sandaran

349 45 1
                                    

"KALAU JALAN PAKEK MATA!."

Vally menunduk menatap sendu kertas yang jatuh berserakan, padahal dia sudah menatanya dengan rapi semalaman.

"maaf, tapi jalan pakek kaki bukan mata."

Sahut vally sambil jongkok mengambil kertasnya dan kembali menatanya memasukkan kembali ke map kuningnya.

"apa?!." perempuan yang menabrak vally tadi ingin memukulnya tapi diurungkan saat mendengar dehaman berat dari belakang vally.

"eh jay? Hai, udah selesai ngomong sama kak heeseung?." tanya perempuan itu lembut, berbeda saat bicara dengan vally yang terus berteriak.

"udah, kayaknya lo harus pergi sekarang." perempuan itu tersenyum lalu pergi tapi jay hanya menatapnya tajam dan menatap vally yang masih sibuk.

Jay menghela nafas kasar.

Vally selalu dibenci semua orang disekolah terutama para perempuan tapi jay selalu heran kenapa vally tidak pernah membalasnya dan selalu bersikap baik.

Vally berdiri lalu tersenyum pada jay.

"makasih jay, btw jake mana?."

Jay menatapnya heran tumben sekali yang dicari jake bukan kak heeseung padahal jake dan vally rumornya berteman sejak kecil tapi mereka seperti orang tidak kenal.

"di taman, biasalah ngerdusin cewek."

"oh oke makasih jay!."

Vally berlari kecil menuju taman.

Jay heran vally tidak pernah lupa mengatakan tiga hal ajaib yang selalu dilupakan orang lain, meskipun sepele tapi sangat berarti.

Maaf, tolong, makasih.

"hah... Coba aja lo ngak suka kak heeseung."







































"tau ngak setiap malam aku ngak pernah liat bintang, kamu tau kenapa?."

Perempuan yang ditanyai jake hanya menggeleng malu malu tai.

"karna semua bintangnya ada dimatamu." ujar jake sambil wink.

Perempuan itu dan teman disebelahnya menjerit histeris.

Hei siapa yang menolak pesona seodang jake, TIDAK ADA.

"ekhem.. Kayaknya gue harus pergi sekarang, sampai nanti Tiara!!."

Teriak jake sambil berlari pergi.

"nama gue lily bukan tiara!!."

"yah!! See you later honey!!."

Sesaat setelah jake menghilang terlihat vally yang baru datang sambil mengatur nafasnya.

"jake? Di ilang lagi?."

Ujar vally sambil mengatur nafas.

"jake!!. "

Vally kembali berlari mengejar jake yang menghindarinya dari pagi.

Mau nanya sama cewek yang ngobrol sama jake tadi tapi pasti percumah, sudah vally bilang semua perempuan disekolah membencinya dan mengaggapnya tak ada.









.

"DAPET!!."

Ujar vally semangat sambil menarik seragam jake yang kembali ingin pergi.

Dia menemui jake sedang menggoda adek kelas ditaman.

"ANJ-Oh hay baby."

Ujar jake berusaha tenang.

"bentar ya leona aku mau ngobrol sama dia."

Ujar jake pergi menjauh yang mau tak mau vally mengikutinya dan tetap memegang erat seragam jake.

"nama gue wiji kali."





























"apaan?." tanya jake setelah mengajak vally pergi kebelakang pohon yang lebat dan sepi.

Vally hanya diam menatap jake.

"please ini lepas dulu." ujar jake menunjuk tangan vally yang masih memegang erat ujung seragamnya yang dibiarkan begitu saja, biar kaya anak nakal katanya.

"lo kok bahagia banget?." tanya vally spontan yang membuat jake bingung.

"maksudnya?."

"lo ngak bisa bohongin gue jake, kita udah kenal dari masa zigot jadi jangan becanda."

Jake manatap vally heran.

"kita baru kenal waktu sd yah."

Vally cuma ketawa abis itu mukanya datar lagi jangan lupa tangan yang masih megang erat seragam jake, ntar lari kalau dilepas.

"jake gue serius."

"gue tenrius."

"kak ten denger, mampus lo."

Vally sebenarnya juga tidak akan curiga pada jake jika tidak mendapat pesan dari kakak jake, padahal jake terlihat benar benar bahagia, ah jake benar benar aktor yang sangat handal.

"gue dapet chat dari bang chan."

Jake langsung diam, tatapannya yang jahil berubah serius.

"dia bilang apa?."

"menurut lo? Lo tau kan jake, lo masih punya gue sebagai rumah dan sahabat lo, lo bisa bergantung sama gue, kita saling berbagi kesedihan, lo inget?."

Jake hanya diam dan langsung memeluk vally, ah dia benar benar lemah hanya dengan kata itu.

Masih punya gue?, rumah? Bergantung? .

Hah... Jake benar benar butuh sekarang.

"maaf gue ngak bisa ngertiin lo."

Vally membalas pelukan jake sambil menepuk pelan punggungnya, dia tau sahabatnya ini sedang rapuh.

"jangan minta maaf, lo ngak cocok pakek itu, dunia kejam vall semua orang egois ngak semua orang pantes dapet maaf."

"jake... Lo tau, kejahatan akan merasa bangga jika dibalas kejahatan, sekejam apapun dunia setidaknya kita harus menjadi bagian baiknya, inget kejahatan harus dibalas kebaikan, itu cara terbaik untuk mengatasi kejahatan."

Jake diam dan hanya menaruh dagunya dibahu kecil vally.

Berat, tapi untuk kali ini vally menahan hasratnya untuk menampol jake.

"makasih vally, lo emang temen gue dari jaman sperma."

"anjir padahal gue hampir nangis terharu."

"karna gue?." tanya jake dengan ke pd annya.

"ngak, karna tumben gue bisa ngerangkai kata kata bagus, aduh seharusnya direkam atau dicatet dulu."

Jake langsung melepas pelukannya dengan mendorong vally sedikit dan pergi menghentak hentakkan kakinya.

"lah ngambek?."

crush {LEE HEESEUNG}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang