11. Teman

140 32 0
                                        

Jangan lupa pencet bintang, yaaa
Ada typo tandai
happy reading 💙

****

Bayangan senyum Ryan terus menghantui pikiran Aluna. Meski mulutnya berkata tidak, hatinya tak dapat berbohong. Masih ada rasa untuk cowok itu. Meski sudah berusaha melupakan dan mencari orang baru.

"Nonton nggak, ya?"

Aluna bimbang. Di satu sisi, dia ingin melupakan Ryan. Disisi lain, dia masih menginginkan lelaki itu.

Gadis itu berdiri, keluar kelas dengan muka acak-acakan. Sedari tadi dia memutuskan tidur karena jam kosong. Niatnya, ingin pulang dan melanjutkan tidur. Namun, dia teringat ucapan Ryan tadi.

"Luna!"

Aluna menoleh, melihat Sarah berjalan ke arahnya. Seketika ucapan Ryan di ruang ekskul terngiang-ngiang. Jangan-jangan Sarah ingin membalasnya gara-gara Ryan lebih memilih dia. Atau mengajaknya berkelahi jambak-jambakan.

Untuk saat ini, Aluna tidak ingin ribut. Tidak mood juga untuk berkelahi di saat yang menyenangkan.

Saat Sarah semakin mendekat, reflek Aluna mundur.

"Gue mau ngomong sama lo."

Kini mereka berada dalam jarak satu meter. Dapat Aluna lihat wajah Sarah begitu datar. Aluna akui seniornya itu memang cantik. Jarang yang tidak suka dengan Sarah. Apalagi orangnya ramah.

"Gue nggak ada waktu."

Saat Aluna ingin pergi, Sarah mencekal lengannya. "Ini penting. Lo nggak bakalan nyesel kalau tahu," ucap Sarah lantas tersenyum. Yang membuat Aluna tidak ragu.

"Tapi jangan lama-lama."

"Tenang aja."

Lalu Sarah menarik Aluna, berjalan ke lantai atas. Langkahnya cukup cepat, beruntung Aluna sering berjalan cepat, jadi bisa mengimbangi.

Usai melewati banyak anak tangga dan koridor, mereka tiba di lantai atas. Saat ingin menaiki tangga terakhir, Aluna menghempaskan cekalan Sarah.

"Lo mau dorong gue dari rooftop?"

Pikiran Aluna dipenuhi hal-hal buruk. Pasalnya, Sarah mengajak ke rooftop, tentu saja Aluna berpikir yang tidak-tidak. Mengingat hubungan mereka tidak baik.

"Lo bisa nggak, jangan mikir aneh dulu? Gue mau kasih tahu lo sesuatu. Percaya sama gue!"

Kembali Sarah menarik Aluna. Meski berusaha memberontak, tetap saja tak bisa lepas. Ternyata tenaga Sarah tak seperti yang Aluna bayangkan. Jauh lebih kuat. Apa gara-gara Aluna belum makan lagi, jadi tenaganya tidak ada?

Sampailah mereka pada rooftop, Sarah langsung melepas cekalannya. "Lebay banget, sih! Gitu aja sakit."

Pergerakan Aluna mengusap pergelangan tangan terhenti. Selain pemaksa, Sarah juga menyebalkan. "Lo nariknya kekencengan, merah lah tangan gue, Kak" Aluna menggerutu. "Lagian ngapain lo bawa gue ke sini? Mau gelut di sini? Ya udah, ayok! Gue la-"

Dengan pergerakan cepat, Sarah memegang kepala Aluna dan mengarahkan pada objek yang ada di tepi rooftop. Mendadak kaki Aluna melemas, matanya memerah. Ingin menangis, tapi tak bisa.

Matahari Untuk BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang