Jangan lupa pencet bintang di bawah<3
Ada typo tandain
Happy reading ♥️****
Matahari yang masuk dari celah jendela kamar bernuansa biru tersebut tak kunjung membangunkan Aluna yang masih terlelap. Selimut bermotif Stich itu tampaknya sangat membuat nyaman. Berkali-kali Stella mencoba membangunkan, tapi tak membuahkan hasil. Terlebih, pintu kamar Aluna dikunci. Tak bisa Stella mengerjai kakaknya seperti dulu agar mau bangun.
Bahkan, jam weker warna biru kesayangan Aluna sudah tak berdaya di lantai. Tentu saja gadis itu yang membanting. Padahal, jam weker hanya menjalankan tugas untuk membangunkan pemiliknya yang sangat kebo.
Lagu Hissatsu Teleport terdengar nyaring disertai getaran panjang dari ponsel. Perlahan ada pergerakan dari Aluna. Tanpa berniat mengecek, dijauhkannya ponsel bercase biru itu. Sayangnya, panggilan masuk untuk kedua kali. Dengan mata masih tertutup, Aluna mengangkat. Meski berdecak sebal dulu sebelumnya.
"Ya? Apa? Siapa? Dimana?"
"Gue udah di depan rumah lo."
Matanya terbuka sempurna. Dilihatnya layar ponsel, nama Elio yang tertera membuat Aluna langsung bangkit dari kasur dan berjalan menuju balkon. Menatap ke luar, sudah ada Elio di bawah dengan sepeda warna biru.
"Buset, pagi amat, Bang?"
"Mana ada jam 9 pagi?"
"Gue baru bangun, elah."
Elio reflek menatap ke atas, pada kamar Aluna. "Cepetan! Gue tunggu sepuluh menit. Gue bawa Yaya."
Tut!
Aluna mengacak rambutnya. "Lagi asik mimpiin Shawn Mendes juga. Malahan dibangunin."
Terpaksa Aluna menurut, segera mandi dan bersiap. Tak butuh waktu lama dia sudah selesai. Hanya memakai hoodie dan celana panjang. Ditambah sepatu warna biru muda kesayangannya. Dengan tak bersemangat dia menghampiri Elio yang sedang mengelus bulu Yaya. Aluna baru sadar kalau Yaya diletakkan di keranjang depan.
"Kapan-kapan aja, ya? Gue masih ngantuk."
Elio mengalihkan perhatiannya. "Dasar kebo! Gue bisanya sekarang."
"Berarti nggak usah sekalian."
"Lo nggak mau bisa naik sepeda?"
"Mau, tapi gue males. Pengen langsung bisa aja." Aluna nyengir.
"Mana bisa gitu." Elio menggeleng pelan. "Ya udah kalau lo nggak mau. Kita jalan-jalan aja, gimana?"
Mata gadis pecinta pisang itu berbinar. "Ayok! Sekalian anterin gue beli es krim, ya!"
Tanpa aba-aba, Aluna naik ke jok belakang. Cowok di depannya hanya terkekeh kecil.
Dasar Aluna! Giliran jalan-jalan, sangat bersemangat.
"Ini sepeda siapa? Kok biru?"
"Punya ponakan."
"Emang nggak papa?"
"Udah gue sogok pakai jajan."
Aluna tertawa. "Ya udah. Ayo jalan-jalan!"
Melihat Aluna begitu bersemangat, Elio ikut tersenyum. Perlahan mengayuh sepedanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Matahari Untuk Bulan
Genç Kurgu"Bintang emang keren, bisa memancarkan cahaya sendiri, tapi gue suka Bulan. Lo tau? Meski Bulan punya kekurangan, dia tetap berusaha buat menerangi bumi dengan bantuan Matahari. Gue bakalan jadi Matahari buat lo, Aluna." . . . . Cover by pinterest.