Hai, akhirnya updated lagi, kalian apa kabar?
Koment ya siapa tau kita bisa follow/feedback an❤
Kalian masih mau baca kan?
Oke, jangan lupa pencet bintang yaaww
💘💘Happy reading!
***
"Gue ga tau harus gimana lagi supaya bisa buat lo ngerti, kalo gue ga akan pernah suka sama lo."
Deg...
Apakah harapan itu benar-benar tidak ada?
Alena mematung mendengarnya. Dan di detik berikutnya, ia memaksakan satu senyuman di wajahnya seolah tidak ada apa-apa yang terjadi. Namun di balik itu semua ada setumpuk perasaan yang nyaris berantakan tapi berusaha untuk tetap utuh.
"Iya, gue ngerti. Lo ngomong kayak gitu karna lo belum sepenuhnya mau nerima kehadiran gue di dekat lo," ungkap Alena. Matanya sudah berkaca-kaca tapi sengaja ia kedipkan berkali-kali agar bulir airmatanya tidak membasahi pipi. Ia tidak boleh menangis di depan cowok ini.
"Simpan aja perasaan lo itu buat orang yang juga suka sama lo," ucap Rey.
"Ga semudah itu"
"Kalo gitu, jangan salahin gue jika sewaktu-waktu lo hancur gara-gara perasaan lo sendiri."
Alena menggeleng, "Gue ga peduli, sekalipun lo yang jadi penyebabnya"
"Keras kepala!"
"Masih lebih keras batu di banding kepala gue, Rey." gurau Alena menutupi sedikit sesak yang timbul di dadanya.
"Serius banget, lagi ngobrolin apa?" ujar Machel yang tiba-tiba datang. "Gue boleh gabung gak?"
"Oh iya, Al, tadi lagunya bagus banget. Suara lo juga ga kalah bagus." puji Machel terdengar begitu halus. Ada maksud tersendiri dari ucapan perempuan tersebut. Kita bisa menyebutnya sebagai pencitraan.
"Makasih," balas Alena. "Helleh, lo ngomong kayak gitu karna ada Rey, coba kalo ga ada? Udah persis mak lampir!" lanjutnya dalam hati.
Machel menampakkan senyumnya sambil mengangguk kecil, ia tiba-tiba mengaitkan tangannya ke lengan Rey yang sontak membuat Alena membulatkan matanya.
"Rey, gue boleh ikut pulang sama lo ga? Gue ke sini sendirian tadi, papi ga bisa jemput."
"Mau pulang sekarang?" kata Rey.
Machel kembali mengangguk.
"Yaudah, gue tanya ke temen-temen gue dulu." Rey akhirnya berjalan ke tempat teman-temannya berdiri. Tak lama setelah itu, Rey kembali menghampiri Machel di ikuti Gavriel, Angga dan Haikal.
"Lo emangnya ga bisa pulang sendirian, Chel?"
tanya Haikal."Iya nih, gue masih belum tau jalan. Makanya gue minta tolong ke Rey,"
"Kalo gitu, sekalian anterin Alena juga. Masa iya lo tega biarin dia pulang sendiri, Rey?" ucap Angga lalu melirik Alena sambil menaik turunkan alisnya. Sengaja, sepertinya Angga ingin membantu Alena agar lebih dekat dengan Rey.
"Rumah Machel sama Alena ga searah. Ayo, Chel, udah mau larut malam nanti lo ngantuk."
Dengan gerakan cepat, Rey menggandeng tangan Machel dan membuka pintu mobil untuk gadis itu. "Gue duluan."
Betapa terkejutnya, Rey yang mereka kenal kaku dalam urusan seperti ini tiba-tiba saja mau di repotkan oleh satu orang perempuan, yang notabenenya baru ia kenal. Sedangkan Alena yang bahkan tidak setahun dua tahun berada di sekelilingnya tak pernah mendapatkan perlakuan seperti itu. Aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNCRUSH! (Selesai)
Teen FictionAlena Valensia. Perempuan cantik, ceria dan sangat menyukai Mochi coklat. Fakta menariknya, Alena ternyata menyimpan perasaan suka terhadap kapten basket di sekolahnya yang di kenal ketus bin judes. Karna tak tahan dengan sifat dinginnya, Alena deng...