31. Awal Kecewa

197 30 6
                                    

Jangan lupa pencet bintang di pojok.

Ada typo tandai.
Happy reading 💙

****

Sedari tadi Aluna dan Rahma dibuat heran dengan pemandangan di meja lain depan mereka. Satu pertanyaan mengganggu pikiran, sejak kapan Teresa dan Alan dekat? Meski sudah tahu jika Alan menyukai Teresa, tapi sama sekali tak menyangka jika cewek itu mempunyai perasaan yang sana.

Semangkuk bakso milik Aluna belum habis lantaran sibuk memperhatikan dua remaja itu.

"Gue baru tahu kalau Teresa deket sama Kak Alan." Tatapan Rahma tertuju pada mereka saat berbicara. Tampak sesekali Teresa tertawa, entah apa yang Alan katakan.

Dengan tatapan tertuju pada objek yang sama, Aluna mengangguk usai menelan bakso. "Perasaan nggak ada tanda-tanda, udah deket aja. Jangan-jangan mereka udah jadian?"

Rahma menoleh. "Jangan-jangan iya?"

Aluna ikut menoleh. "Tapi, masa Resa suka sama cowok cuek kayak Alan, sih? mustahil, tauk!"

"Namanya juga cinta."

"Iya, juga, sih."

Keduanya kembali menatap Teresa dan Alan yang sekarang sedang menonton sesuatu di ponsel cowok itu. Sesekali Alan menunjuk layar ponsel, memberitahu bagian yang mungkin lucu. Dapat dilihat setelahnya Teresa tertawa sampai menabok Alan.

Kebiasaan para cewek.

Hal yang membuat Aluna dan Rahma geleng kepala. "Semoga Resa bener-bener serius sama Alan. Kasihan Alan kalau Resa cuma main-main."

"Gue nggak yakin deh, Lun."

"Nanti gue coba bilang sama Resa. Gue udah cukup paham Alan, dia baik meski nyebelin. Nggak tega juga kalau lihat dia sakit hati karena terlalu berharap." Kembali Aluna menyendok bakso dan memakan. Tak sengaja mengambil yang banyak sambalnya, membuat dia kepedesan. "Anjir, pedes." Tangannya bergerak mengambil minum miliknya, tapi tak ada. "Lah, kok?"

"Ah, seger."

Menoleh ke samping, ternyata es teh manis miliknya sudah dihabiskan Marcel. "Kak Marcel! Gue kepedesan, tauk! Malah dihabisin," omel Aluna sambil mengipasi mulut, padahal tidak berpengaruh apapun.

"Nih, minum!" Rahma yang peka memberikan es jeruk miliknya.

Tak sabaran Aluna meneguk sampai setengah. Tanpa dosa Marcel tertawa.

"Awas lo, Kak!"

Usai pedas hilang, Aluna lanjut makan. Sebelum itu dia aduk dulu agar merata. Tadi lupa saking herannya dengan Teresa.

"Itu yang sama Alan teman kalian? Dia belum punya pacar, kan?"

Pertanyaan Marcel dibalas gelengan oleh Aluna. "Belum, kenapa emang?"

"Gue nggak mau Alan salah pilih," ucap Marcel serius.

"Nanti gue ngomong sama Resa bener-bener serius sama Alan nggak. Biar Alan nggak salah pilih."

"Sebenernya kalau bisa, gue pengennya Alan sama lo aja." Sebelum Aluna mengomel, Marcel sudah dulu melanjutkan ucapan. "Bercanda, kali." Lalu tertawa. "Lagian, lo udah sama Joko. Ya kali sama Alan juga."

"Joko siapa?" tanya Rahma penasaran. Baru mendengar nama asing itu.

"Bukan siap-"

"Pacar Luna."

Mendengar itu, Rahma melotot kaget. "LO UDAH PUNYA PACAR, LUN? KOK NGGAK BILANG-BILANG, SIH?!"

Rasanya Aluna ingin menghilang sekarang juga, gara-gara mulut toa Rahma, tatapan seisi kantin tertuju pada mereka. Gadis itu hanya bisa menutup wajah dengan kedua telapak tangan. "Bukan temen gue!"

Matahari Untuk BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang