★· sunset

15 12 7
                                    

𝐂𝐇𝐀𝐏𝐓𝐄𝐑 O.18
───────────────────

Pasal senja dan segala suasananya. Empat bulan lalu, kira-kira diwaktu tahun baru, merupakan pertemuan pertama sang tuan penyendiri dengan anak manis penyuka indurasmi.

Sesekali bertemu, lalu bercakap sesaat sebelum kembali pada dunia masing-masing. Sedikit banyak ia tahu, bahwa anak perempuan itu begitu mirip dengannya.

Dari perangai dan caranya tersenyum, selalu mengingatkannya pada sosok cantik yang gata.

kling!

Bunyi lonceng pada pintu toko terdengar, entah ada yang datang ataupun pergi, tandanya sama saja. Willy duduk menyendiri di sisi jendela toko itu sembari menikmati secangkir teh.

Netra nya fokus pada layar di hadapan, membaca baris kata dan sejumlah angka.

"Terimakasih atas pembeliannya, semoga harimu menyenangkan! Datang kembali, ya!"

Diam-diam, Willy tersenyum memandang perempuan manis yang melambaikan tangannya pada pembeli. Apa dia tidak lelah tersenyum seperti itu setiap kali ada orang baru?  Willy tidak mengerti.

Terlalu lama mengamati, netra sang puan bersirobok dengannya. Bertahan untuk beberapa detik, sebelum akhirnya gadis itu mendengus dan pergi ke ruang belakang.

Oh, masih merasa sangat terganggu ya? Lucunya.

Willy menyudahi kegiatannya. Ia mengamati arlojinya, waktu berada pada angka lima. Tepat saat gadis itu berpamitan pada kawannya untuk pulang dikarenakan jam kerjanya telah usai.

Kelewat sering mengamati, Willy sampai betul-betul hapal dengan keseharian gadis itu.

Sehabis kerja, tujuannya adalah taman.

── ·𖥸· ──

Alivia menghela napas panjang, baru kemarin merasa lega karena sang tuan pengganggu berkata maaf, sekarang sudah kembali dengan kegiatannya yang kelewat menjengkelkan.

Alivia merutuki dirinya karena telah berpikir bahwa maksud dari perkataan Willy di rumah sakit itu adalah ia yang akan berhenti dan tidak akan membuntutinya lagi.

"Halo, Al. Kebetulan sekali kita berjumpa disini."

Kebetulan katamu!? Tuhan, beri aku kesabaran. Alivia menatap lamat-lamat pria yang menebarkan senyumnya.

Ia menarik sudut bibirnya sedikit, tidak baik mengabaikan sapaan orang. Kata ibunya dulu, dikala ia masih kecil.

"Halo juga, tuan. Saya rasa bukan suatu kebetulan. Bukannya ada mengikuti saya sejak kemarin? Oh tidak, anda memang sudah mengikuti saya sejak empat bulan lalu!" Alivia menjawab.

Willy tidak terkejut bilamana ia mendapatkan ucap seperti itu. Sebetulnya ia sadar dengan tingkahnya yang pasti akan membuat si anak dara jengkel.

Tapi, Willy tidak ingin sadar diri untuk sekarang. Baginya, kegiatan menggangu-nya ini lebih menyenangkan ketimbang duduk diam membaca diagram dan menulis tanda tangan.

"Aku mengakui nya. Tapi percayalah, nona. Aku melakukannya hanya untuk menjagamu."

Alivia cepat-cepat menoleh ke arah lain. Kala lampu hijau telah menyala, ia segera melangkahkan tungkainya pada garis putih, menyebrangi jalan.

[✓] Itxaropena Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang