8. Miss

153 36 2
                                    

Ada typo tandai, yagesyaa..

Happy reading 💙

****

Suasana sarapan seperti biasa. Anjani sibuk mengajak ngobrol Stella. Begitupun Keyla yang ikut menyahut. Lain dengan Aluna yang hanya diam. Mencoba menghabiskan makanan dengan cepat. Mood-nya memburuk sepagi ini karena Anjani terus memuji Stella yang bisa membawa pulang medali emas.

“Otak kamu itu menurun dari Mama. Kamu tahu? Dulu, Mama juga sering banget ikut lomba matematika sama fisika. Makanya kamu juga pinter kaya kakak-kakak kamu.”

Aluna tahu jika itu sebuah sindiran untuknya yang tidak punya otak pintar.

Apakah di dunia ini kepintaran adalah nomor satu? Aluna bertanya-tanya dalam hati. Pasalnya, Anjani terlalu terobsesi dengan nilai sempurna.

“Nanti, kita adakan syukuran karena kamu juara olimpiade. Pasti teman-teman Mama pada ikut bangga lihat kamu.”

Stella hanya tersenyum, lantas mengangguk. Menuruti apa saja yang Anjani katakan.

“Nanti Keyla undang teman boleh, Ma? Biar tambah rame.”

“Boleh, dong.”

Keyla tersenyum senang.

Tanpa mereka ketahui, Aluna mati-matian menahan air mata. Beruntung makanannya sudah habis, jadi dia buru-buru berangkat sekolah sebelum Anjani menjadi-jadi.

“Lun!”

Teriakan Stella, Aluna abaikan. Dia ingin sendiri, tanpa ada yang mengganggu.

“Nggak usah peduliin dia, emang anak bandel, nggak ada sopan-sopannya sama orangtua.”

Stella menatap punggung rapuh Aluna yang menjauh. Ingin merangkul dan mendengarkan keluh kesah kembarannya, tapi akhir-akhir ini Anjani membatasi interaksi mereka.

****

Bukan hanya di rumah, di sekolah juga banyak murid membahas tentang Stella yang menjuarai olimpiade matematika. Telinga Aluna sampai bosan mendengarnya. Apalagi sekarang, Teresa dan Rahma ikut-ikutan. Mereka sedang makan di kantin sekarang.

“Udah cantik, manis, pinter, jago nge-dance, lagi. Gila, gila. Kok ada, ya, orang yang kelebihannya kelebihan?” Rahma geleng-geleng sambil menatap ponsel yang menampilkan foto gadis dengan medali emas tersenyum senang.

Tentu saja yang dimaksud adalah Stella. Berita tentang gadis itu sudah menyebar luas. Akun Instagram SMA Sakura sendiri yang pertama kali mengumumkan. Kolom komentar juga banjir pujian. Bahkan, followers Stella bertambah drastis. Meski sebelumnya juga sudah banyak.

“Bisa main gitar juga. Paket komplit nggak, sih?” Teresa menyahut. “Andai gue kayak dia. Mana pas senyum cantik banget.”

Aluna memutar bola mata, jengah juga dengan ocehan mereka. “Makasih, gue emang cantik.”

Kompak Rahma dan Teresa menatap Aluna.

Mon maap, bukan lu, ya. Tapi si Stella Agatha.”

“Dia kembaran gue. Jadi, secara nggak langsung, kalian muji gue.”

Rahma dan Teresa saling pandang. Lalu tertawa kencang. Tak peduli dengan murid yang menatap aneh ke arah mereka.

“Aduh, perut gue sakit.” Rahma memegangi perutnya. “Lo kalau halu jangan ketinggian, deh. Nanti jatuh nangis.”

Matahari Untuk BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang