali mengernyit bingung. "Bohay itu apa maksudnya?"

Santo mendengus sebal. "Kayak tante Ati itu, ngerti kan?"

Ali menggeleng. "Hm, kayaknya nggak sih."

"Yah, sayang tepos," keluh Santo kecewa.

"Nah, lu napa malah yang kecewa?" Fahri menatap Santo aneh.

Santo nyengir. "Gua nggak mandang fisik, Ri, tapi bohay kan penting."

"Itu namanya mandang fisik, dodol!" kesal Putra.

"Eh, lu juga sama! Kalau lihat yang bening langsung melotot," balas Santo sambil menunjuk Putra.

"Bening-bening, dikira air mineral kali!" seru Fahri, membuat yang lain tertawa.

Tiba-tiba Ridho berteriak. "Anjing!"

"Astaghfirullah, Ridho sayangku, jangan kasar begitu," goda Wiwit.

"Jijik gua dengarnya, Wit," komentar Danel sambil memalingkan wajah.

"Geli sumpah," timpal Fahri sambil terkekeh.

Ridho, yang sudah panik, menatap mereka serius. "Bukan! Masalahnya, di belakang kita ada anjing beneran, oi!"

Mereka langsung menoleh ke belakang dan benar saja, seekor anjing bulldog berlari ke arah mereka. Tanpa aba-aba, mereka semua langsung kabur dengan sekuat tenaga, meninggalkan suara tawa dan teriakan panik di sepanjang jalan.

"SANTO! GARA-GARA LU!" teriak Fahri penuh amarah sambil terus berlari.

"LAH LU GITU RI, MALAH NYALAHIN GUA!" Santo balas teriak, wajahnya penuh keringat.

"DOSA LU KEK GUNUNG! KITA JADI IKUT KENA APES!" tambah Putra dengan napas ngos-ngosan.

"MASIH BANYAKAN DOSA LU BERDUA, WOI!" Santo tak terima.

"DOSA KITA BAHAS NANTI AJA! SEKARANG LARI, WOI!" jerit Danel panik, melirik anjing bulldog yang makin mendekat.

Mereka berlima terus berlari tanpa arah sampai akhirnya melihat sebuah pohon besar di depan mereka. Tanpa pikir panjang, mereka langsung memanjat pohon itu dengan kecepatan yang mengejutkan.

"HAH... HAHAH... GILA, TUH ANJING MASIH NUNGGU DI BAWAH!" ucap Fahri ngos-ngosan sambil memegang erat dahan pohon.

"Lah, Dho, kenapa lu gak bilang dari tadi sih ada anjing?!" protes Santo sambil menatap Ridho tajam.

"Anjingnya tadinya cuma liatin, kok! Gua iseng aja pura-pura ngegonggong, eh malah ngamuk dia!" Ridho menjawab sambil menyeringai bersalah.

Fahri (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang