Haiii, aku updated lagiiii😍
Siap baca? Siap vote juga gaa?
Btw udah mau ending nii
Apa harapan kalian buat mereka?Happy reading!
***
Untuk memulihkan kondisinya kembali, Rey pun di papah oleh Gavriel dan Haikal ke sisi lapangan. Gavriel menyuruhnya agar tetap duduk. Untungnya, cuaca hari ini tidak terlalu panas hingga tidak membuat Rey dan yang lainnya merasakan gerah berlebih.
"Intinya lo tenang aja, gue ga akan biarin tim kita kalah meski ini bukan pertandingan resmi antar sekolah. Demi Alena juga." Gavriel tak menunggu Rey membalas ucapannya. Ia lalu berlari-lari kecil menuju tengah lapangan.
Rey hanya bisa memandangi bagaimana temannya yang satu itu begitu rela mengorbankan perasaannya sendiri. Dan setelah ini, Rey bertekad pada dirinya sendiri untuk menjaga perempuan yang menjadi alasannya berada di lapangan bersama teman-temannya saat ini.
Sementara itu, permainan telah di mulai kembali.
Kubu lawan telah berhasil menyeimbangkan skornya. Tak mau kalah, Gavriel dengan gesit dan tangkas mengejar lawan yang sedang mendrible bola.Mike yang kini berada di luar area lapangan pun merasa senang karna teman-temannya yang ternyata menyeimbangkan skor.
Pergerakan Erick tak bisa di kejar. Laki-laki itu berhasil mencetak gol dan Gavriel beserta teman-temannya tertinggal jauh.
"Gav, gimana nih? Skornya beda dua." Jason berkacak pinggang. Ia khawatir.
Sedangkan Gavriel menumpukan tangannya pada kedua lututnya. Dirinya juga risau sebenarnya, ia tidak mau kalah. Di sisi lain, Rey juga ikut deg-degan dengan skor teman-temannya.
"Gue yakin kalian bisa! Semangat!" Rey hanya bisa memberikan dukungan kecil dari sisi lapangan. Umpatan-umpatan kecil juga turut keluar dari mulutnya, ia membenci dirinya jika sudah seperti ini. Kakinya terasa amat sakit saat ia mencoba menggerakkannya.
Kedua tim beristirahat selama beberapa menit sebelum babak kedua dimulai. Dan saat itu juga, Rey akhirnya memutuskan untuk kembali bergabung dengan timnya. Tentu saja keputusan itu di tentang keras oleh Gavriel dan juga yang lainnya.
"Kaki lo masih sakit, bego."
"Mending lo di sini aja, takutnya makin parah."
"Jangan keras kepala dah, ntar kaki lo lebam, anjir."
Akan tetapi, Rey sama sekali tidak menghiraukan ucapan tersebut. Ia tetap saja kukuh dengan keputusannya. Akhirnya, mau tidak mau, mereka semua kembali bermain dengan kondisi Rey yang sedang tidak baik-baik saja.
Mike memberikan tatapan dingin pada Rey. Rupanya Rey sama sekali tak gentar dengan pola serangan Mike di kakinya. Meski harus tertatih saat berjalan dan berlari, Rey sangat berusaha dengan begitu keras untuk mencapai kemenangan.
Pada babak kedua ini, permainan seutuhnya masih di pegang oleh teman-teman Mike. Erick serta Theodore kembali berhasil mencetak gol lewat lemparan jarak jauhnya. Sorakan demi sorakan ia keluarkan, hal itu juga membuat Rey sedikit khawatir.
"Udahlah, lo mending ngaku kalah . Kaki udah peyot gitu masih aja maksa main, ikhlasin Alena buat gua." Mike melempar senyuman smirk.
"Lo kalau main tuh main aja, ga usah nyerang mental sama fisik orang." sembur Gavriel ikut kesal.
"Alena bukan barang yang bisa lo rebut semau lo, langkahin gue dulu kalau lo mampu, ini masih setengah permainan dan gue belum ngerasa kalah sama sekali." telak Rey.
Setelahnya, Khiel kembali melempar bola dan benar saja, Rey akhirnya menangkap bola lalu mengopernya pada Gavriel yang berada di posisi belakang.
Meski rasa nyeri di kakinya tak bisa ia tahan, Rey tetap berusaha untuk mengimbangi langkahnya. Sesekali, ringisan kecil terdengar dari mulutnya membuat Gavriel merasa khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNCRUSH! (Selesai)
Ficțiune adolescențiAlena Valensia. Perempuan cantik, ceria dan sangat menyukai Mochi coklat. Fakta menariknya, Alena ternyata menyimpan perasaan suka terhadap kapten basket di sekolahnya yang di kenal ketus bin judes. Karna tak tahan dengan sifat dinginnya, Alena deng...