Ada typo tandai
jangan lupa tinggalkan jejak
happy reading 💙****
Kamar Aluna sangat berantakan hanya karena satu benda belum ditemukan. Sepagi ini dia sudah rapi dengan seragam Pramuka. Tinggal satu lagi yang kurang. Dasi merah putih. Entah kemana perginya benda itu. Setahu Aluna, terakhir digunakan Jumat lalu dan sudah disimpan di lemari. Tapi setelah dicek lagi, tak ada di sana.
“Mana dasi gue?!” teriaknya frustasi. Pasalnya, jika tidak memakai dasi itu, dia akan dihukum. Karena hari Jumat wajib memakai dasi Pramuka. “Masa ilang lagi, sih?”
Kembali mengobrak-abrik isi lemari hingga kosong, hasilnya nihil.
“LUN! BUKA PINTU!”
Segera dibuka pintu kamar sebelum Stella kembali menggedor. Sangat berisik sepagi ini.
“Ayo berangkat!” Dengan tak sabaran Stella menarik tangan Aluna.
“Sabar, njir! Dasi gue belum ketemu.”
Stella berdecak, menarik dasinya dan memberikan pada Aluna. “Nih!”
“Lah, nanti lo dihukum.”
“Ada lagi di tas. Ayo, buruan!” Kembali Stella menarik agar segera berangkat.
“Tas gue belum diambil.”
“Lama.”
Tak peduli dengan ocehan adiknya, Aluna mengambil tas dan menggendong. Kemudian keluar sebelum Stella kembali mengoceh.
“Udah?” Aluna mengangguk. Stella kembali menarik tangannya. Baru dua langkah, tiba-tiba Aluna teringat sesuatu.
“Baju gue belum dirapiin.”
“Ck, gampang dirapiin nanti!”
“Tap—”
“Buruan!”
Akhirnya Stella yang menang, menarik Aluna dan berjalan cepat keluar rumah. Sikapnya sangat aneh, membuat Aluna menggeleng pelan. Terlebih selalu menyuruh cepat.
“Lo belum sarapan, loh. Nanti dimarahi Mama.”
Stella memberikan helm pada Aluna. “Gue makan di sekolah. Cepetan pake!”
“Lo hari ini aneh banget tahu, nggak? Maksa-maksa mulu daritadi.”
“Bawel.”
Aluna melotot, bahkan adiknya mengatai bawel. Biasanya tidak seperti itu. Tanpa diduga dia tertawa. “Lo pms, ya? Galak bener.”
“Ketawa aja teros sampai gajah masuk.”
Langsung saja Aluna berhenti tertawa, bergantian memanyunkan bibir dan menirukan gaya bicara Stella tanpa suara.
Selesai memakai masker seperti biasa, dilanjut memakai helm. Lalu Stella naik ke motor, diikuti Aluna. “Pegangan.”
“Iya, Tuan Puteri.”
Stella terkekeh, lalu melajukan motor dengan perasaan bahagia. Sepanjang perjalanan, tak hentinya dia mengoceh.
“Semenjak gue sibuk buat olimpiade, kita nggak pernah berangkat bareng lagi. Gue kangen, tahu!”
![](https://img.wattpad.com/cover/311408695-288-k381681.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Matahari Untuk Bulan
Roman pour Adolescents"Bintang emang keren, bisa memancarkan cahaya sendiri, tapi gue suka Bulan. Lo tau? Meski Bulan punya kekurangan, dia tetap berusaha buat menerangi bumi dengan bantuan Matahari. Gue bakalan jadi Matahari buat lo, Aluna." . . . . Cover by pinterest.