2. Luka Luna

439 50 4
                                        

Selamat datang di cerita Aluna
Jangan lupa pencet bintang di bawah.

Ada typo tandai, yagesyaa.
Happy reading 💙

****

"Morning, everybody."

Dengan senyum mengembang, Stella menyapa semua orang yang ada di meja makan. Ada Papa, Mama, dan dua kakaknya yang sedang sarapan. Mereka menyapa balik. Gadis dengan rambut panjang digerai itu duduk di samping kakak pertama, Keyla.

"Kamu mau makan apa, Sayang?" tanya Anjani-sang mama-dengan lembut.

Melihat omelet mie di depannya, Stella jadi ingin. "Aku mau omelet!"

"Itu buat Luna." Bayu, kakak kedua Stella menyahut. Lalu menyuapkan sesendok bubur ayam kesukaan. Ngomong-ngomong, Bayu membuat bubur itu sendiri.

Stella berpikir, pilihannya jatuh pada udang yang Keyla masak. "Udang aja, deh."

Bukannya mengambilkan udang, Anjani malah mengambilkan omelet yang seharusnya untuk Aluna. "Kamu mau ini? Nggak papa, makan aja." Anjani menunjukkan senyum. "Kalau mau sama udang, ambil aja, ya."

Stella tersenyum senang, dengan cepat menyantap sarapan. Sudah cukup lama dia tak makan omelet buatan Bayu. Padahal buatan Anjani dan Keyla juga enak. Entah kenapa buatan Bayu lebih menarik menurutnya.

"Aku cuma buat segitu, loh. Sengaja buat Luna karena dia nggak bisa makan udang. Mama gimana, sih?" Bayu sedikit emosi dengan perlakuan Anjani yang menurutnya kurang adil.

"Masih ada sop, ribet amat." Keyla yang sedari tadi diam ikut menyahut. Mereka memang jarang sekali akur.

Bayu tak habis pikir dengan ucapan kakaknya. Melihat mereka berdebat, Stella merasa tidak enak. Namun, omelet sudah terlanjur masuk ke perut. Tak mungkin memberikan Aluna sisanya.

"Udah, nggak usah ribut. Kalau dia nggak mau biarin makan di sekolah."

Semua diam mendengar ucapan Anjani. Samudera-sang Papa-hanya menghela nafas. Anjani memang tidak pernah berubah.

Tak lama, sosok yang dibicarakan pun datang. Wajahnya yang semula datar, langsung berubah sumringah kala melihat Samudera.

"Papa!"

Dengan mata berkaca-kaca Aluna memeluk Samudera. Terlihat jelas jika dia sangat rindu dengan Papanya yang selalu sibuk kerja. Bahkan, terhitung hampir tiga bulan Samudera tak pulang. Ini masih terhitung cepat. Pernah, Samudera saking sibuknya sampai tidak pulang setengah tahun. Yang membuat Aluna ingin menyusul ke Singapura.

"Hallo, Anak Papa." Samudera membalas pelukan Aluna.

Bayu tersenyum melihat kedekatan mereka.

"Papa pulang kapan?" tanya Aluna saat sudah duduk di samping Samudera.

"Tadi malam. Kamu udah tidur, sih. Jadi Papa cuma ketemu Stella sama Bayu. Mau bangunin nggak tega."

Aluna memanyunkan bibirnya. "Harusnya Papa bangunin! Kan, Luna kangen banget sama Papa."

Anjani melirik sinis ke mereka. Lalu berdehem, membuat mereka menoleh. Samudera menghela nafas, sedangkan Aluna langsung duduk di samping papanya dan mengambil piring.

Tatapan Anjani beralih pada Stella. "Stella mau Mama antar ke sekolah?"

Dahi Stella mengernyit. "Loh, kan Stella berangkat sama Luna."

"Iya, biasanya juga gitu," sahut Bayu.

Anjani mencoba tersenyum meski sebenarnya sangat kesal. "Mau, kan?"

Matahari Untuk BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang