24. OBROLAN KECIL KITA

2.8K 117 4
                                    


Halooo halooo😍
Cowok aku updated lagi nih.
Jangan jadi siders ya sayang sayang, ga bleh🤺
Jangan lupa vote dulu, mwaahhh❤

Happy reading!

***

Jam pelajaran olahraga di kelas XII mipa 3 baru saja selesai, kini Alena dan Shenna berniat ke loker untuk mengganti pakaian olahraga mereka yang sudah di basahi oleh keringat. Gelak tawa cowok-cowok di depan kelas XII mipa 1 seketika berhenti kala melihat Alena yang berjalan begitu saja tanpa menoleh sedikitpun. Biasanya, Alena akan berhenti sebentar lalu sibuk memperhatikan Rey dari balik jendela.

"Al, Alena!" teriak Haikal dari kejauhan.

Alena dan Shenna pun refleks berhenti. "Iya, kenapa?" sahut Alena.

Rey melirik Alena, perempuan itu kini tampak biasa saja dengannya. Dulu, Alena bahkan tak mampu untuk menatap mata Rey saking deg-degannnya saat bertemu dengan dirinya. Tapi sekarang Alena seperti orang yang tidak mengenali Rey. 

"Ada Rey, nih," Haikal menaik turunkan alisnya.

Sedangkan Alena menatap Rey dari ujung kaki sampai ujung rambut seraya menyunggingkan senyumannya.

"Basi, Kal." jawab Alena.

Haikal dan teman-temannya membulatkan mata. Ini di luar ekspektasi. Seorang Alena yang dulunya sangat bucin, mendadak tidak peduli. Perubahan sikap Alena ternyata jauh lebih cepat.

"Ayo, Shenn." Alena kemudian merangkul Shenna dan berlalu dari depan kelas. Shenna keheranan melihat Alena yang tiba-tiba bersikap tak kalah acuh dengan Rey. Sementara Haikal dan yang lainnya pun lantas saling berpandangan, tidak tau harus tertawa atau mengejek Rey terlebih dahulu.

"Yah, di cuekin balik. Gimana tuh rasanya?" sindir Haikal dengan nada bicara yang sengaja di pelankan.

"Impas dah impas," ujar Angga sambil mengusap tengkuknya. "Kal, mending kita nyari cewek aja daripada lo mati di gebukin, orang di samping lo udah naik darah."

Haikal melirik Rey, laki-laki itu memainkan jemarinya yang saling bertumpu pada kedua lututnya, tak melepaskan pandangannya dari punggung Alena dan Shenna yang kini perlahan nenghilang dari balik tembok.

"Tenang Rey, yang tadi baru pemanasan doang," tawa Haikal sudah tidak bisa ia tahan melihat ekspresi wajah Rey yang sudah memerah layaknya kepiting rebus.

"Terserah lo pada, gue mau cabut." final Rey yang sudah jengah dengan kelakuan teman-temannya.

Sebenarnya, ia tidak begitu yakin dengan perkataan Alena padanya. Dalam waktu yang terhitung singkat, rasanya akan sangat mustahil jika seseorang begitu cepat pulih dari perasaan sakit hatinya. Rey tahu, perasaan Alena padanya sungguh amat besar. Rey juga sadar, yang membuat Alena berubah dengannya adalah dirinya sendiri.

Hingga pada akhirnya, semua yang  pernah di bicarakan oleh Haikal, Angga dan Gavriel satu per satu menjadi kenyataan.

Rey bimbang, bagaimana jika ia benar-benar akan membutuhkan Alena suatu hari nanti? Bagaimana jika Rey tidak terbiasa dengan ketidakhadiran Alena di dekatnya? Hal paling parahnya, bagaimana jika Rey tidak bisa hidup tanpa ada sosok Alena dalam kesehariannya? Meski mengacuhkan Alena adalah hal yang selalu ia lakukan saat perempuan itu berada di sisinya.

"Reeyyy!"

Merasa dirinya di panggil, Rey lalu memutar badannya ke arah suara. Terlihat Machel sedang berlari-lari kecil ke dekatnya kemudian gadis itu menautkan tangannya pada lengan kiri Rey. Hal itu jelas membuat Rey berdecak pelan namun tak di dengar oleh Machel.

UNCRUSH! (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang