14. Kehidupan Seorang Zevan

23 9 0
                                    

happy reading

***

Selesai balapan Zevan meninggalkan arena balapan dan melakukan motornya ke taman kota. Menepikan motornya dan berjalan memasuki taman, ia memilih duduk di bawah pohon.

Dengan keadaan yang dingin karena angin malam ia menatap taman yang ia kunjungi, tatapan datar yang selalu semua orang lihat di dirinya kini berganti menjadi tatapan sebuah kerinduan. Ini lah sosok asli dari seorang Zevan Mahendra, sosok yang biasa orang kenal adalah sosok yang cuek, bodoamat, dan arogan adalah sosok yang rapuh.

"Ma... Evan kangen masa-masa dulu" Lirih cowok itu "Evan kangen Papa yang perhatian, Papa yang selalu khawatir sama Evan, dan Papa yang ngajarin Evan harus jadi cowok yang kuat, nyatanya Evan lemah Ma.. Evan rapuh"

Taman malam yang sepi dan sunyi sudah jadi kebiasaan seorang Zevan yang sering berkunjung ke taman ketika kangen kepada sang Mama.

Cowok itu menatap kearah depan dengan tatapan sulit diartikan, senyum tipis terbit di bibir. "Evan kangen masa-masa itu" Gumam nya

Cowok itu mengambil dompetnya yang ada di saku nya, ia mengambil foto yang berada di dalam dompet tersebut, foto dimana seorang anak yang baru lulu SD memegang lapor dengan orang tua di sisi kanan dan kirinya, di foto itu mereka terlihat seperti kelurga harmonis dan itu kenyataannya sebelum semuanya berubah. Dimulai dari sang Mama yang meninggal, Papa nya yang gila kerja, dan Zevan yang menjadi anak berandalan meski sebenarnya ga berandalan banget sih soalnya dia mah kutub kalau kata Varo.

Tiba-tiba sebuah kenangan terlintas di ingatan pria itu.

• • • • • • • • • •

Di sebuah taman terdapat sebuah keluarga kecil yang sedang berkumpul.

"Papa Evan lulus ni. Evan, minta hadiah boleh gak Pa?" Tanya anak lelaki yang mengenakan seragam merah putih

"Begini dong, apa sih yang gak boleh buat jagoannya Papa," Ujar pria paruh baya itu sambil mengacak-acak rambut putra nya "emangnya, Evan mau hadiah apa dari Papa? Sepeda, ps baru, atau Evan mau liburan bareng Papa dan Mama? Atau Evan mau yang lain? Bilang aja Evan mau apa,pasti Papa turutin."

Anak lelaki itu terlihat begitu antusias ketika sang Papa membolehkan ia memilih hadiahnya sendiri. "Evan gak mau yang Papa sebutin tadi. Evan cuma mau kita bertiga besok piknik di taman ini. Boleh ya Ma, Pa, " Ucap anak lelaki itu terlihat seperti memohon.

"Boleh kok boy, besok kita kesini lagi ya. Tapi, coba tanya Mama dulu gih. Mama-Nya mau ikut piknik gak bareng kita" Ucap Sang Papa

Anak cowok itu beralih menatap wanita paruh baya yang sejak tadi memperhatikan ia dan sang Papa. "Mama ikut kan piknik bareng Evan dan Papa besok" Tanya anak cowok itu dengan sedikit memohon.

"Emm... Gimana ya?? Kayak nya gak bisa deh sayang, Mama besok sibuk" Jawab wanita paruh baya itu dengan lesu, atau lebih tepat berpura-pura lesu, sebenarnya wanita itu berniat menjaili putra nya itu.

"Ya.. Kok gitu sih Ma. Masa iya Mama gak ikut sih," Lirih anak cowok itu

Pria paruh baya yang tak lain adalah Papa dari anak cowok itu menggelengkan-gelengkan kepalanya saat mengetahui istrinya itu sedang berusaha menjaili putra nya. "Udah dong jagoannya Papa gak usah sedih, kita pergi berdua aja ya boy. Nanti kita cari Mama baru deh biar bisa ikut piknik bareng kita, benar gak boy" Ucap pria paruh baya itu.

"Iya Papa benar, Mama gak usah jadi ikut deh biar aku sama Papa bisa cari Mama baru deh. Mama berubah yang lebih cantik,dan biar bisa ikut piknik bareng aku dan Papa" Ucap anak cowok itu seakan-akan tau rencana yang di buat oleh Papa nya.

Follow The Trail Of Twilight [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang