𝐂𝐇𝐀𝐏𝐓𝐄𝐑 O.2
───────────────────
"Adopsi lagi?"
Dokter tersebut mengangguk, "iya, bahagia lah Emilia. Kau akan mendapatkan keluarga."
Keluarga? Emilia menunduk. Sudah banyak hal yang ia lalui, pun banyak yang mengatakan dirinya akan mendapat keluarga. Namun semua berakhir sama, pada kenyataannya Emilia tidak pernah mendapatkan hal itu.
"Aku tidak mau di adopsi, keluarga itu isinya orang-orang jahat. Aku tidak suka." pungkas gadis itu, kemudian ia mengunci diri dalam ruang kesendirian.
Dokter bernama Anna itu menghela napasnya. Ia meninggalkan ruang tempat gadis itu dirawat, menuju ruang kerjanya tempat orang itu berada.
"Bagaimana, Anna? Dia mau?" tanya seorang wanita sambil berjalan mendatanginya.
Anna menggeleng, membuat wanita itu melemas. Ini sudah usaha ketiga, tapi tak kunjung membuahkan hasil yang menyenangkan.
Anna mendudukkan diri di kursi kerjanya, wanita itu meminum kopi yang sudah dingin. Kembali menghela napas, ia memandang wanita di hadapan yang tertunduk lesu.
"Anne, anak seperti Emilia bukan tipe yang mudah dibujuk. Terlebih dengan mentalnya yang masih butuh perbaikan. Hal itu memakan waktu yang sangat lama. Kau tidak mungkin terus menunggu kan?"
Anne menggeleng, "Anna, aku yakin Emilia akan luluh. Bujuk lah lagi, jika perlu berikan semua yang dia mau. Dia harus mau menjadi putri ku. Tolonglah.."
Sungguh, Anna sudah cukup dibuat jengah dengan ucapan yang selalu Anne ucapkan. Wanita itu menggebrak meja cukup keras, membuat Anne terkejut akan sikap yang belum pernah ditunjukkan saudari kembarnya itu.
"Anne! Dia anak-anak, cara membuat hatinya nyaman bukan hanya dengan bujukan atau memberikan semua yang dia inginkan! Anak itu berharga, kau tidak ingat bagaimana dia mencoba mengakhiri hidupnya!? Harusnya kau mengerti sebesar apa rasa sakitnya!" Anna menarik napas dalam-dalam, ia bersidekap menatap wajah Anne yang sepertinya terkejut dengan perubahan sikapnya yang tiba-tiba.
"Dengar Anne, jika kau ingin anak itu maka kau sendiri yang harus mendekatinya. Buat dia nyaman dengan mu, buat dia bisa merasakan kembali yang namanya kasih sayang! Jangan hanya diam dan memerintah ku! Sekalipun anak itu berada dalam pengawasan dan perawatan ku, aku bukan alat jalan pintas untuk mendapatkannya!"
"Tapi, Anna─"
"Diam! Sekarang kau pulang, aku ada banyak pasien harus ku tangani. Dan ingat, jangan pernah menjadikan ku alat untuk mendapatkan gadis itu lagi. Mengerti!?"
Anne mengangguk patuh, wanita itu berpamitan kepada sang kakak. Keluar dari ruang putih itu. Untuk sesaat pandangannya terhenti kala mendapati gadis yang dibicarakan berdiri tak jauh dari dirinya.
"Apa dokter Anna ada di dalam?" tanya gadis itu, dijawab anggukan oleh Anne.
Emilia berjalan melewati Anne tanpa berucap sepatah kata pun. Seolah Anne tidak pernah ada disana.
Anne mengerti sikap anak itu. "Sepertinya benar ucapan kak Anna, gadis itu belum sembuh sepenuhnya. Sikapnya bahkan terasa lebih dingin dari tempo hari. Mungkin, dia membenciku karena aku membuat rencananya gagal. Tapi tidak apa! Ada banyak waktu dan aku pasti bisa membuatnya nyaman padaku! Semangat lah, Anne!" ujar Anne, menyemangati dirinya sendiri.
Wanita itu melangkah di lorong yang sepi, sekalipun hari kerja rumah sakit milik kakaknya itu selalu tenang. Jarang sekali terdengar teriakan panik dari orang-orang yang datang. Tidak seperti rumah sakit lain, bahkan bagi Anna sendiri, rumah sakit jauh lebih nyaman ketimbang rumah.
pip~
"Halo, bisakah kau bisa menjemput ku di rumah sakit?"
"Kau, pergi menemui anak itu lagi?"
"Iya, bagaimanapun aku tidak akan berhenti sampai anak itu mau. Kau juga membutuhkannya, tolong sesekali kau juga turun tangan."
"Baiklah baik, aku akan mencobanya. Jangan terlalu lama di luar udaranya begitu dingin, tunggulah di kafe dekat sana dan minum minuman hangat."
"Aku mengerti."
Panggilan diakhiri, Anne menyebrangi jalanan yang beku karena salju. Memasuki kafe tempat biasa ia menunggu suaminya datang menjemput.
── ·𖥸· ──
Emilia melihat Anna sibuk mengerjakan tugasnya, wanita itu nampak serius dengan kacamata yang selalu bertengger di pangkal hidungnya.
"Dokter Anna aku boleh masuk?" tanya Emilia, menghentikan segala aktivitas kerja Anna.
Dokter itu tersenyum dan mempersilahkan Emilia masuk dengan senang hati. Ia melepaskan baju kerja juga kacamatanya. Mengambil tempat kosong di samping Emilia, wanita itu langsung mendapat pelukan dari gadis itu.
"Tidak biasanya kau mau memelukku bahkan mendatangiku. Ada apa, Emilia? Apa sesuatu telah terjadi?"
Dalam diamnya, Emilia menganggukkan kepalanya. Gadis itu mempererat dekapannya. "Dokter, jika aku mau diadopsi, apa nanti aku akan dibuang lagi?"
Anna menarik Emilia lebih dalam ke dekapannya, wanita itu mencium kedua pipi Emilia. Ia tersenyum, "mereka itu baik, Emilia tidak akan dibuang. Tapi, mengapa menanyakan hal itu?"
"Em. Aku mau d–diadopsi." ujar gadis itu dengan suara pelan, kepalanya tertunduk dalam. Sembunyi dalam dekapan Anna yang terkejut akan pernyataan yang tiba-tiba terucap.
Benak Anna dipenuhi tanya, apa hal yang membuat Emilia tiba-tiba setuju? Bukannya ia tak senang, namun karena ini sudah ketiga kalinya Emilia mendapat tawaran sama selalu menolak, jelas jika pernyataan yang tiba-tiba itu memunculkan tanda tanya besar dalam benak Anna.
"Anak di kamar sebelah bilang, jika keluarga yang mau mengadopsi ku adalah orang baik. Katanya, keluarga itu juga lah yang membiayai operasinya. Jadi dia bilang, jika aku menerimanya maka aku akan sangat beruntung."
Anna mengangguk paham, "tapi, apa Emilia benar-benar mau? Mempermainkan keputusan itu tidak baik. Jika Emilia masih ingin berpikir, silahkan. Ada banyak waktu."
Emilia menggeleng ribut, "tidak, aku sudah membuat keputusan. Aku yakin dengan keputusan ku sekarang!"
Keyakinan yang terpancar dari mata gadis itu membuat Anna tersenyum. "Kalau begitu, bersiap ya. Sepertinya malam ini, kau akan langsung pulang ke rumah baru."
Emilia mengangguk patuh, gadis itu berlari keluar meninggalkan Anna. Wanita itu bergegas meraih handphonenya, menelpon Anne untuk memberitahukan kabar yang akan membuat adiknya itu bahagia.
pip~
"Anne! Emilia mau, dia mau diadopsi olehmu!"
TBC
terimakasih sudah berkenan membaca, memberi bintang dan meninggalkan komentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Itxaropena
AcakEmilia telah melihat bagaimana dunia itu berjalan. Baginya, dunia adalah tempat yang tidak akan memberinya ruang untuk bahagia. Namun saat keluarga sederhana itu mengadopsinya, ia mulai memandang dunia dengan cara yang berbeda. fanfiction. © 2O22, b...