nyawa

330 35 0
                                    

Vally berjalan menelusuri lorong mancari heeseung yang sedari pagi tak terlihat.

Dia ingin mengikuti saran sunghoon dan berbicara dengan heeseung soal mereka—ah ralat anak mereka.

Iya sebenarnya vally sudah mencoba tespack yang ada dirumah dua hari lalu karna dia merasa mual dan benar saja hasilnya positif.

"kak heeseung!." teriak vally melihat heeseung sedang cekcok karina.

Karina dan heeseung awalnya sama sama terkejut tapi setelahnya heeseung memasang wajah datar berbeda dengan karina yang memeluk vally.

"ya ampun lo udah baikan? Gue khawatir banget liat lo waktu kemarin,  kalau heeseung macem macem seharusnya lo bunuh aja."

Vally menggeleng dalam pelukan karina lalu melepasnya perlahan.

"aku ngak papa kok kak, kemarin cuma demam digigit nyamuk."

Karina mengernyit tapi langsung mengagguk, mungkin maksudnya deman berdarah karna nyamuk, hah... vally suka sekali mebuat kata baru.

"yaudah hati hati makanya, kalau mau tidur pakek autan trus pasang obat nyamuk yang gambar kingkong."

Vally tertawa kecil mendengar celotehan karina.

"gue pergi dulu ya, lo mau ngomong kan sama heeseung, inget tendang tititnya kalau dia macem macem."
Bisik karina diakhir lalu pergi.

Vally menatap heeseung begitu pula sebaliknya, dan heeseung masuk keruang osis diikuti vally yang langsung menutup kembali pintunya.

"kenapa?." tanya heeseung langsung.

Vally bingung, kemarin heeseung masih bersikap lembut kenapa sekarang berubah lagi.

Vally masih berdiri dibelakang pintu sambil bersandar kepintu dan memainkan jari jarinya.

"kak, aku hamil."

Hening beberapa detik hingga akhirnya terdengar suara tawa heeseung yang menggema diseluruh ruangan.

Vally menatap heeseung dengan terkejut dan heran, apa yang lucu?.

Heeseung tertawa dan menatap vally remeh.

"lo yakin itu anak gue?."

Vally menatap heeseung tak percaya.

"apa?."

"gue tau lo ngak budek vall, oke gue ulang sekali lagi, lo yakin itu anak gue?."

Vally mendesah tak percaya, bisa bisa heeseung melontarkan pertanyaan seperti itu.

Baru saja vally ingin bicara heeseung sudah menyentaknya.

"JAWAB! LO YAKIN ITU ANAK GUE?!."

Heeseung mengusak kasar rambutnya lalu duduk dikursinya dan menatap vally yang masih berdiri didepan pintu.

"kak, kok kamu ngomong gitu? Ak—."

"berisik! Lo udah ngelakuin sama gue jadi ada kemungkinan lo ngelakuin sama yang lain juga, secara dari lingkungan lo yang juga U know lah." ujar heeseung dingin yang membuat vally kesal.

"emang kenapa sama lingkungan ku? Mereka semua orang orang baik, kakak tau ternyata pribahasa itu benar."

"semua orang jahat, cuma cara melakukannya saja yang berbeda."

"menurutku kak heeseung ngak lebih rendah dari mereka yang bolak balik disana."

Heeseung mengebrak meja keras pulpen yang terkena pun sampai patah membuat tangannya terluka.

"tapi lo yakin itu bukan anak dari sunghoon?." ujar heeseung menyeringai.

Vally menggertakkan giginya kesal lalu pergi dari ruangan itu begitu saja, dia tak ingin berdebat bahkan kalau kelepasan mengeluarkan kata kata jahat untuk heeseung.

Vally terhenti saat melihat sunghoon berdiri didepan pintu sambil membawa dokumen.

"oh, hai." sapa sunghoon canggung yang tak dipedulikan vally.

Sunghoon masuk dan menutup—membanting keras pintu osis.

"gue tau lo marah tapi ini fasilita—."

Belum selesai bicara sunghoon menarik kerah heeseung sampai dia berdiri lalu memukul pipinya hingga terjatuh.

"apa apa lo sunghoon?!." kesal heeseung sambil memegangi pipinya yang tertinju.

"lo yang apa apaan bangsat! Gue denger semuanya!."

Heeseung menyeringai meremehkan.

"bagus dong, berarti sekarang lo mau ngaku itu anak lo?."

Sunghoon kembali menarik kerah heeseung kencang sampai kancingnya lepas.

"dasar brengsek!." sunghoon kembali memukul heeseung dipipi sebelahnya hingga heeseung kembali terpental.

Heeseung tidak berniat melawan sama sekali, dia pasrah dipukuli.

"gue sama dia kemarin cuma ngobrol biasa, lo tu harus ngurangin ego lo dan ngertiin dia! Gue tau lo juga kan yang nolongin dia waktu hampir diperkosa jisung." sunghoon berjongkok dihadapan heeseung.

"gue tau lo sayang sama dia tapi ego lo lebih besar, yakan?." ujar sunghoon sambil menunjuk nunjuk dada heeseung, dia tidak peduli lagi akan tinggat mereka entah heeseung kakak kelas atau tidak, mereka sekarang setara sama sama manusia.

Heeseung menyeringai yang membuat sunghoon kesal.

"ngak tuh, gue nolongin dia emang cuma karna mau gue jadi yang pertama dan udah selesai gue cuma mau ngerasain perawan."

Bugh

Serangan kembali mendarat di pipi kanan dan kiri heeseung.

Sunghoon berdiri lalu melempar dokumen osis yang tadinya ingin dia berikan secara baik baik.

"lo bakal nyesel, camkan itu."setelah sunghoon pergi dia tak ingin mengotori tangannya dengan sampah

Heeseung tertawa sambil menutupi kedua matanya dengan tangannya lalu mengusak kasar rambutnya dan berbaring dengan ceceran kertas dokumen yang dilemparkan sunghoon.

Heeseung masih terus tertawa dengan satu tangan menutupi kedua matanya, dia bahkan tidak peduli fakta bahwa pintu osis masih terbuka lebar, mungkin orang yang melihat sudah mengaggapnya gila.

































Vally terkejut saat ingin memasuki kamar ada yang memegang erat tangannya.

Dia menoleh dan mendapati ryujin menatapnya begis seperti akan menelannya hidup hidup.

Vally tertawa canggung.

"kenapa kak?." tanya vally gugup.

"lo waktu itu ngak pulang kemana?."

"dirumah temen kak." jawab vally meyakinkan.

Ryujin menghela nafas lelah.

"jujur sama gue vall, gue kakak lo kan?." vally mengagguk canggung.

"jadi jujur sama gue oke, kita keluarga." vally hanya diam tak niat menjawab.

"gue tau lo udah ngak perawan dari cara jalan lo waktu itu." ryujin menggantung kata katanya dan mengeluarkan sesuatu dari sakunya.

Vally terkejut bagaimana bisa ryujin menemukan tespack yang dia sembunyikan dibawah bantal.

"positif."

Vally hanya menunduk tak berani menatap ryujin.

"vall lo inget kan lo punya kanker rahim dan susah buat hamil, apalagi lo masih kecil umur lo belum genap 17 tahun." jelas ryujin khawatir.

"taruhannya nyawa kalau lo pertahanin bayi itu."

Vally menatap ryujin yang menatapnya tegas.

Jadi maksudnya dia harus mengugurkan bayi tidak bersalah yang mungkin baru berumur beberapa hari ini?.

crush {LEE HEESEUNG}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang