Jangan lupa vote yap
Ada typo tandai****
“Selera musik kita sama kayaknya. Bisa kali lo rekomendasi lagu bagus ke gue. Habisnya, bosen dengerin itu-itu terus.”
Jika sedang bosan, Aluna memang memilih mendengarkan lagu kesukaan sambil menggambar atau baca novel. Tapi, lagu yang dia putar sama saja, sampai hafal liriknya meski memakai Bahasa Inggris.
“Nanti gue kasih yang bagus.”
Dan obrolan mereka terus berlanjut hingga senja datang. Segera mereka pulang sebelum hari semakin petang. Awalnya, Aluna menolak diantar. Dengan alasan keselamatan dan takut tidak mendapat angkutan umum, akhirnya Aluna mau meski harus dipaksa. Padahal, gadis itu tak mau terlalu merepotkan Elio.
Sambil menyanyikan lagu Apakah Kau Melihat Mentari Senja milik JKT48, Aluna masuk ke rumah dengan perasaan bahagia.
Karena tidak mau membuat keluarga dan teman
Dan orang di sekitar jadi khawatir
Kau paksakan tersenyum
Dan membuat bohong sedikit
Janganlah kau pendam semuanya di dalam hatiAkhir-akhir ini Aluna jadi hafal satu persatu lagu JKT48. Gara-gara Stella selalu memutar lagu milik sanggar tari Ibu Kota tersebut saat bersamanya.
Sayangnya, kebahagiaan itu hanya bertahan sementara kala melihat pemandangan yang tak jauh darinya.
“Mama!” Secepat mungkin Aluna berlari, menghampiri Anjani yang sedang membakar alat lukis dan koleksi novel miliknya di halaman samping rumah. “Mama, stop!”
Mencoba meraih alat lukis di tangan mamanya, yang terjadi Aluna di dorong hingga terjatuh di tanah. Dengan tak berperasaan Anjani kembali membakar benda yang dia pegang.Hati kecil itu benar-benar hancur. Kembali mengingat bagaimana perjuangannya membeli itu semua. Bahkan, Aluna rela tak jajan satu minggu untuk membeli satu paket peralatan melukis berkualitas bagus.
“Gara-gara hobi kamu yang nggak berguna itu, nilai kamu jadi jelek. Bahkan kamu dapat peringkat 6 dari bawah sari satu kelas. Kamu ini niat sekolah atau nggak? Bisanya bikin mama malu!”
Emosinya meledak. Tak peduli bagaimana perasaan anaknya, Anjani terus mengeluarkan kekesalannya.
“Nggak, Ma. Nilai Luna jelek karena nggak fokus belajar gara-gara mikirin Bayu.” Masih dengan tangis yang tak kunjung reda Aluna mencoba membela diri. Meski dia tahu tak akan berpengaruh apapun.
“Nggak usah nyari alasan apalagi sampai menyalahkan Bayu. Memang dasarnya kamu bodoh dari dulu. Nggak bisa dibanggakan.”
Kalimat menyakitkan itu menjadi penutup amarah Anjani. Pergi begitu saja tanpa peduli dengan Aluna yang sudah sesegukan. Matanya menatap nanar sisa novel dan alat lukis yang belum sempat dibakar. Amat sangat bersyukur meski yang tersisa tak sampai setengah dari yang sudah menjadi abu. Segera diambil sebelum Anjani kembali dan lanjut membakar. Dengan langkah gontai dia menuju kamar.
Tepat di tangga, langkahnya terhenti. Menatap Stella yang berdiri di sana entah sejak kapan.
“Sorry, gue nggak bisa cegah Mama biar—”
Seolah tak mau peduli dengan penjelasan Stella—yang sudah jelas tak akan merubah apapun, Aluna berlalu begitu saja. Lagi-lagi Stella hanya bisa menghela nafas panjang sambil menatap punggung rapuh kembarannya.
****
Ada satu dari 365 hari yang paling Aluna suka; hari ulang tahunnya.
Biasanya, pukul 00.00 tepat, Bayu akan memberikan kejutan untuk dua adik tersayangnya. Juga si kembar akan bertukar kado meski hanya Stella yang dirayakan. Untuk saat ini, tak bisa Aluna rasakan. Selain karena tak ada Bayu, juga hubungannya dengan Stella belum kunjung membaik. Padahal sudah hampir satu bulan. Libur semester juga hampir usai, tapi rasa bencinya tak kunjung pudar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Matahari Untuk Bulan
Fiksi Remaja"Bintang emang keren, bisa memancarkan cahaya sendiri, tapi gue suka Bulan. Lo tau? Meski Bulan punya kekurangan, dia tetap berusaha buat menerangi bumi dengan bantuan Matahari. Gue bakalan jadi Matahari buat lo, Aluna." . . . . Cover by pinterest.