18. Under the Rain

108 28 0
                                    

Jangan lupa pencet bintang di bawah, ygyy

Ada typo tandai
Happy reading

****

“Dia siapa? Kok mirip sama Stella?”

Buket bunga yang Aluna pegang jatuh begitu saja. “Bay, lo bercanda, kan? Nggak lucu!”

“Kalian kembar, ya? Jadi, gue punya adik kembar?”

Aluna menggeleng. “Bayu! Lo baru sadar. Nggak usah prank gue, deh!”

“Kalau lo Stella, dia siapa?”

Ini bukan hal yang Aluna inginkan.

“Bayu ….”

“Dia amnesia, Lun.”

“Luna!”

Lamunan Aluna langsung buyar. Menatap Stella dengan sorot penuh kesedihan. “Apa?”

“Makan dulu! Kasihan dianggurin makanannya.”

Aluna menghembuskan nafas panjang. “Nggak lapar.”

Setelah Aluna tahu jika Bayu amnesia, Stella langsung mengajak kakaknya ke kantin rumah sakit. Tidak tega membiarkan Aluna menangis melihat keadaan Bayu.

“Jangan gitu, ih! Bang Bayu udah sadar, loh! Harusnya lo seneng. Kan, ini yang lo tunggu.”

“Tapi dia amnesia. Dia sama sekali nggak ingat gue.” Tatapannya begitu menyakitkan. Tak cukupkah Tuhan membiarkan dia tanpa Bayu selama satu bulan? Hingga membuat Bayu amnesia untuk waktu yang entah berapa lama.

Tangan Stella terulur, mengusap pundak Aluna. Tak ada penolakan dari gadis itu seperti sebelum-sebelumnya. Hal yang membuat Stella merasa bahagia. “Nggak papa, kita bantu Bang Bayu biar cepat ingat sama lo lagi. Juga ingat Mama, Papa sama Kak Keyla.”

Bukannya Aluna tak mau berusaha, tapi dia tahu akan sesulit apa.

Tanpa mengatakan apapun, Aluna berdiri. Pergi begitu saja membuat Stella bingung.

“Mau kemana, Lun? Makan dulu!”

“Buat lo aja.”

Ternyata dugaan Stella salah. Aluna belum sepenuhnya kembali seperti dulu. Meski Bayu sudah membuka matanya kembali.

****

“Aluna Agatha Vlora.”

Sama sekali tak mendengar, pemilik nama tersebut masih setia menatap kosong ke luar jendela. Padahal, hampir semua murid di kelas menatap ke arahnya.

“Luna!”

Sikutan Teresa cukup keras, sehingga Aluna tersadar. “Apa, sih?”

Tanpa suara, Teresa menunjuk keberadaan guru Matematika menggunakan isyarat mata. Menyadari hal itu, Aluna merutuki diri sendiri.

“Kamu tidak memperhatikan saya bicara sedari tadi?”

Sial!

Jika guru Matematika sudah marah, tandanya Aluna akan mendapatkan hukuman. “Saya memperhatikan kok, Bu,” jawab Aluna gugup. Menyesali dirinya yang memilih melamun dari pada memperhatikan materi.

“Kalau begitu, kerjakan soal nomor 3 yang ada di papan tulis!”

Aluna mengerjapkan mata. Bahkan, dia baru tahu jika sudah 2 soal yang dikerjakan entah siapa. “Saya nggak paham, Bu.”

Matahari Untuk BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang